04. Juminten Si Perusak Suasana

846 615 294
                                    

Suara dentuman musik yang memenuhi seluruh ruangan dan lampu-lampu yang berkelap-kelip sungguh udah jadi candu buat gue, aroma alkohol, asap rokok yang ada dimana-mana, cewek-cewek sexy yang menari membuat pemandangan malam di klub makin terasa le...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dentuman musik yang memenuhi seluruh ruangan dan lampu-lampu yang berkelap-kelip sungguh udah jadi candu buat gue, aroma alkohol, asap rokok yang ada dimana-mana, cewek-cewek sexy yang menari membuat pemandangan malam di klub makin terasa lebih hidup.

"Come on, Kay," bisik gue pelan di telinga Kayla, anak sastra Inggris yang baru gue gaet tadi siang.

Malam ini gue beneran pergi sama dia ke tempat yang terkenal dengan segala sesuatu yang berbau negatif ini.

Kayla bergelayut manja di lengan kekar gue. Tangan gue udah melingkari pinggangnya yang ramping serta hanya ditutupi oleh baju mini dress berwarna merah, makin membuatnya terlihat sexy.

"Woi, Bro. Tumben baru main? Widih cewek baru nih? Boleh juga selera lu, Liv!"

"Ahahah, bisa aja lu Gas. Iya nih gue udah lama gak main!" Ucap gue ke salah satu temen circle gue yang bernama Bagas Pratama dari jurusan Hukum.

Gue perhatiin si Bagas dari ujung rambut sampai bulu kaki.

Udah cakep, kece, belum lagi sisi kharismatik nya.

Pantes dari antara gue sama temen-temen gue yang lainnya, dia yang paling bisa bikin kaum hawa teriak-teriak sampai mampus.

Kemudian disusul sama temen satu circle gue lainnya yang menghampiri gue.

"Bawa cewek baru lagi?" Tanya salah satu temen gue yang paling cuek di antara lainnya, yaitu Rahman Hanif dan biasa dipanggil 'Maman' serta dia dari jurusan Kedokteran.

Biasanya dia ngirit ngomong. Kalau ngomong paling cuma secuil kata, tapi kadang sekalinya ngomong bisa langsung nancep di hati.

"Kayak gak tau aja kebiasaan gue kek gimana," bisik gue ke Maman.

"Baru kali ini gue lihat lu suka yang cabe-cabean."

Spontan tangan gue langsung menutup mulutnya si Maman yang suaranya agak keras. Asal nyeplos bae, parah emang.

"Hai cantik, bolehkah abang tampan ini meminta nomor WhatsApp nya? Kamu terlihat sexy ya, sangat menggoda!" Goda temen gue yang lainnya serta berkedip manja ke arah Kayla.

Siapa lagi kalau bukan Edo Anggara dari jurusan Psikolog yang dikenal sebagai si otak mesum, intinya dia paling mesum di circle gue.

Kayla tak merespon lalu wajahnya memalingkan ke gue dengan memasang ekspresi yang seolah-olah memohon pertolongan dari gue agar gue bisa ngelindungin dia dari godaan cowok lain.

Pelet Halal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang