17. Istri Super Katrok

211 179 1
                                    

Juminten POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juminten POV

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, rasanya malam ini begitu sepi.

Ini malam kedua aku resmi dan sah menjadi istri dari seorang Livai Tabuti yang begitu arogan itu.

Aku sendiri masih terheran-heran dengan jalan takdirku. Bagaimana tidak? Orang yang selama ini tidak aku sukai karena akhlaknya yang buruk menjadi suami ku sekarang.

Ku sebut kemalangan ku atau justru malapetaka ku?

Tepatnya di beberapa Minggu yang lalu, tiba-tiba saja aku dilamar langsung oleh Mas Livai di depan pintu kos ku bersama bapaknya.

Meskipun aku sudah berumur 25 tahun dan seharusnya sudah menikah, tapi aku gak pernah berpikir akan ada pria yang datang melamar gadis kampungan sepertiku selain almarhum Rivai.

Awalnya aku menolak keras menikah dengannya, namun dia mengancam akan menghentikan perawatan bapakku yang menderita penyakit jantung di rumah sakit milik om nya yang berada di kota Semarang karena tidak semua rumah sakit mau menginapkan pasiennya bertahun-tahun dengan biaya yang terjangkau.

Mau tak mau karena desakan keadaan, aku mengiyakan lamarannya.

Terkadang pun aku masih suka berasumsi bahwa semua kejadian ini karena hasil dari peletku yang salah sasaran di tiga tahun yang lalu.

Tapi di waktu itu aku masih penasaran, kira-kira apa alasan dia menikahiku.

Sampai sesaat setelah acara ijab qobul barulah aku tau, tepatnya malam dimana kami sudah sah sebagai pasangan suami istri.

"Gue nikahin lu karena kalah taruhan di tiga tahun yang lalu, jadi gak usah berpikir kita bakal menjalin hubungan rumah tangga layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Jangan pernah mimpiin itu, cewek ndeso."

Tapi sudahlah, katanya dia tak sungguh menganggap ku istri. Itu bagus, aku tak harus melayaninya sebagai seorang istri, aku aman. Dia tak harus meniduri ku.

Tes.

Tes.

Tanpa sadar aku menitikkan air mata.

Entah kenapa tiba-tiba aku jadi teringat dan berandai-andai jika saja Rivai masih hidup, pasti saat ini aku sudah jatuh di pelukan hangatnya dan menikah dengan orang yang benar-benar aku cintai.

Tok tok tok..

Terdengar suara ketukan pintu.

Mas Livai udah pulang kerja ya?

Dengan cepat aku pergi membukakan pintu.

Gak lama dia merebahkan tubuhnya di sofa.

"Minten, ambilin gue minuman teh botol. Cepet! Gue haus," perintahnya.

Aku langsung bergegas pergi mengambilkan botol minuman yang aku pikir isinya adalah air teh.

"Hueeekkk.. Buset dah, lu ngasih minuman apaan kok rasanya pedes banget kek mulut tetangga gini?" 

Pelet Halal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang