Pelet Halal [ON GOING]

19. Peraturan Mas Livai

BRUKK!

Sesampainya di rumah setelah dari acara reuni, tiba-tiba saja tubuh Mas Livai jatuh menimpaku sehingga kami terbaring di lantai kamar.

"Mas ini Jumin ketindihan, entar Jumin jadi gepeng loh Mas."

Aku memukul-mukul tubuhnya, tapi sama sekali tak ada respon. Mau tak mau aku harus membantunya berbaring di kasur.

Melihat Mas Livai yang tidur di kasur dengan tubuh beraroma darah bekas muntahan darah tadi, aku segera mengambil baskom kecil berisi air hangat dan juga handuk untuk membilas tubuhnya.

Aku membuka satu persatu kancing bajunya lalu mulai mengelap basah tubuhnya.

Wah, inikah tubuh yang sering didambakan para wanita? Tubuhnya memang sangat bagus untuk ukuran pria berumur 26 tahun begini.

"Engh.."

Mampus, apa dia bangun?

Aku yang panik takut dikira ngapa-ngapain dia, langsung pergi ke dapur mencuci handuk dan baskomnya. Tapi langkahku terhenti saat tangannya meraih lenganku.

"Jangan pergi, tetaplah disini."

Apa dia mengigau ya? Gak mungkin kan dia memintaku tetap bersamanya jika dia dalam keadaan waras dan sadar?

Tapi gapapa, aku akan menemaninya disini. Aku mau pergi pun gak bisa karena dia lebih dulu mencengkram lenganku.

Lucu juga melihatnya tidur begini. Lebih bagus kalau dia begini terus, terlihat lebih baik.

Beberapa waktu berlalu, kini dia terbangun membuka matanya, sifat menyebalkannya muncul lagi.

"KOK GUE GAK PAKAI BAJU?"

Bangun-bangun dia langsung heboh sambil nutupin dadanya, melihatku seperti curiga.

"SELAMA GUE TIDUR LU APAIN GUE?"

"Jumin gak ngapa-ngapain, cuma ngelap badan Mas Livai aja kok."

"BOHONG! HIDUNG LU MAKIN PESEK TAU RASA LU!"

Ya Tuhan, perasaan aku cuma ngelap badan dia pakai handuk, itu juga dia yang minta aku tetap disini.

Tapi namanya juga Mas Livai Tabuti, dia suka berlebihan sendiri. Menuduhku telah mengapa-ngapakan tubuhnya padahal tidak sama sekali.

~💙❤️~

Livai POV

Sumpah ini gue kenapa dah. Muntah darah secara tiba-tiba? Perasaan dari kemarin gue kagak bikin hal aneh-aneh sampai jadi begini.

"M-mas.." Panggil Juminten.

"Apa?" Sahut gue males-malesan. Tubuh lagi lemes mau bobok ganteng masih bae diganggu.

Si cewek ndeso itu nunjuk ke boneka unicorn besar yang ada di atas lemari gue.

Eits, tapi itu bukan punya gue loh ya. Itu boneka yang rencana gue pengen kasih ke mantan gebetan gue dulu, tapi sayangnya dia keburu ditikung sama cowok lain.