27. Keputusan Sulit

196 166 0
                                    

Mas Livai akan menceraikan ku setelah kejadian di mall beberapa hari yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Livai akan menceraikan ku setelah kejadian di mall beberapa hari yang lalu.

Dia bahkan telah mengurus surat gugatan perceraian kami tanpa sepengetahuanku. Lalu apa yang harus aku lakukan lagi ketika hari itu tiba? Mas Livai akan membuang ku seperti barang lama yang tak berguna lagi.

Ini sangat sulit untukku, apalagi mengingat bayi yang aku kandung sekarang.

Kemana aku akan pulang setelah ia menceraikan ku? Kembali ke orang tuaku dalam keadaan hamil begini? Tidak! Itu pilihan buruk. Kondisi keluarga ku di Semarang saja sudah memprihatinkan seperti itu, bagaimana jika jadi bahan perbincangan para tetangga juga?

Lalu tempat mana yang harus aku tuju?

Cklek.

Bunyi pintu rumah yang terbuka membuat ku menyeka air mata dengan cepat. Aku gak boleh kelihatan sedih di depan Mas Livai.

Aku sedang membersihkan lemari yang cukup berdebu dan jarang digunakan saat Mas Livai dan Milea pulang.

"Juminten."

Astaga! Aku kaget saat mendadak Mas Livai datang di belakangku, ngapain juga dia dempet-dempetin aku begini?

"Lu udah makan?" Tanya Mas Livai dengan suara sangat pelan, kayak takut didengar sama Milea aja.

"Belum Mas," balasku.

"Pas banget! Tadi pas gue jalan sama Milea, gue sama dia sempat makan bakso dan gue sekalian beliin lu satu bungkus," ujar Mas Livai sambil mengangkat kantong kresek transparan yang berisikan bakso untukku.

Wah kok bisa kebetulan begitu ya? Aku juga sebenarnya dari tadi ingin banget makan bakso cuma karena mikirin kondisi kandungan ku, aku gak mau jalan-jalan keluar dulu untuk sekedar beli bakso, takut kecapekan.

"Yaudah, lu bisa tunda dulu bersih-bersih nya buat makan dulu."

Kalau kamu jadi baik begini, gimana caranya aku bisa bersikap biasa saja sama kamu, Mas?

"Kenapa lihatin gue gitu? Mulai suka ya sama gue? Ciee.. Ngaku lu!"

"Enggak kok!" Bantah ku dengan cepat.

"Kalau suka juga gapapa, Jum. Emang susah sih nolak pesona gue."

Aku menyikut perutnya, bisa-bisanya dia sampai berpikir begitu.

Mana tebakannya benar tepat sasaran, hampir saja dia melihat wajah merah ku.

"Jumin makannya nanti dulu aja ya Mas, soalnya Jumin mau sekalian nyelesaiin bersih-bersih di lemari berdebu ini," ucapku dengan memegang sebuah kemoceng di tanganku.

Aku mengelap debu yang menempel di lemari tersebut, namun tanpa sengaja aku menjatuhkan sebuah nametag dari tempat itu.

Tentu saja aku segera memungut nametag tersebut.

Pelet Halal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang