26. Terlambat Menyatakan Perasaan

190 167 0
                                    

Sore ini adalah sore yang sangat menjengkelkan dan menyakitkan bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini adalah sore yang sangat menjengkelkan dan menyakitkan bagiku.

Bagaimana tidak, sedari tadi Milea hanya terus bermanja-manja dengan Mas Livai. Apa dia lupa kalau Mas Livai udah punya istri? Apalagi ada aku di rumah ini.

"Liv, gue mau makan pizza ih," rengek Milea manja sambil memegang tangan Mas Livai yang sedang sibuk mengetik di laptop.

"Bentar ya, gue mau menyelesaikan dulu kerjaan gue," jawab Mas Livai lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Tapi janji loh, jangan kelamaan. Nanti dedek bayinya protes ke Livai!" Rengek Milea lagi.

Mas Livai hanya bergumam lalu mengusap kilas pucuk kepala Milea.

Astaga, hampir aja loh aku mau ngelempar gelas gambar Pororo ku ke lantai yang padahal lagi aku cuci sebab melihat perlakuan manjanya pada suamiku.

Setelah pekerjaan Mas Livai selesai, dia mematikan laptopnya lalu mengurusi Milea yang sejak tadi banyak maunya.

"Jadi ibu hamil hari ini mau kemana? Gue siap nganterin," tanya Mas Livai, terlihat seperti visual calon ayah yang begitu siaga.

Andai saja Mas Livai mau memperlakukan ku sedikit lebih halus dan perhatian seperti itu, mungkin anak kami akan ikut senang seperti yang anak Milea rasakan sekarang.

Bukan sepenuhnya salah Mas Livai juga, aku juga ikut ambil bagian kesalahan itu karena telah berbohong padanya. Habis mau gimana lagi, melihat ekspresi bahagia Mas Livai saat tau aku tidak hamil anaknya membuatku urung untuk memberitahukannya tentang kehamilan ku.

"Livai, kita jalan-jalan ke mall, udah lama nih gak main ke sana. Lagian di sana ada yang jual pizza yang enak banget, gue sering ke sana."

Mas Livai tak menolak, tentu saja ia menuruti permintaan Milea.

"Yaudah deh kita ke mall ya. Gue mau ambil dompet sama kunci dulu, oke?"

Sabar Jumin, sabar. Ini ujian melihat suami sayang ke wanita lain. Aku gak boleh kepikiran, nanti kasihan dedek bayi yang aku kandung.

Di saat mereka telah bersiap untuk pergi, mendadak Milea memanggilku saat aku tengah mencuci piring.

"Juminten~"

"Nggih, ada apa mbak?" Aku menoleh padanya.

"Jum, lu ikut kita ke mall ya, masa cuci piring terus sih? Ayo jalan-jalan sekali-kali," ajak Milea.

"Engh.. itu.."

Aku melirik takut pada Mas Livai, kalau pun aku mau ikut dengan mereka, kan belum tentu Mas Livai memperbolehkan aku ikut. Tau sendiri kan, dia pasti malu kalau gak sengaja ketemu teman atau kenalannya lalu harus mengakui ku sebagai istrinya.

"Liv, Juminten boleh ikut kita ya? Please.."

Mas Livai melihatku dengan tatapan yang sulit aku artikan, apakah dia setuju atau justru menyuruhku tinggal diam di rumah saja.

Pelet Halal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang