CHAPTER 05

999 122 23
                                    





Banyak dari mereka yang memvonis Sujin telah meninggal, tim penyelamat mengatakan kemungkinan terbesar tubuh Sujin telah dicabik-cabik hewan buas atau membusuk di dasar jurang. Meski begitu, selama dua bulan penuh Jimin tidak menghentikan pencarian, tetapi sayang sekali, jejak, mau pun tulang belulang Sujin tidak ditemukan.

Jimin mengalami duka yang mendalam.

Karangan bunga berbondong-bondong dikirim ke rumah duka, dalam sebuah pigura yang terpasang di dekat dupa-dupa mengepul Sujin tersenyum lembut di sana. Seluruh warga desa yang mengenal Sujin, mereka datang dengan raut wajah sedih, Sujin telah dinyatakan positif hilang dan meninggal dunia.

Dua bulan penuh Jimin hidup tidak teratur,
ia sesak, seakan dadanya disumpal oleh timbunan kapas yang padat. Terhitung sudah dua kali Jimin masuk rumah sakit karena harus transfusi darah, ia mengalami anemia parah dan depresi yang mendalam. Dion menjadi saksi atas semua kehancurannya, pria itu juga berduka atas kepergian Sujin.

Pagi ini bau tanah menyeruak karena hujan datang begitu ramai semalam, pekarangan belakang banjir karena danau meluap. Jimin melangkah tertatih berjalan menuju balkon belakang, lantai kayu yang Jimin pijak berderit nyaring seperti bunyi rumah kosong. Memang begitu adanya, dua bulan ini, semua hal tanpa Sujin menjadi melompong, kosong dan hambar, semua benda di rumah ini hampir tidak pernah tersentuh siapa pun lagi.

Jimin berdiri sambil tatapi tanaman-tanaman layu yang tumbuh di pot menggantung, bunga anggrek ungu itu adalah peliharaan Sujin, gadis itu merawatnya dengan posesif sampai menyentuh saja Jimin tidak boleh. Sekarang, anggrek itu sudah dua bulan tidak diurus, rumput-rumput liar tumbuh di sekitaran pot dan tanah dalam pot lembek karena kehujanan dalam waktu yang lama. Anggrek itu sekarat dan tidak akan terselamatkan lagi. Jangankan bunga anggrek, tanpa Sujin, Jimin pun akan  layu dan perlahan-lahan mati.

Jimin teringat oleh kebiasaan Sujin setiap pagi, gadis itu akan berdiri di balkon belakang untuk menyemproti tanaman bunganya, lantas jika hujan datang, gadis itu akan cekatan memunguti semua kain-kain yang sedang dijemur. Sujin akan selalu jadi manusia tersibuk setiap pagi, mereka tidak pernah memiliki pelayan, meski Sujin cukup manja, gadis itu pandai mengurus rumah layaknya seorang istri. Saat Jimin pulang dari urusan kebun dan ternak, di rumah Sujin sudah menunggu bersama hidangan makan malam.

Jimin membesarkan Sujin dan sejak remaja, gadis itu paham semua kebutuhan Jimin. Mulai dari menyiapkan pakaian, sarapan, makan malam dan semua vitamin. Karena kehadiran Sujinlah di umurnya yang semakin matang, Jimin merasa tidak perlu menikah. Di rumah, mereka hidup berdua layaknya sepasang suami istri. Jika pun, pernikahan adik kakak diperbolehkan, sudah sejak dulu ia akan menikahi Sujin.

Jimin tahu itu gila, tapi ia paham kalau perasaan posesifnya inilah yang membuat Jimin berpikir seperti itu. Ia khawatir kalau Sujin menikah dengan pria yang bukan dirinya, karena Jimin yakin sekali, tidak ada manusia lain yang menyayangi sujin sebesar miliknya.

Sekarang, karena perasaan sayangnya yang terlalu gigatis. Jimin sulit menerima kenyataan bahwa Sujin telah meninggal dunia, itu pasti salah. Karena kamar Sujin saja masih banyak tersisa harum gadis itu, Jimin tidak pernah mematikan lampu teras dan menunggu Sujin pulang. Entah sampai kapan, ia tetap tidak percaya sebelum melihat jasad Sujin.

Jika benar Sujin telah mati dalam kecelakaan itu, maka jasadnya pasti tidak jauh dari sana. Iya, 'kan?

Jimin sanggup melakukan apa saja untuk gadis itu, termasuk menunggu dan mencarinya sesabar mungkin. Hidup atau mati, ia akan menemukannya. Jika yang ditemukannya cuma tulang belulang Sujin, maka ia pastikan tulang itu akan ia ciumi sampai puas.

Jika bukan untuk Sujin, untuk apa semua kekayaan ini? Untuk apa semua perjuangannya yang terobsesi keluar dari kemiskinan? Sepuluh tahun silam, ia menipu sahabatnya sendiri untuk alasan yang egois. Jimin mati-matian membawa kabur uang senilai miliaran won dari seorang sahabat dekatnya, semua itu dilakukannya untuk kehidupan Sujin yang lebih baik.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang