CHAPTER 25

884 140 45
                                    

Vs

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vs

Vs

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dulu saat Sujin kecil, ia memang sering mendebat Jimin, terkadang mereka bertengkar untuk hal-hal kecil, yang paling Sujin ingat adalah ketika kakak lelakinya itu sengaja menembak seekor tupai di dekat rumah mereka. Jimin punya kejelian yang luar biasa, kemampuan bidiknya nyaris sempurna, artinya pria itu punya persentase tinggi ketika mengincar sebuah target. Namun, Sujin benci kalau bakat kakaknya itu digunakan untuk menyakiti makhluk hidup. Hari itu mereka bertengkar, Sujin berteriak dengan lantang bahwa ia membenci Jimin sampai tanpa sengaja melukai pria itu dengan cakarannya. Hingga sekarang jika ditatap lebih jeli bekas cakaran itu masih melekat pada pipi kakak lelakinya.

Itu sudah lama sekali sejak terakhir Sujin berteriak 'aku membencimu' pada Jimin. Kini kalimat itu harus terlanting sebab kalimat pria itu menyakitinya. Sujin sudah salah besar telah mengira bahwa Jimin akan menyayangi anaknya bersama Taehyung.

Melihat Jimin yang begitu menentang hubungan mereka serta menolak bayi dalam kandungannya ini membuat Sujin tertekan.
Harus ia akui, jika ia menyesal meninggalkan Taehyung sendirian di sana. Sujin bertanya-tanya, apa yang dipikirkan Taehyung sekarang. Apa pria itu senang akan punya anak lagi? Oh, Sujin hampir melupakan Noah, memikirkan bocah itu membuat Sujin sedikit terhibur, ia begitu mengagumi kecerdasan Noah, sampai-sampai ia sering berkata dalam hati ingin anak yang cerdas yang seperti itu. Namun, setelah ada bayi yang tumbuh dalam perutnya, tidak ada harapan lebih besar dibanding ingin seorang anak yang sehat.

Sejak pertengkarannya dengan Jimin sore tadi, Sujin mengunci dirinya di kamar. Ia tidur sambil membelakangi pintu, saat sebuah dentingan kunci mengudara Sujin tahu Jimin sedang berusaha masuk dengan kunci cadangan. Dengan cepat-cepat Sujin memejamkan matanya, berpura-pura untuk tidur.

Kasurnya bergoyang saat Jimin duduk di bibir ranjang, sapuan halus pada bingkai wajahnya membuat Sujin geli, pria itu kemudian menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga sambil bergumam. "Sujinku sudah besar."

Jimin tahu ia hanya pura-pura tidur, akhirnya Sujin membuka mata lantas menyingkirkan jemari Jimin dari sisi wajahnya. Sambil berusaha berguling ke sisi lainnya, Sujin berdialog, "Aku mau sendirian."

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang