CHAPTER 28

693 106 3
                                    

Samar-samar dipukul pagi yang masih muda Sujin mencuri dengar ada suara germicik air dari dalam kamar mandi, seraya mengumpulkan nyawa ia mengusak mata lalu sandarkan pungkur di kepala ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samar-samar dipukul pagi yang masih muda Sujin mencuri dengar ada suara germicik air dari dalam kamar mandi, seraya mengumpulkan nyawa ia mengusak mata lalu sandarkan pungkur di kepala ranjang. Sujin bukannya terganggu oleh suara itu, hanya saja ia terusik setelah beberapa saat yang lalu  Taehyung melepaskan pelukan untuk pergi mandi—mana bisa ia melanjutkan tidur lagi.

Sebenarnya Sujin ingin pergi membasuh muka, sebab wajahnya terlalu berminyak pagi ini. Namun, mengetahui Taehyung yang sedang mandi, Sujin memutuskan untuk menunggu pria itu sampai tuntas dengan kegiatannya di dalam sana.

Diam sejenak membuat pikiran Sujin teralihkan pada sosok kakaknya—si sulung Yoon itu, entah apa tanggapannya ketika tahu sang adik mau-mau saja dibawa lari kemarin. Sujin meremas rambutnya sambil hembuskan napas besar, ia merasa bersalah akan hal itu. Sujin benar-benar dilema, antara suami atau hubungan darah. Entah pada siapa keputusannya akan berlabuh. Di hadapan Jimin, lagaknya memang yakin ingin membela Taehyung, tetapi ketika Taehyung bersamanya, ia memikirkan perasaan Jimin.

Sujin berpikir untuk memperbaiki pertemanan dua pria itu, tapi nyaris mustahil sebab rasa benci pada keduanya amat gigatis. Andai hubungan dua pria itu bisa diperbaiki, pernikahannya akan berjalan lebih mudah. Ada cara terbaik sebenarnya, yaitu membujuk salah satunya untuk mengalah, berdamai lantas menjalin hubungan kekeluargaan yang harmonis. Dengan begitu, Sujin tidak perlu lagi memilih di antara mereka. Itu harapan yang manis, andai saja ia bisa mewujudukannya.

Sujin bisa saja jatuh dalam keandai-andainya yang lain jika suara ketukan tidak mengudara dan menyadarkannya, kemudian Sujin lihat di sana seorang wanita berumur berdiri di dekat pintu.

"Melamun pagi-pagi katanya akan membawa sial. Nona," katanya dengan nada yang sedikit meledek.

"Pantas saja hidupku banyak sial, aku suka melamun pagi-pagi." Sujin hanya lukis kurva tipis di bibirnya sambil menyibak selimut dari paha.

"Anggapannya bisa saja meleset, Nona. Jangan terlalu dipikirkan."

Wanita itu adalah istri paman Hong, namanya Margaret—bukan nama korea, tetapi sejak kecil wanita itu kerap dikenal sebagai Margaret, dia punya tangan ajaib sebab masakannya luar biasa lezat, makan malam kemarin jadi makanan paling nikmat yang pernah Sujin santap. Kini bibi Margaret berjalan ke arah tirai-tirai, lantas menyibaknya perlahan-lahan.

"Kau adiknya Yoon Jimin bukan?"

"Y-ya." Sujin tidak mengira bahwa istri paman Hong itu mengenal Jimin.

"Begitu rupanya, aku mengerti sekarang."

"Bibi kenal kakakku?" Pun Sujin hanya bisa bertanya demikian.

"Tentu saja, bahkan sebelum hubungannya bersama Taehyung menegang. Aku telah mengurus villa ini semenjak orang tua Taehyung masih hidup, kemudian setelah nyonya dan tuan tiada. Taehyung mulai sering membawa teman-temannya ke sini untuk melakukan pesta anak lelaki, termasuk Jimin kakakmu."

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang