CHAPTER 16

834 122 54
                                    


Secara medis mungkin kondisi Sujin kurang terlihat baik, wajah pucat serta luka di kepalanya itu jelas kelihatan buruk. Ia terlalu berani untuk melukai dirinya sendiri, dan anggaplah Sujin memang wanita yang nekat, meski harus mengalami kesakitan tetapi ia merasa jauh lebih baik seperti ini. Itu semua karena kepingan ingatanya telah kembali, lantas hal itu membuat semua hal ganjalnya terjawab.

Tidak satu pun orang yang Sujin temui saat irisnya menyapu sekitar selain hanya tiang infus di samping tempat tidur yang setia berdiri. Sujin bersikap waspada mengetahui dirinya tersadar di kamar milik Taehyung—bukan di rumah sakit atau di mana pun, Sujin bergerak untuk ambil posisi duduk, kemudian ia meraba-raba luka yang ia buat sendiri, jahitan luka itu rupanya diperban dengan teliti—pasti Taehyung yang melakukannya, memikirkan hal itu kemudian satu hal genting muncul di dalam kepalanya.

Apa yang dipikirkan Taehyung saat ini? Pria itu pasti sudah tahu kalau ingatan Sujin telah kembali. Taehyung tidak akan berpura-pura lagi padanya, tentunya pria itu akan jadi ancaman.

Satu-satunya hal yang Sujin rencanakan setelah semua ingatanya kembali adalah melarikan diri, ia telah dibodohi sejauh ini, pria Hwang itu berani sekali main-main dengan pernikahan dan Sujin tidak bisa mengelak bahwa ia dan Taehyung terikat dalam pernikahan itu. Sujin telah memberikan semuanya pada keluarga ini, ia melayani Taehyung dan mereka melewati malam-malam yang menggairahkan, ia mencintai Noah seperti putranya sendiri. Sulit menerima kenyataan pahit, Sujin masih terlalu belia untuk menangisi sebuah pernikahan yang nyatanya cuma akal-akalan Taehyung yang licik.

Sujin belum tahu pasti apa penyebab Taehyung mengusik kehidupannya, sebelum semua ini terjadi Sujin tak sama sekali pernah mendengar nama pria itu dalam hidupnya. Sujin tidak memahami kenapa ia bisa berakhir seperti ini, dalam genggaman Taehyung sebagai tawanan berstatus istri.

Sujin mendesis sewaktu ia tarik jarum infus dengan kasar, sekarang ini, masa bodo dengan rasa sakit di kepalanya atau nyeri dari jarum infus, Sujin cuma ingin pulang ke Jeju tempat di mana ia dibesarkan oleh kakak lelakinya.

Sujin melangkah ke arah jendela, disibaknya tirai itu dan langit malam bersama hujan menyambutnya dengan nyata. Sujin mengigit bibir, ia bisa saja melarikan diri lewat jendela tetapi itu sama saja dengan bunuh diri karena bisa dipastikan ketinggian akan membunuhnya.
Sujin membuka kaca jendela, seketika air hujan memercik-mercik ke wajahnya, ia melirik ke bawah dan ketinggian itu sukses membuatnya mundur. Di mana sosok Sujin yang sebelum ini berani melukai dirinya sendiri dengan ujung buku yang keras? Oh, terserah, ketinggian ini lebih menakutkan dibanding ujung buku milik Jane Austine. Ingat Sujin takut ketinggian, Jimin pun tahu akan hal itu.

"Kenapa ragu-ragu?"

Sujin terkesiap, ia membalik tubuh membelakangi jendela dan dilihatnya sosok Taehyung sudah berdiri di dekat pintu kamar. Seketika napas Sujin tercekat, ia mundur beberapa langkah sampai menyentuh pinggiran jendela. "Jangan mendekat!" kata Sujin mengancam.

Taehyung mengangkat kedua tangannya untuk membuktikan pada Sujin bahwa ia tidak akan melakukan apa-apa. "Kau berani melukai kepalamu sendiri, tapi kenapa sekarang malah takut?"

"Apa tujuanmu membuatku seperti ini?" Sujin melayukan alisnya, ia meremas kusen jendela saat dilihatnya Taehyung mulai berjalan mendekat.

"Tentang itu, coba kau tanya sendiri pada Jimin kenapa kau bisa berakhir di sini." Taehyung melihat Sujin yang mulai kesulitan mengendalikan diri, semakin dekat mereka, semakin pula Sujin ketakutan.

"Kalau begitu biarkan aku pulang," kata Sujin dengan posisinya yang semakin mengarah ke luar jendela.

"Kau istriku, bagaimana aku membiarkanmu pulang?" Taehyung bersikap pongah, ia puas oleh ekspresi Sujin yang ketakutan seperti itu.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang