CHAPTER 06

989 123 12
                                    



Kehadiran Noah bagai sebuah kabar mengejutkan untuk Sujin, ia tidak bisa berbuat banyak selain hanya mencoba menerima kehadiran bocah itu. Sebelumnya Sujin sama sekali tidak menduga bahwa Hwang Taehyung pria yang memperkenalkan diri sebagai calon suaminya telah memiliki anak. Sejak kecelakaan, banyak sekali ingatan Sujin yang hilang, ia berpikir mungkin saja dulu ia sudah menerima Noah, tetapi lain halnya oleh keadaanya sekarang, Sujin merasa bersalah karena ingatan tentang Noah pun sama sekali tidak tersisa di dalam kepalanya. Semua ini membuat Sujin harus mengulangi dari awal, mencoba mencintai Taehyung, juga menerima Noah sebagai anaknya.

Terhitung sudah 3 hari sejak kedatangan Noah, Sujin lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar. Sujin masih dalam tahap pemulihan, jadi ia lebih banyak beristirahat daripada berinteraksi dengan Noah. Ia bertemu dengan bocah lelaki itu hanya saat sarapan dan makan malam, Sujin masih terlalu canggung untuk bicara dengan Noah. Mereka masih terlalu asing dan Sujin masih perlu menyiapkan diri tentang bagaimana caranya bersikap pada Noah. Meski begitu, tidak sekali pun terbesit di pikirannya untuk membenci Noah. Anak lelaki itu punya perangai yang ramah, meski baru 7 tahun, Noah pandai bicara dan kritis. Sering kali saat makan malam, ia memperhatikan wajah Noah, bocah itu tidak mirip dengan Taehyung. Matanya lebih bulat dan bibirnya lebih tipis, Sujin menduga kalau Noah pasti mirip dengan ibunya. Yang paling membuat Sujin suka dari Noah adalah anak itu pandai mencari celah untuk bicara dengannya. Sujin rasa, tidak akan sulit untuk mengakrabkan diri dengan bocah lelaki itu, Sujin hanya perlu memulainya.

"Bagaimana kakimu?"

Sujin menoleh ke arah pintu dan didapatinya Taehyung sedang berdiri di ambang pintu sambil menyandarkan bahu di sana. Ini pukul delapan pagi dan penampilan Taehyung sudah rapih kecuali dasi yang masih pria itu sampirkan di lengan kiri.

"Sudah lebih baik, lihat..." Sujin menurunkan kakinya dari atas kasur dengan hati-hati kemudian mencoba menggerak-gerakan jari-jarinya.

Perkembangan Sujin begitu pesat, perlahan-lahan kedua tungkai kaki Sujin kembali berfungsi dengan baik. Melihat itu, Taehyung melangkah masuk dan menghampiri Sujin yang sedang duduk di pinggiran kasur. Sujin mendongak saat Taehyung mengulurkan tangan di depan wajahnya. "Raih tanganku dan cobalah berdiri," instruksi pria itu kemudian.

Sujin mengambil uluran tangan Taehyung, dirasakannya tangan pria itu hangat dan merah menyambutnya dengan sigap. Pelan-pelan Sujin mulai beranjak untuk mencoba berdiri, Sujin agak kesulitan tetapi berkat bantuan Taehyung ia berhasil menginjak lantai. "Lihat, aku bisa." Sujin tersenyum sambil tetapi Taehyung.

"Sudah lebih baik dari hari kemarin, aku akan selalu mengawasimu, kerja bagus, Nona pasien." komentar Taehyung membuat Sujin tertawa ringan.

"Apa aku boleh mencoba lompat?" tanya Sujin sambil menatap wajah Taehyung, pagi ini pria itu menata rambutnya dengan rapih, sebagian rambut depannya disisir ke belakang dan kelihatan licin karena minyak rambut. Sujin ingin memuji penampilan Taehyung, tetapi pujian itu cuma berakhir tersangkut di tenggorokan —Sujin malu untuk bilang 'Kau tampan pagi ini, Pak dokter'

"Jangan terlalu ceroboh."

Sujin tersenyum lagi. "Aku hanya bercanda."

"Daripada melompat, cobalah untuk belajar melangkah." Sebagai seorang dokter ahli saraf, Taehyung paham betul oleh perawatan yang dilakukannya pada Sujin. Sesuai perkiraan dan sebuah keajaiban, Sujin bisa pulih lebih cepat.

"Bisa kucoba sekarang?" Meski kelihatan ragu, Sujin ingin sekali mencoba mengambil langkah.

"Tentu, cobalah melangkah ke sana." Taehyung menunjuk ke arah jendela yang gordennya masih tertutup dengan dagunya.

"Tolong pegangi tanganku, Pak dokter," kata Sujin sambil menatap Taehyung.

"Tidak perlu khawatir."

Kemudian Sujin mulai mengambil langkah pendek-pendek, kakinya masih gemetar dan ia meremas lengan kemeja Taehyung karena khawatir akan jatuh. Tetapi, dirasakannya Taehyung merangkul pinggangnya sementara tangan lainnya menuntun Sujin untuk melangkah dengan kokoh. Sujin tersenyum dan tersentuh pada momen ini, diam-diam diliriknya Taehyung yang sibuk memberinya instruksi.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang