Chapter End
Entah sudah berapa banyak Sujin menghabiskan air matanya untuk menangisi Taehyung, masih dalam keadaan pergelangan terborgol ia membiarkan kesedihannya tumpah ruah seperti gerimis hari lalu—jangan kira Sujin tidak berusaha melepaskan diri, ia sudah sekuat tenaga menghancurkan borgol ini dengan benda apa pun yang bisa dijangkaunya, namun sia-sia saja, itu hanya membuat tangannya terluka dan sakit berkepanjangan.
Sebelumnya Dion sudah membagi informasi, setelah Jimin membuat Taehyung sekarat malam itu, Jimin menyeret Taehyung untuk diserahkan pada polisi. Buronan yang mereka cari telah berhasil diringkus, itulah mengapa kini ada banyak sekali artikel berita yang bermunculan mengenai hukuman mati yang dijatuhkan pada Taehyung. Sementara Jimin? Sampai sekarang, pria itu bahkan belum menampakkan batang hidungnya.
Sambil merasakan sesak di ulu hatinya, Sujin duduk dengan pasrah di atas lantai. Ia harus menerima bagaimana pernikahannya berakhir, ia wanita yang malang, sebagai seorang ibu Sujin juga meratapi nasib jabang bayinya yang terancam tidak memiliki ayah. Sujin lelah, air matanya sudah kering, meski begitu suara isakannya masih terdengar nyaring.
Sujin tahu Dion ada di luar kamarnya, pria itu berjaga atas perintah Jimin dan hatinya begitu dingin. Dion tidak luluh meski suara tangisan Sujin sampai ke telinganya, berengsek! Sujin membencinya! Harusnya ia tidak mengharap belas kasih dari pria itu.
Berjam-jam dalam keadaan terbogol membuat Sujin tersiksa, memikirkan nasib sang suami membuatnya rapuh, runtuh dan hancur. Sujin memejamkan matanya untuk yang kesekian kali, pada saat itu Sujin berdoa untuk sebuah keajaiban. Entah bagaimana caranya, ia ingin Taehyung terbebas dari segala kesulitannya.
Bukan akhir seperti ini yang Sujin inginkan.
Tepat ketika Sujin membuka mata, ditemukannya pintu kamar sudah terbuka.
"Kau nampak menyedihkan, Ji."
Sujin mendongak kemudian mendekat beberapa hasta pada sang kakak, gerakannya tentu masih terbatas sebab lengannya terkekang. "Jimin—"
"Jimin? Wuah?" Resam Jimin nampak begitu berantakan, pria itu berjongkok tepat di hadapan Sujin. "Sejak kapan kau berhenti memanggilku kakak?"
"Semenjak kau bukan lagi seorang manusia."
Tawa Jimin membahana, bukan sebuah tawa yang terdengar menyenangkan, melainkan Jimin sedang menyiratkan kegetirannya. "Sihir apa yang Taehyung gunakan padamu? Aku heran. Kau sudah banyak berubah, Ji."
Sujin hanya layangkan pandangan benci untuk Yoon Jimin, sumpah serapah sudah menggunung pada dadanya. Akan tetapi, ketika Sujin hendak memuntahkankan semua ujaran-ujaran kebencian itu tanpa diduga-duga Jimin bergerak untuk membuka borgol pada lengannya. "Apa yang akan kau lakukan?" Sujin berjelengit curiga, ia sudah tahu tabiat Jimin yang telah berubah menjadi sosok yang licik—ia takut Jimin melakukan sesuatu padanya—pada jabang bayi di dalam perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS
FanfictionHwang Taehyung adalah pimpinan dari organisasi rahasia, ia dijuluki Dewa Hitam karena mendominasi pasar gelap Gwangjeo. Sepuluh tahun yang lalu, Yoon Jimin adalah seorang pengabdi setianya, namun pria itu berkhianat dengan membawa kabur uang senilai...