CHAPTER 29

840 111 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menjalang makan malam bibi Margaret sempat berpesan, jika Sujin ingin masak sesuatu, di lemari pendingin ada banyak sekali bahan makanan. Beberapa di antaranya, ada banyak sekali tahu sutra, beberapa butir telur, jamur enoki dan daging ayam. Beberapa saat lalu, kebetulan sekali Taehyung ingin dibuatkan makanan rumahan. Tanpa perlu bantuan dari bibi Margaret, Sujin mengambil alih dapur dan menyiapkan makan malam, meski kehamilannya sudah cukup membatasi kegiatan tapi—ayolah Sujin bukan perempuan yang manja.

Villa ini bukannya bangunan yang terlampau mewah, meski bagian luar tampak modern tetapi nuansa ruang makan tertata layaknya bangunan tradisional. Tikar berbahan rotan menghampari seluruh lantai, terdapat sebuah meja berkaki kurcaci di tengah-tengah ruangan, dan Sujin menata tiga menu makan malamnya di sana, kemudian setelah meletakkan seteko teh chamomile Sujin duduk melantai menyusul Taehyung yang sudah menunggunya.

"Jangan terlalu lelah." Kalimat Taehyung sewaktu Sujin mengambil tugas menyendok nasi lantas disandingkannya mangkuk penuh itu ke hadapan sang adam.

"Ayolah, badanku kaku kalau seharian cuma santai-santai."

Si suami hanya beri ekspresi heran aja, melihat Sujin yang super cekatan. Kemudian tanpa ingin menunda waktu, Taehyung mengambil suapan pertama, sepersekian detik berikutnya lidahnya dibuat meletup-letup sebab rasa masakan Sujin begitu membuatnya menawan.

Sujin memperhatikan bagaimana makan malam mereka berlangsung, sambil menatapi gelagat Taehyung Sujin bertanya, takut-takut ada yang salah pada masakannya. "Ada yang salah? Apa rasanya buruk?"

Taehyung menggeleng. "Aku kadang bertanya-tanya, dari mana kau belajar untuk semua ini."

Melihat ekspresi Taehyung yang bersahabat, Sujin melanting tawa singkat. Sujin juga ikut melahap suapan pertamanya, mengunyah gulungan jamur enoki, lantas membuatnya bernostalgia. Sujin mendapat resep ini dari ibu panti yang mengurusnya selama lima tahun, meski Sujin waktu itu masih terlalu belia, namun Sujin masih cukup ingat bagaimana dulu dirinya sering memperhatikan cara wanita itu memasak. Sekarang, mengingat wanita itu telah tiada membuat Sujin agak merindukannya.

"Setelah Jimin meninggalkanku di panti asuhan, aku belajar banyak hal dari ibu panti. Dibanding anak-anak yang lain, akulah yang paling dekat dengannya. Aku mendapat resep ini darinya."

"Sosok yang seperti apa dia?" Taehyung tahu-tahu tertarik.

"Sosok yang akan mengingatkanmu pada seorang ibu."

"Andai aku punya keluarga yang sempurna, mungkin aku akan tau rasanya."

Sujin terdiam, karena kalimat yang barusan itu terdengar krusial seperti menyentuh titik sensitif.

Di bawah guyuran temaram lampu jelaga pribadi Hwang itu mendadak kosong, sepasang alat makannya dibiarkan terendam di dalam mangkuk sundubijijae. Matanya seolah menerawang ke masa pahit dan terlihat begitu pedih. Sujin ingin sekali menelisik, menjelajahi ruang paling menyakitkan milik Taehyung lalu merangkulnya bagai bumi yang berduka. Jadi, yang dilakukan Sujin sekarang adalah meraih sumpitnya lalu meletakkan sepotong telur gulung di atas nasi milik Taehyung.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang