CHAPTER 18

898 131 24
                                    

Jimin belum melepas jubah mandingnya meski ia telah selesai menata rambut, dengan segelas wiski di tangannya, ia membawa tubuh ke ruang kerja yang berada tepat di samping kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin belum melepas jubah mandingnya meski ia telah selesai menata rambut, dengan segelas wiski di tangannya, ia membawa tubuh ke ruang kerja yang berada tepat di samping kamar. Pukul delapan pagi, Jimin masih merasakan udara sejuk membelai kulit sampai membuatnya mengigil, lantas dengan satu tegukan besar, ia merasakan wiski itu membelai tenggorokannya dan kemudian sensasi menyegarkan itu menjelar. Jimin menyandarkan punggungnya pada kursi sambil menggoncang-goncang es batu di dalam gelas wiskinya—lagi, pikiranya sedang melayang pada kehidupannya yang sulit.

Kalau dipikir-pikir semenjak kematian Sujin hidupnya memang sudah tidak berarti lagi, ia tidak punya apa pun yang berharga. Dia jenuh karena gairah hidupnya hilang, Saehan bilang Jimin butuh hal-hal eksterem untuk menyalakan gairah hidupnya. Itu akan berkerja bagai suntikan adrenalin yang mengembalikan denyut nadi, bagitulah cara kerjanya.

Jadi tidak masalah kalau seandainya Jimin mencari tantangan, ikut bermain judi dan bertaruh gila-gilaan mungkin akan sedikit menghiburnya, itu kedengaran menarik dan Jimin ingin mencobanya, tetapi saat ini bukan itu yang jadi intinya.

Saehan.

Sejak hari di mana Saehan membawanya ke kota bawah tanah, Jimin berpikir bahwa Saehan bukanlah orang biasa. Instingnya tajam, dan Jimin tidak bisa mengabaikan apa yang instingnya katakan.

"Sarapan dengan segelas wiski itu buruk."

Jimin sedang melamun ketika tahu-tahu saja sosok Dion datang, pria itu bersikap santai saat meletakan sebuah kartu memori di atas meja. Jimin meliriknya untuk bertanya dan Dion segera menjawab sambil menyalakan sebatang rokok yang telah diapit pada mulutnya. "File yang kau minta."

Jimin tersenyum miring merasa puas dengan cara kerja Dion. "Tidak salah aku memperkerjakan seorang mantan polisi."

"Well, sebenarnya jadi polisi itu lebih terhormat. Tapi mau bagaimana lagi, namaku sudah tercoreng di sana. Tidak ada pekerjaan bagus selain mematuhi semua perintahmu." Dion mengedikkan bahu.

Saat Jimin memberikan sebuah perintah untuk mengulik masa lalu serta mencari data-data tentang Kim Saehan, Dion dengan mudah mendapatkannya. Awalnya, Dion menemukan sesuatu yang ganjal pada data informasi penduduk wanita itu, tidak ada catatan sipil dan tidak terdaftar di mana pun. Dion tidak menyerah, saat mendatangi bar di mana Saehan dan Jimin bertemu kala itu, di sana sedang tersebar kabar burung tentang desa darimana wanita itu berasal, lantas Dion mendatangi desa itu dan mengulik semua informasi dari sekolah lama Saehan, dari sanalah Dion menemukan informasi melalui catatan siswa milik Saehan.

"Kartu tanda penduduknya palsu, itu tidak terdaftar," kata Dion lantas mendapat lirikan dari Jimin."Kau memang tidak salah mencurigai wanita itu, dia memang janggal."

Jimin memasukan memori itu pada ponselnya, membuka sebuah file, lantas segala informasi tentang Saehan tertera lengkap di sana. Dion menyelediki tanpa terlewat satu pun, baik itu foto, nama sekolah, prestasinya saat SMA, data keluarga serta buku laporan nilai ujian. Semuanya lengkap di sini.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang