16 : Minefields 🔞

586 36 5
                                    

Bocil minggir dulu yak, soalnya 21+, gak banyak sih, tapi bolehlah tuk nambah stok dosa😌

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Aku pengen sayang. Mau ya, please..." Pinta Saint pada Perth yang lagi enak-enaknya makan jagung bakar seraya melihat keindahan danau malam hari dari mobil Saint yang tidak jauh terparkir dari tepi danau.

Iris gelap Perth bergerak ke kanan dan kiri, dia pikir dia salah dengar. "Pengen apa phi? Jagung bakar?" Tanya dia positif thinking pada kekasihnya yang baru kali ini dia ajak Perth pergi main setelah 7 bulan lamanya mereka pacaran.

"Jangan sok polos deh yank, kamu pasti tahu aku mau apa."

"Tapi phi, ini di luar loh. Nanti kalau di lihat orang gimana?" Tolak Perth merasa permintaan Saint sungguh gila.

Saint memutar kepalanya. Memandang area sekitar apakah ada orang atau tidak? Ternyata tempatnya sudah lumayan sepi, mungkin karena sekarang sudah jam 9 malam, terlebih sekarang hari malam kamis, jadi wajar jika sepi.

"Gak ada yank, mau ya..." Bujuk Saint berharap Perth mau.

Perth menggeleng, walaupun Saint berkata tidak ada orang, tetap saja dia takut. Siapa tahu nanti ada orang yang datang.

Saint mendengus kesal, miliknya sudah terlanjur bangun tapi yang diajak ngeseks malah gak mau.

"Yaudah deh..." Perth mengalah jika Saint sudah begini.

Saint bergeming, ceritanya dia merajuk karena kecewa pada pasangannya yang menolak inginnya. Perth mendekat lalu berbisik di telinga Saint, "Aku hisap aja ya phi. Ngelakuin itu nya nanti aja di rumah."

Saint memejamkan matanya sebentar, "Tidak perlu. Aku sudah tidak mood lagi. Ayo pulang!" Ajak Saint lalu beranjak dan berjalan meninggalkan Perth yang kini mulai mengikuti Saint dari belakang.

"Percuma saja aku membayar mu mahal-mahal, ternyata tidak ada gunanya. Hanya buang-buang uang. Pelacur saja sok punya harga diri." Rutuk Saint menggunakan bahasa kasar yang menghina.

Kalau Saint sudah mengatakan itu. Mau tak mau Perth semakin merasa bersalah dan luka di hatinya kembali bertambah. Dia ingin Saint berhenti melihat dia sebagai pelacur. Bukankah dia kekasih Saint? Atau itu hanya perasaannya saja. Perasaan sepihak.

Sepanjang perjalanan Perth berusaha mengajak Saint bicara tapi yang diajak bicara tidak merespon. Saint mengabaikan dia.

Saint menepikan mobilnya, tak. Saint membuka kunci pintu mobil. "Turunlah, kamu pulang pakai taksi aja!" Titah Saint pada Perth yang kini kebingungan tuk meredakan amarah Saint.

"Memangnya phi mau kemana? Ini sudah malam."

"Cari pelacur lain!" Jawab Saint enteng tidak tahu dia kalau jawabannya itu menusuk sanubari Perth.

Perth menelan ludah, dia berusaha untuk tidak mendung apalagi menangis. "Kenapa phi mencari pelacur? Bukankah sudah ada aku phi..."

Saint berdecak kesal, "Aku mencari pelacur lain karena pelacurku tidak mau melayani aku." Balas Saint datar pada Perth yang mati-matian tampak normal raut wajahnya.

"Aku tidak bermaksud menolak, hanya saja tadi itu tempat umum phi. Bukankah selama di rumah aku tidak pernah menolakmu phi." Dia menatap langsung manik gelap Saint yang tak bisa dia artikan sorot mata Saint.

Saint menghela nafas, "Aku bosan melakukan sex di rumah, oleh karena itulah aku mengajakmu keluar untuk mencoba variasi sex lain. Jadi sekarang apa kamu mau melayaniku? Jika kamu tidak mau, maka aku akan mencari pelacur lain." Ini bukan pilihan tapi tekanan.

Life Goes On 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang