26 : Tiga Langkah

178 25 17
                                    

“Lama amat sih Nan? Habis dari mana dulu?” Keluh Frank ketika Anan sampai di kantin.

Sudut bibir Anan terangkat membuat senyuman.

“Malah nyengir.” Tambah Frank.

“Sorry, tadi aku ketemu ayank bebeb dulu,” Jawab Anan full senyum pada teman-temannya, dia sungguh tidak merasa bersalah.

“Ck, pantas lama. Kenapa gak ngabarin sih kalau mau mesra-mesraan dulu sama pacarmu?” celetuk Pamigax geleng-geleng kepala pada temannya yang bucin.

“Siapa yang mesra-mesraan sih Pam? Aku gak bermesraan.” Kilah Anan lantas dia langsung memesan makanan lalu dia menatap piring di hadapan Frank dan Pamigax yang sudah kosong. “Udah selesai ya, makanannya?”  Tanya dia tampak bodoh.

“Ya menurut kamu? Nungguin kamu itu hampir setengah jam lebih tahu gak. Bisa tewas kami menunggu kamu,” Jelas Pamigax mencebik pada Anan yang ini hanya menyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Frank melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Aku duluan ya."

"Cepat amat?"

“Benar, mata kuliah ketiga masih lama bro,” Tambah Anan mendongak menatap Frank yang sudah berdiri.

"Emang lama, tapi aku mau ke gedung Hima."

"Mau ngapain?"

"Apalagi kalau bukan tidur." Timpal Anan sehingga Frank tidak perlu bicara.

Pamigax ber-Ouh-ria sementara Frank hanya tertawa kecil ala kadarnya.

Tidak menunggu waktu lama, Perth segera berlari cepat ke tempat parkir. Dia takut amarah Saint semakin meledak-ledak.

"Besok kamu tidak perlu lagi kuliah." Saint bicara sambil membuka pintu mobil.

"Apa hak phi mengatur hidupku? Lagipula bukan phi juga yang membiayai biaya kuliahku." Bantah Perth sudah muak dengan Saint yang posesif tapi tidak jelas.

Saint tertegun, sejenak setelahnya dia menampar Perth. Dan kejadian itu tampak jelas di mata Frank yang kebetulan lewat. Seketika itu juga Frank segera berlari menghampiri mereka.

"Apa-apaan ini phi? Kenapa phi menampar dia?" Tanya dia pada Saint yang tercekat setelah menampar Perth. Perth sendiri tertawa getir. Sebegitu tidak berharganya dia dimata Saint. Perth memegang pipinya yang terasa panas, sepanas amarahnya pada Saint. Haruskah dia menyerah pada Saint?

"Apa yang kamu lakukan Perth sampai phi Saint menampar mu?" Dia bertanya kepada Perth karena Saint tidak menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak mau pulang karena aku masih ada kuliah. Phi Saint bahkan melarang aku kuliah karena percuma juga seorang pelacur kuliah." Terang Perth jujur mulai sekarang dia tidak akan patuh lagi pada Saint untuk hal-hal yang tidak masuk diakal.

Kini Frank menatap Saint dengan tajam serta berkacak pinggang, dia pikir Saint sudah keterlaluan. "Perlu phi ingat, semua manusia berhak menuntut ilmu. Dan phi tidak berhak melarang Perth menuntut ilmu. Siapa tahu begitu dia tamat kuliah dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak sehingga dia tidak perlu lagi menjadi pelacur." Frank sangat yakin, jadi pelacur itu bukan karena mereka suka tapi karena mereka terpaksa. Mana ada manusia di dunia ini yang bercita-cita menjadi pelacur.

"Phi memang sudah membayar dia, tapi bukan berarti dia milikmu phi! Dia itu manusia bukan boneka." Tambah Frank lagi lantas dia minta Perth pergi dari sana, segera.

Saint sendiri dia masih tertegun, dia sungguh menyesal telah menampar Perth. "Apa phi mendengar ku?" Kata Frank lagi pada Saint yang masih diam.

"Cih, kenapa kamu cerewet sekali?" Kesal Saint lantas dia pergi dari sana, dia harus mendinginkan kepalanya jika dia ingin bicara dengan Perth.

Life Goes On 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang