EMPATPULUHEMPAT🍃

253 10 0
                                    

EMPATPULUHEMPAT🍃






HAPPY READING!!!!







Ada yang bersedia bertukar ayah?

_Ghea Nada Gutama.




Malam sudah tiba, kini Ghea tengah duduk di kursi balkon kamar nya memandang secarik kertas yang ia temukan di ruang tamu rumah nya sore tadi.

Siapa orang yang sudah terobsesi begitu dalam padanya? Siapa yang terus-terusan meneror di rumah nya sendiri? Siapa?

Pertanyaan demi pertanyaan itu kini berputar di kepala Ghea, tanpa satupun yang terjawab. Pikiran nya berkecamuk dengan semua isi kepala yang membuat nya pusing.

Tok! Tok!  Tok!

Ketukan pintu kamar nya pun terdengar, membuat lamunan nya terhenti.

Ghea beranjak dari balkon untuk membuka pintu, dan tampak lah Bi Sumi yang tengah tersenyum padanya.

"Malam Non," sapa Bi Sumi ramah.

Ghea balas tersenyum, "malam Bii,"

"Makan malam udah siap Non, Tuan juga undah nungguan Non Ghea di meja makan,"

"Papah nungguin Ghea?"

"Iya Non,"

"Yaudah Bibi duluan aja, Ghea nyusul,"

Bi Sumi pun mengangguk dan kembali turun menuju lantai satu.

"Apalagi si? Pasti Papah bakal nyuruh gue buat ikur rapat lagi," batin Ghea, setelah nya ia pun menyimpan kertas yang tadi ia genggam di atas meja lalu berjalan menuju Ruang makan di bawah.

"Malam Pah," sapa Ghea saat ia sudah berada di ruang makan.

"Hm," hanya deheman dingin yang ia dapatkan.

Ghea pun menghela nafas setelah mendapatkan jawaban yang begitu dingin dari ayah nya, lalu ia menarik satu kursi yang berada di sisi kiri Fian dan duduk disana.

Ghea melirik Fian, ayah nya itu tampak anteng dengan makanan nya tanpa mau repot-repot menunggu bahkan menghiraukan Ghea.

"Besok malam rekan bisnis saya ingin bertemu dengan mu. Saya sudah selesai," setelah mengatakan hal itu, Fian pun beranjak pergi meninggalkan Ghea yang bahkan belum sempat menyuapkan nasi di meja makan sendirian.

"Ada gak sih definisi bapak durhaka?" Gumam Ghea nyeleneh.

Ghea pun mulai menyuapkan nasi ke dalam mulut nya, lapar juga jika lama-lama berhadapan dengan ayah nya itu.

"Gue bisa gak ya kalo misal nya milih bapak aja? Masa iya gue yang masih sekolah di suruh ngurusin bisnis?" Ghea berbicara sendiri di tengah-tengah kegiatan makan nya.

"Tapi nggak deh, sayang banget gue sama Papah," lanjut nya sambil tersenyum.

Tanpa Ghea ketahui, Fian mendengarkan semua ocehan gadis itu. Tepat berada di belakang Ghea, mungkin hanya berjarak beberapa langkah saja.

Tadinya Fian ingin kembali ke kamar setelah selesai makan, namun ponsel nya tertinggal di atas meja makan yang mengharus kan ia kembali dan mendengarkan semua ocehan putri nya.

Fian memandang punggung Ghea dengan tatapan datar dan sulit di artikan. Entah apa yang dipikir kan Fian saat ini, bahkan tanggapan apa yang ia berikan saat mendengarkan semua itu dari mulut Ghea?


______________



Pagi hari telah tiba, Ghea sudah siap dengan seragam sekolah dan juga celana jeans nya. Dasi yang hanya di belitkan satu kali dan jangan lupakan jaket kebanggaan Dragon Gang membalut kemeja seragam Ghea.

GHEA'S STORY🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang