EMPATPULUHTUJUH🍃

258 13 0
                                    

EMPATPULUHTUJUH🍃


Karma ya?

_Gara Gemrahawan Sanjaya.

Dukh!

"Aaaa!!"

Hap!

Ghea menabrak tubuh Fian, membuat ia terlonjak kaget dan hampir membuat ia terjungkal kebelakang jika saja Fian tak menangkap sebelah tangan Ghea.

Ghea menatap Fian dengan nafas yang terengah, posisi nya kini sangat rentan jatuh. Dengan tubuh yang siap jatuh kebelakang dan hanya cekalan tangan Fianlah yang menjadi penahan nya agar tidak terjatuh.

Ghea menelan ludah susah payah, ia sudah siap jika Fian akan melepas tangan nya dan membuat ia terjatuh dan berguling setelah ini. Dengan tatapan Fian yang datar dan tajam itu, tidak memungkinkan jika Ghea akan tertolong setelah ini kan?

Matanya terpejam sangat kuat seolah bersiap untuk menyambut rasa sakit yang mungkin ia akan rasakan setelah ini. Namun lama menunggu, Ghea masih belum juga terjatuh. Tindakan Fian selanjutnya malah sangat mengagetkan Ghea. Perlahan tangan nya di tarik ke depan sampai Ghea berada pada posisi yang aman.

Ghea membuka  matanya, menatap Fian tak percaya. "Ma-"

"lain kali hati-hati," Fian melengos pergi setelah mengatakan hal itu.

Ghea tampak cengo, itu tadi papah nya?  perlahan senyuman tipis terbit dari bibir mungil nya itu. "Makasih Papah!" ujar nya berteriak, lalu melengos pergi menuju kamar nya dengan langkah cepat.

Fian membalikan badan nya setelah mendengar teriakan putri nya itu. menatap kepergian Ghea dengan tatapan yang sulit diartikan.

_______________

Malam  hari telah tiba,kini tampak Rara terlihat tengah sibuk berkutat dengan tugas sekolah nya dengan posisi tengkurap, tepat di atas kasur di temani banyak nya buku paket yang berserakan di sana.

Ia menghela nafas, lalu membalikan posisinya menjadi terlentang. Ternyata, usahanya untuk melupakan Gara dengan menyibukan diri seperti ini sama sekali tidak membantu. Ia malah menjadi tidak fokus mengerjakan tugas nya.

Rara bangun mengubah posisi nya menjadi duduk, menatap sekeliling kamar nya yang  nampak berantakan. "Kalo gue terus diem di  kamar yang berantakan kayak gini, malah bikin otak gue makin berantakan," monolog nya.

Tangan nya merongoh  ponsel yang ia simpan di atas nakas, melihat  jam yang menunjukan pukul 7 lewat 15 menit. "Jalan-jalan kali ya? Biar otak gue  gak kepikiran si bubu Gara," cicit nya, lalu beberapa saat.. "eh anjing! Bubu Gara! Buaya Gara!!"  Pekik nya terlewat kaget dengan ucapan nya sendiri.

Beberapa saat telah Rara lewat kan dengan bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan. Tidak terlalu lama, karna Rara hanya membalut baju tidur nya dengan cardigan crop dan juga memakai tas selempang kecil untuk menyimpan ponsel dan juga uang nya.

Ia berjalan keluar kamar, kepalanya cilingak-cilinguk mencari seseorang. Karna tidak menemukan siapapun, ia pun berjalan ke ruangan sebelah yang merupakan kamar kedua orang tuanya.

Tangan nya terangkat untuk mengetuk pintu ruangan tersebut, namun terhenti saat seseorang membuka nya dari dalam terlebih dahulu.

"Astaga Ra! Kaget Ibu!" Lisha-ibu Rara, wanita paruh baya itu memekik.

Rara tampak menyengir, "maaf buu, Gak sengaja," ujar nya cengengesan.

"Hush! Kamu itu Ra, mau ngapain ke kamar ibu?"  Tanya Lisha sambil memperhatikan penampilan putri nya itu.

GHEA'S STORY🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang