Langit di kota Jakarta sangat gelap, awan semula cerah kini menjadi hitam. Setiap sore selalu seperti ini di kota Jakarta. Paginya terang lalu sorenya di guyur hujan yang membuat suasana menjadi dingin.
Wanita remaja dengan cardigan rajutannya turun dari salah satu bis yang cukup terkenal di kota Jakarta. Ia melihat ke atas, ternyata langit sudah sangat gelap sekali ia lupa membawa payung. Wanita remaja itu berlari cepat agar tidak kehujanan. Sampai di rumah ia dikejutkan oleh suara teriakan orang dewasa.
"Kamu ini gimana sih jadi istri masa harus suami terus yang melakukan, kamu sebagai istri itu gunanya apa?" teriak seorang pria dewasa kepada sang wanita di depannya.
"Aku kerjakan pekerjaan rumah, aku mengurus rumah wajar saja jika aku tidak bisa melakukan hal itu. Seharusnya kamu sadar jika tidak ada aku, bagaimana rumah ini bisa rapih seperti ini ha?"
Wanita remaja itu yang mendengar dari balik pintu itu menahan rasa sesak di dadanya, setiap hari orang tuanya selalu saja bertengkar. Rasanya lelah sekali setiap kali pulang pasti orang tuanya selalu seperti itu.
"Ma, Pa aku pulang, aku ke kamar dulu ya," ucap sang wanita remaja itu.
Kedua orang dewasa itu langsung berhenti ketika mendengar suara anak mereka, mereka terlihat sangat dingin sampai tidak menyadari anaknya sudah dari tadi menyimak mereka bertengkar.
"Sayang kamu engga makan dulu?" tanya wanita paruh paya saat melihat anaknya memasuki kamarnya.
Sang anak melihat kebelakang., "Enggga, Ma! Aku masih kenyang."
Sang Ibu hanya bisa menghela nafas melihat anaknya begitu tidak mementingkan dirinya sendiri bahkan untuk memakan saja anak itu malah mengabaikan rasa perihnya.
"Kamu lihat anak kita? Dia begitu tertutup sekarang seharusnya kamu sadar bahwa itu salah kamu!!" ucap sang lelaki paruh baya dengan penuh emosi.
Sang Ibu hanya bisa diam, ia tidak ingin Melanjutkannya lagi, ia tidak ingin anaknya mendengar sebuah pertengkaran dirinya dengan suaminya. Dirinya juga sangat capai, ia tidak tau sampai kapan akan bertahan dengan keadaan saat ini.
Di dalam kamar
Yah Tuhan. Mau sampai kapan mereka sering bertengkar? Tidak kah mereka cape saling menyalahkan satu sama lain? Tidak kah mereka sadar bahwa suara teriakan itu sangat membuat aku sangat takut? Aku lelah Tuhan, kenapa dunia ini sangat gelap seolah aku tidak menemukan sebuah kebahagiaan yang terang, sampai kapan? Aku tidak sanggup lagi menahan beban ini sendirian. Batin wanita itu menangis, ia sudah sangat lelah bahkan rasanya ingin menyerah saja.
Wanita remaja itu memandang sebuah figur yang berada di atas meja belajarnya, ia mengelus bingkai itu. Di dalam bingkai itu terdapat 5 sebuah manusia yang sangat harmonis, tapi kini semua tidak lagi disaat banyak suara teriakan, disaat semua banyak caci makian yang ia dengar bahkan banyak barang pecah yang ia dengar tiap hari. Lantas kemana ia harus pulang? Kalau rumahnya sudah hancur bahkan sudah gelap.
****
Hai kalian apakabar? Gimana keadaan kalian? Semoga selalu sehat terus, jangan lagi ada airmata yang keluar ya, karena ini awal tahun semoga di tahun ini banyak tertawanya, banyak senyumnya biarlah tahun kemarin kita tutup semua kenangan pahit, dan tahun ini kita buka dengan kenangan indah.
Aku kembali lagi setelah vakum sejenak dari dunia penulis, seharusnya kemarin di publish cuma kemarin aku seharian pergi jadi malamnya aku engga publish dan sekarang baru aku mau publish.
Senin, 02 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childhood Dream
Ficção Adolescente"Apakah kamu percaya akan sebuah impian?" tanya anak lelaki berusia 12 tahun. "Aku tidak terlalu percaya tetapi, ntah mungkin itu bisa bagus aku tidak percaya atau tidak terlalu berharap," Ada seseorang yang sangat mempercayai sebuah impian, ada ju...