Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, saat ini keadaan rumah Vella masih seperti biasa yang sepi tanpa ada kedua orang tuanya. Ditambah sang Kakak angkat sedang sibuk dengan kegiatannya, ia merasakan sangat bosan.
Ah apa keluar saja ya? Atau ke caffe Chiko? Eh tapi ko gua kangen Ka Austin sama Ka Andrew yah? Mereka hari ini ada jadwal di caffe Chiko engga ya? Datang aja ah siapa tau mereka ada. Gumam Vella dengan menatap langit kamarnya.
Setelah 30 menit bersiap-siap akhirnya Vella
berangkat juga ke tempat Chiko, ia tidak berharap.banyak untuk berada disana, dirinya hanya ingin mencari suasana saja di saat dirinya jenuh.Langit yang cerah ditemani oleh bulan purnama yang membuat suasana jalan cukup terang oleh sinar bulan, ia melihat di depan coffe sudah banyak orang yang berdatangan ke sana mungkin untuk sekedar memesan kopi atau bermain.
"Lho kok ke sini engga bilang gua? Kan biar gua jemput lu," ucap Chiko yang melihat Vella datang malam hari ini.
Vella yang melihat Chiko pun tersenyum tipis, "Ngapain bilang lu, gua takut lu lagi sibuk sama usaha lu jadi gua berangkat sendiri aja lah."
"Engga bukan gitu, gua lagi kosong kerjaan. Kalau tadi ada niatan kesini pasti gua tinggal kerjaan gua, kan kakak gua yang punya." jawabnya dengan sombong.
"Yaudah tau deh yang bakal jadi bos, yaudah gua kaga di suruh masuk nih?" ledek Vella dengan senyuman.
Chiko yang mendengar sindiran dari Vella lantas langsung menyuruhnya masuk, dirinya juga baru sadar jika dari tadi mereka berbicara di depan pintu dan itu berarti mereka menghalangi orang yang mau masuk.
Vella masuk ke dalam, tempatnya masih sama tidak ada yang di ubah hanya saja ditambah sedikit beberapa pot agar terlihat sangat indah dalamnya.
Tanpa Vella sadari sedari tadi awal ia berangkat sampai di tempat Chiko ada seseorang yang mengikutinya, awalnya orang itu ingin berkunjung ke rumah Vella untuk memastikan keadaan Vella. Tapi saat melihat Vella keluar dengan grab, ia langsung mengikutinya ke sini.
Vella di dalam caffe tidak sengaja bertemu dengan Andrew dan Austin yang sedang bersiap-siap untuk mengisi acara di caffe Chiko. Ia tersenyum ke duanya, bahkan keduanya sampai turun.
"Hai, Vel gimana kabarnya? Lama yah engga ketemu," ucap Austin dengan senyuman indahnya.
"Main lah Vel, ke markas kita biar kita makin akrab,"
"Hahaha iya Kak, nanti Vella main."
Chiko yang melihat senyum Vella pun ikut tersenyum pasalnya, ia baru saja melihat senyuman tulus Vella setelah Vanno pergi senyuman itu sudah tidak terlihat lagi hanya ada wajah sedih yang terpancar di muka Vella.
"Kalian saling kenal?" tanya Chiko di samping Vella.
Andrew yang melihat ada seseorang di samping Vella pun memiliki sebuah ide yang akan membuat Vella tersipu. "Ciye Vella datang bawa gandengan."
"Gandengan? Lah iya, Drew gua baru sadar ada cowo di samping Vella, yah potek deh hati gua."
Kedua lelaki itu tertawa penuh dengan wajah bahagia, mereka sangat suka meledek seseorang yang menurut mereka seseorang itu asik atau satu pemikiran dengan mereka.
Jauh dari mereka sedang berbincang ada seseorang yang melihat kedekatan mereka dengan panas, ia tidak terima jika Vella bisa tersenyum dengan lepas berbeda dengan dirinya.
"Vella, pulang jangan kelamaan disini!" teriak seorang lelaki di belakang mereka.
Mereka yang mendengar teriakan yang memanggil nama Vella, seketika melihat ada lelaki yang berjalan ke arah mereka yang ada dipikiran mereka bertanya-tanya siapa itu yang memanggil Vella.
"Vel, itu bukannya Aiden?" ucap Chiko saat melihat Aiden berjalan ke arah mereka.
Vella yang melihat Aiden pun bingung, ia tidak mengerti kenapa Aiden bisa sampai di caffe ini. "Aiden? Lu ngapain disini?"
"Gua ngapain? Gua ikutin elu, biar lu kaga salah jalan. Ngapain kesini sendirian ha? Lu itu cewe, Vel."
"Dia siapanya Vella? Ko kaya posesif banget," bisik Andrew kepada Chiko.
"Sahabatnya Vella, cuma masih kalah sama gua."
"Kalahnya?" Austin mulai tertarik pada pembicaraan Andrew dan Chiko, ia pun sendiri juga penasaran siapa lelaki itu.
"Gua sama Vella sahabatan dari kecil, saudara kembarnya Vella sahabat kakak gua." tutur Chiko bangga.
Vella yang merasakan dirinya di lihat oleh sekelilingnya pun menarik Aiden keluar, ia tidak ingin menjadi bahan tonton yang sedang berada di caffe.
"Lu apa-apaan sih marah-marah engga jelas, ngga malu hah jadi bahan tontonan orang?"
"Gua engga malu, karena ini demi kebaikan lu!" titah Aiden.
"Kebaikan apaan sih? Engga usah banyak ikut campur deh, lu makin kesini makin banyak ikut campur tau!!"
"Karena gua sayang, karena gua engga mau lu salah jalan doang. Buat apa datang ke tempat ini? Ini isinya cowo semua, lu engga sadar?"
"Lu engga usah belaga cemburu sama mereka, mereka orang yang dikenal bokap gua! Lu juga engga kenal mereka, lu hanya tau luarnya doang. Stop liat orang cuma dari sampul, gua tau mana yang baik mana yang engga baik!!"
"Gua cemburu? Gua engga cemburu, gua hanya tidak suka liat lu ditatap banyak cowo apalagi cowo yang kaga gua kenal."
"Asal lu tau Chiko adik dari sahabat Vanno, dimana kakaknya Chiko sahabatnya Vanno masa kecil yang berarti Chiko juga sahabat gua. Lu kalau engga tau, jangan asal sembarangan bicara kalo mereka bukan orang baik!! Orang yang lu bilang engga baik, orang yang lebih dulu gua kenal dibanding lu!!"
Aiden membeku mendengar penjelasan Vella yang sangat emosi, ia tidak menyangka jika omongannya akan membuat Vella semakin membencinya, ia juga salah terlalu membesarkan egonya.
"Vel, bukan gitu maksud gua maaf kalau gua salah."
Ketiga lelaki itu melihat emosi Vella yang memuncak hebat, ia melihat kalau Vella sampai bergetar menahan emosinya. Apalagi Vella membelanya di depan Aiden. Ia merasakan bahagia jika dirinya masih di anggap sahabatnya.
"Boy, lu kejar Vella, urusan cowo itu biar gua sama Andrew yang urus," tutur Austin sembari melirik ke Chiko.
Chiko lantas langsung mengejar Vella yang sudah pergi dari penglihatannya, ia tidak akan membiarkan Aiden tenang setelah membuat Vella seperti tadi.
"Lu salah, gua yang baru kenal Vella aja engga pernah akan berucap kaya tadi, gua harap kedepannya jangan pakai emosi. Jangan pernah membesarkan emosi, lu sendiri tau gimana Vella, tapi kenapa lu engga bertanya baik-baik sama Vella?" ucap Austin sembari menepuk pundaknya.
"Lain kali jangan gitu, gua engga suka liat lu sudutkan Vella, bagi kita berdua Vella udah kaya ade kita. Seklai lagi lu bikin Vella sedih gua engga akan diam!" Andrew menatap tajam Aiden.
"Ayo, Drew kita masuk engga guna kasih tau manusia yang ngga punya hati," ujar Austin dengan kalimat menyakitkan.
Aiden hanya bisa melamun, ia membenarkan perkataan Andrew dan Austin. Entah kenapa dirinya sangat tidak suka jika Vella berdekatan dengan lawan jenisnya selain Papanya dan dirinya. Ada rasa yang sakit saat melihat orang lain bisa membuat Vella bahagia, sedangkan dirinya malah lebih sering membuatnya sedih.
****
Akhirnya bida update lagi, hai bertemu lagi gimana kabar kalian? Semoga kabar kalian sehat selalu ya, semoga suasana hati kalian baik semua tidak ada yang hancur. Semoga semua pekerjaan yang kalian lakukan berjalan dengan sesuai keinginan kalian.
Instagram : aiviemarcelinaa
Senin, 13 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childhood Dream
Fiksi Remaja"Apakah kamu percaya akan sebuah impian?" tanya anak lelaki berusia 12 tahun. "Aku tidak terlalu percaya tetapi, ntah mungkin itu bisa bagus aku tidak percaya atau tidak terlalu berharap," Ada seseorang yang sangat mempercayai sebuah impian, ada ju...