Sekolah SMK Garuda pagi ini sangat ramai, ada desas desus bahwa ada anak pindahan yang akan masuk ke sekolah ini, ntah murid pindahan itu merupakan wanita atau pria semua masih penasaran. Ada yang berharap jika murid pindahannya itu adalah wanita bagi kalangan kaum adam, tapi bagi kalangan kaum hawa berharap itu ada pria.
Vellaxe tiba di kelas, Ia berpisah dengan Aiden karena Adien mengambil jurusan yang berbeda dengan dirinya. Aiden mengambil jurusan Akuntansi sedangkan dirinya mengambil jurusan Multimedia.
Vellaxe melihat bangku di sampingnya ternyata sahabatnya sudah datang dan sedanh menunggu dirinya. Ia berjalan ke arah bangkunya.
"Lu udah lama sampainya?" tanya Vellaxe saat menaru tas di bangku.
Wanita yang di sebelahnya pun menoleh ternyata sahabatnya sudah datang, "Dari tadi, berangkat bareng Aiden lagi?"
"Yah seperti itulah, gua juga bingung kenapa dia engga naik motornya alasannya sama gua karena mau jalan aja biar sehat."
"Lu engga curiga kalau Aiden ada rasa sama lu?"
"Hahaha rasa? Engga mungkin, jangan ngaco lu jadi orang deh. Engga mungkin dia suka sama gua. Kita kan sahabat." ucap Vellaxe dengan meletakan kepalanya di atas meja.
Elcy Monica Fiorentina sahabat Vellaxe di jaman putih biru, keduanya sering menghabiskan waktu bersama dikala waktu sepi mereka. Sebenarnya mereka berisi 6 orang tapi ternyata yang sisa 4 orang itu malah pergi berpisah kemana tau, hingga akhirnya tinggal lah mereka berdua yang masih akrab bagai saudara.
"Oh iya, lu udah denger ada murid baru di sekolahan?" tanya Elcy dengan jiwa penasarannya.
Vellaxe yang mendengarkan itu hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan sahabatnya, ternyata sahabatnya sudah tidak sabar menunggu kedatangan sang murid baru.
"Udah, tapi biasa aja." balas Vellaxe dengan cuek.
"Ah lu mah gitu engga asik, harus happy jangan sedih-sedih sayang." rangkul Elcy dengan penuh semangat.
Tiba-tiba dada Vellaxe merasa sesak, sesak karena sahabatnya mengetahui sesuatu yang ia sedang sembunyikan saat ini.
"Lu ngomong apa sih? Gua engga ngeri maksud ucapan lu?" tanya Vellaxe dengan menormalkan detak jantungnya.
"Lu lagi merasa kesepian kan di tengah-tengah kelas ini? Ngaku, engga usah bohong sama gua? Apa yang lu sembunyiin dari gua selain rasa kesepian? Orang tua lu? Gua tau semua! Stop begini Vella, gua bukan orang bodoh yang lu bisa bohongi!!" teriak Elcy dengan frustrasi melihat sahabatnya hanya bisa diam menundukkan kepalanya.
Teriakan Elcy membuat satu ruangan langsung berpusat kepada dirinya, bahkan sosok lelaki yang ada di depan pintu kelas pun melihat semuanya, ia melihat gimana sahabat wanita itu merasa tidak berguna saat sahabatnya sedang menanggung semua rasa yang dia pikul sendirian tanpa membagikan kepadanya.
Lelaki itu berjalan ke arah wanita krudung, "Elcy jangan seperti itu, lu engga liat semua mata tertuju ke lu sama Vella?"
"A-iden?" ucap Vella dengan terkejut.
"Kenapa? Ada apa kali ini? Kenapa kalian bertengkar? Apa yang bikin kali ini Elcy marah sama lu?" cecar Aiden tanpa henti, walau ia tau ini salah, tapi ia ingin wanita yang di hadapannya jujur juga.
Vella memandangi satu kelas, ia malu menjadi pusat perhatian sebenarnya ia tidak ingin seperti ini, ada hal yang tidak ingin ia ucapkan oleh orang lain. Ia tidak ingin dilihat lemah oleh mereka, biarkan dirinya menanggung semua, ia tidak ingin menjadi beban.
Aiden bersama Elcy perlahan melihat punggung Vella mulai menghilang, ia merasa terlalu menekan sang sahabat. Mereka juga merasa bersalah membuat sahabatnya semakin murung.
"Aiden? Apa gua salah bicara ya sama Vella?" tanya Elcy dengan tidak enak.
"Engga, bukan lu doang yang salah. Gua juga sebenarnya salah terlalu nekan Vella, seharusnya gua kasih dia kesempatan buat jawab tapi gua malah kekeh cecar dia dengan berbagai pertanyaan," balas Aiden dengan lesuh.
****
Seorang lelaki dengan pakaian berbeda tidak sengaja melihat wanita yang duduk di tengah taman yang sepi, padahal saat ini sudah mulai memasuki jam belajar.
"Hai? Kenapa diam disini? Kenapa tidak masuk?" tanya sang lelaki itu dengan duduk di samping Vellaxe.
Vellaxe yang mendengar suara di sampingnya pun melihat ke samping ternyata benar ada seseorang di sampingnya. "Siapa lu? Mau ngapain disini?"
"Hey tenang jangan kaget seperti itu, gua yang murid baru pindahan itu, kenapa ada di sini?"
"Bukan urusan lu!!"
"Yah, emang bukan urusan gua. Tapi kan lu lagi disini sendirian, jadi gua harus menemani lu."
"Gua engga minta di temenin, gua bisa sendirian."
"Sendirian? Tapi ucapan mulut sama hati lu beda. Mulut lu bisa bicara soal sendirian, tapi hati lu berkata bahwa lu kesepian ditengah keramaian yang ada di sekeliling lu ini? Lu ngerasa selalu bilang bisa mengurus semuanya, tapi lu butuh kawan. Lu butuh sandaran, tapi lu bikin sebuah dinding yang susah orang runtuhkan?"
Vellaxe terkejut, ia tidak menyangka jika lelaki ini mengetahui hal dasar dalam dirinya, dimana ia tidak ingin mengatakan tapi ia mengatakannya di depan dirinya.
"Siapa lu? Kenapa lu tau banyak soal gua?"
"Gua? Yah gua manusia." canda lelaki itu dengan senyum tulus di akhir tertawanya itu.
Lekaki itu meninggalkan Vellaxe dengan banyak tanda tanya di kepalanya, ia baru kali ini melihat seseorang seperti lelaki tadi yang mau bicara dengannya walau tidak mengenalnya.
Dasar manusia aneh. Batin Vellaxe dengan melihat lelaki itu berjalan santai di lorong sekolahnya.
***
Selamat pagi, siang, sore malam buat yang lagi baca cerita ini dimana pun kalian berada semoga dalam keadaan sehat, bahagia tidak lagi bersedih, semoga harimu ini menyenangkan.
Jangan lupa sebar cerita ini kalau kamu suka bisa ke sosial media kamu atau kemana pun kalian suka.
Kamis, 05 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childhood Dream
Novela Juvenil"Apakah kamu percaya akan sebuah impian?" tanya anak lelaki berusia 12 tahun. "Aku tidak terlalu percaya tetapi, ntah mungkin itu bisa bagus aku tidak percaya atau tidak terlalu berharap," Ada seseorang yang sangat mempercayai sebuah impian, ada ju...