Bab 25 : Luka Batin

4 1 0
                                    

Vella duduk di dekat balkon kamarnya, ia melihat langit yang mulai menggelap dirinya duduk dari waktu masih terang hingga menjelang magrib. Ia ingin  melihat ke arah pintu gerbang jika kedua orang tuanya sudah balik, ia akan memberikan kejutan walau dirinya tidak begitu yakin akan hasil yang ia Terima dari orang tuanya sendiri.

Papa sama mama bakal bahagia nggak ya lihat hasil ini ? Takutnya nggak akan bahagia atau yang ada malah marah sama Vella. Vella harus apa jadinya ya? Batinnya terus merasakan hal yang tidak ingin kurasakan, tapi ia terus teringat masa lalunya yang kelam.

Vella melihat mobil warna hitam, ia yakin itu adalah mobil sang papa yang baru saja tiba, tapi ia tidak melihat ada sang mama di dalam mobil sang papa.

Edgar yang memasuki rumah terlihat terkejut karena ada Vella di ruang tengah yang ia pikir jika sang anak berada di kamarnya. "Ada apa kamu? Tumben sekali ada di bawah?"

"Pah, gimana kalau impian Vella yang jadi penulis itu tercapai?" tuturnya dengan ketakutan.

"Penerbit mana yang mau menerima naskah sampah kamu? Paling juga kamu sogok kan biar bisa ambil hati saya." Edgar yang mendengar itu tidak percaya, ia masih tidak menyukai jika anaknya terjun ke dunia yang beda dengannya.

"Ta-pi pa, ka Mark mau menerima naskah Vella. Papa ingat kan sama ka Mark temannya Vanno yang dulu kesini main bersama ka Chandra, nah itu dia yang bantu Vella sekarang."

"Sampai kapanpun saya tidak setuju kamu menjadi penulis!! Saya lebih suka jika kamu belajar bisnis biar jadi pengusaha terkenal, biar nggak bikin saya malu minimal untuk  teman-teman bisnis saya!"

Vella yang mendengar ucapan Edgar lantas lari ke atas, ia tidak menyangka jika sang papa masih kekeh dengan pendiriannya yang menurutnya itu baik baginya tapi tidak untuk dirinya.

Anak itu selalu saja bikin kepala pusing, kenapa engga belajar bisnis aja setidaknya dia kan tidak akan dipandang rendah sama orang-orang. batin Edgar menatap pintu kamar Vella yang tertutup.

****

Sementara Aiden sedang sibuk berada di dalam kamarnya yang di penuhi oleh foto dirinya dan Vella saat masih mereka duduk di bangku sekolah dasar.

Sekarang lu lagi ngapain di sana? Gua kangen masa kecil kita yang penuh canda tawa bukan kaya sekarang yang penuh dengan kesedihan. Kenapa gua ngerasa kalau kita semakin jauh, kenapa seperti ada jarak di antara kita?

Tok tok

"Aiden kamu engga makan, Nak?" tanya Ayu dari luar kamar anaknya.

"Nanti dulu, Ma aku belum lapar nanti aku makan." jawab Aiden dengan memeluk gulingnya.

"Yasudah kalau emang belum lapar, Mama ke pasar dulu ya kamu jangan lupa pintu kunci ya, ah satu lagi sholat jangan lupa ya."

"Oke bu bos."

Setelah mendengar langkah kaki Ayu yang mulai menghilang dari depan kamarnya. Aiden langsung bangun mengambil bingkai foto yang memperlihatkan keduanya sedang tersenyum dengan latar taman deket sekolahnya yang dimana mereka masih memakai pakaian sekolah.

Flashback On

Dua anak kecil berbeda jenis kelamin sedang asik di taman sembari menunggu jemputan yang sedang mereka tunggu.

"Aiden lihat itu ada anak kucing yang lucu disana aku mau kesana boleh?" tanya anak kecil perempuan yang memakai kunciran kiri kanan.

Anak lelaki yang sedang menikmati angin yang sejuk pun menoleh ke anak perempuan itu, "Jangan nanti kamu hilang kasian papa mama kamu nanti cariin kamu, kamu tunggu sini aja iya biar aku yang bawa anak kucing itu."

My Childhood Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang