Elcy sudah pulang ke rumahnya, kini Vella di rumah sendirian orang tuanya masih dalam pekerjaan mereka masing-masing. Kakaknya sedang kerja di luar kota, ia merasa di rumah kesepian tanpa ada orang sama sekali, tarupun ada orang di rumah yang ada ia hanya akan terluka.
Terluka akibat teringat beberapa temannya mempunyai banyak keluarga yang harmonis, sedangkan keluarganya tidak pernah harmonis seperti orang lain.
Biasanya ia akan menonton film kesukaannya atau menonton youtube tapi saat ini ia tidak ingin menonton, bahkan biasanya menghabiskan waktu di depan buku novel saja saat ini tidak ia lakukan, ia masih bingung ingin melakukan apa saat ini untuk menghilangkan rasa jenuhnya.
Vellaxe bangun daribtempat tidur ia mengambil pakaian santainya untuk keluar, ia ingin jalan-jalan ke mall untuk menjernihkan pikirannya, semoga disana ia mendapatkan sesuatu yang membuatnya bahagia.
Setelah berganti baju, setelah memastikan semuanya sudah ia bawa semua kini ia tinggal pergi tanpa perlu memberitahukan kepada orang tuanya. Orang tuanya pun tidak akan peduli kepada dirinya jadi yaudah pergi saja.
1 Jam kemudian
Ia sampai ke mall dengan keadaan rapih, bahkan saat keadaan mall saat ini sangat ramai dengan banyak pengunjung yang datang untuk hiburan atau sekedar foto-foto saja.
Udara yang segar, kayanya harus ke toko buku atau keliling sebentar seru juga buat yah sekedar cuci mata. Batin Vellaxe.
Vellaxe keliling mall mencari dimana toko buku, ia ingin mencari komik atau sekedar novel yang keluaran untuk menambah bahan bacaan.
Dugh
Ah kenapa ia sangat ceroboh, kenapa bisa menabrak orang astaga lu kenapa, Vel astaga apa yang lagi lu pikirin. Batin Vellaxe.
"Maaf, saya tidak sengaja menabrak anda." ucap Vellaxe dengan menundukkan kepala.
Seseorang yang ditabraknya kini hanya tertawa, ia tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. "Astaga, Vellaxe malah ketemu disini lagi, sedang apa kamu?"
"Hah? Ka Austin? Ah itu saya lagi cari bacaan yah seperti novel atau komik lah untuk enak dibaca."
"Sendiri saja? Kemana Baihaqi, tidak ikut bersama dengan kamu?"
"Dia sedang bekerja, yah jarang pulang."
"Oh begitu, pantas saja sendirian. Mau di temani?"
Vella memikirkan tawaran yang sedang dikasih oleh kenalan kakaknya, apakah ia harus mengambil atau tidak. Ia masih ragu jika bersama orang yang baru ia kenal.
"Baiklah, makasih sebelumnya dan maaf kalau merepotkan kakak." ujar Valle dengan tidak enak.
"Apa yang kamu suka? Maksudnya novel seperti apa?" Austin mulai mencoba mencari topik omongan untuk keduanya, ia yakin jika dirinya bisa menemukan pembatas dinding kokoh yang dibuat oleh wanita yang di sampingnya ini.
"Novel apa saja, Kak asal yang bisa bikin aku engga bosan membacanya."
"Sejak kapan suka novel? Adakah impian yang ingin kamu gapai?"
"Ada sebenarnya....tapi aku tidak yakin bisa menggapai impian itu, dulu aku engga percaya akan semua impian yang aku inginkan, aku tidak mau berharap lebih kepada impian kecilku."
"Kenapa, kenapa kamu bilang seperti itu? Apakah ada sesuatu yang membuat kamu tidak yakin bisa menggapai kah?"
"Ada, tapi biarlah itu menjadi rahasia aku saja kak."
"Yaudah, tapi kakak harap suatu hari nanti kamu bisa menggapai impian itu buat dirimu, jangan pernah merasa gagal atau merasa tidak yakin. Jalani saja dulu prosesnya nanti kamu akan menikmatinya."
Ka Austin orang yang baik, aku yakin pasti dia sudah melewati semua masa sulitnya untuk menggapai semua yang ia rasakan saat ini. Beruntung sekali dia bisa sukses sejauh ini, pasti semua tidak gampang. Tapi apa yang dibicarakan oleh Ka Austin ada benarnya, tapi apakah aku bisa menggapai itu? Batin Vellaxe sembari memandang lelaki yang ada di depannya saat ini.
Hari mulai malam, keduanya sudah mendapatkan apa yang Vellaxe inginkan, kini saatnya mereka berpisah mungkin lain waktu mereka bisa bertemu lagi tanpa ada kesengajaan seperti tadi.
"Kak, makasih sudah mau menemani aku. Makasih untuk kata-kata motivasinya, semoga aku bisa melakukannya."
"Anak pintar, semoga kamu bisa memcoba dan bisa sukses di suatu hari. Akan aku tagih janji ini jika kelak kau sudah sukses akan usaha kamu." Austin mengusap kepala Vellaxe dengan penuh kasih sayang, kasih sayang yang tulus yang tak pernah ia dapatkan.
Austin yang melihat Vellaxe menitikkan airmatanya ia segara hapus, "Jangan menangis, menangislah esok atas perjuangan yang kamu lakukan."
Vellaxe langsung memeluk erat Austin, ia bahagia ternyata di sunia ini masih ada orang yang baik. "Makasih, makasih banget sungguh beruntung diri Vellaxe bisa bertemu kakak hari ini."
****
Rumah Vellaxe
Tok... Tok.... Tok.....
Pintu kamar yang digedor keras dari luar. Vellaxe menghela napas.
"Apa ini? Papa atau Mama? Padahal baru ingin istirahat tapi seperti ada saja yang mengganggu dirinya!" kesalnya, ia membukakan pintu untuk orang menggedor pintu kamarnya.
"Vellaxe buka pintunya!" teriak seseorang diluar sana.
Vellaxe bangkit dari kasurnya, ia sudah lelah seharian di toko buku sekarang rasanya ia ingin marah. Ia kemudian membukakan pintu kamarnya dan wajah yang pertama ia lihat adalah sang Papa dengan wajah menahan emosinya.
"Ada apa, Papa gedor kamar aku?" Vellaxen mencoba menenangkan dirinya.
Edgar berdecak pinggang melihat putrinya, ia menghela napas sebentar guna merendahkan emosinya yang masih tinggi. "Kamu engga mau makan?"
"Aku udah makan di luar, kalau Papa sama Mama mau makan yah kalian saja berdua aku sudah kenyang." Jawab Vellaxe dengan berusaha menyembunyikan rasa laparnya.
"Yaudah sekarang kamu tidur, besok kamu sekolah jangan tidur sampai malam, kamu mengerti?" perinta Edgar tanpa ingin di bantah.
"Iya ini mau tidur, yaudah aku tidur duluan kalian makan saja." kata Vellaxe mau tak mau ia mengikuti perintah sang Papa dengan berat hati.
Edgar langsung pergi dari depan kamar anaknya. Ia juga tidak ingin berlama-lama, ia hanya ingin memberikan perhatian kecil kepada putrinya, tapi sepertinya putrinya merasa ketakutan saat bersamanya jadi lebih baik ia pergi daripada membuat putrinya tidak nyaman.
Pa, apakah ini tanda papa akan balik seperti dulu? Tapi kenapa aku melihat dimata papa hanya ada kepalsuan, apakah tidak ada cahaya tulus dari mata yang Papa berikan kepadaku? Mau sampai kapan, Pa? Mau sampai kapan keluarga kita hancur? Tidak inginkah dirimu mempunyai keluarga yang harmonis seperti keluarga yang lain? Aku rindu masa-masa itu, tapi kapan masa-masa itu akan datang lagi.
Vellaxe menangis menatap punggung sang Papa, ia tidak sanggup jika terus berada di posisi saat ini rasanya sangat berat, ntah sampai kapan ia akan sanggup melewati ini semua.
****
Hai semuanya, apakabarnya kalian? Gimana hari ini? Hari ini menyenangkan atau membuat kalian sedih? Maaf kemarin engga bisa update, mau update katanya wattpad lagi dalam masa perbaikan jadi engga update. Hari ini juga lumayan ramai pekerjaan aku, tapi Puji Tuhan menjelang sore kerjaan aku sudah tidak menumpuk.
Mohon maaf kalau ada kata yang salah dalam penulisan, dan tak henti-hentinya bilang makasih sama kalian yang mau baca karya ini makasih banget atas dukungan kalian, semoga karya ini menjadi karya yang kalian nikmati. Segini aja dulu ya ceritanya, sampai jumpa hari esok kawan-kawan dada.
Rabu, 11 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childhood Dream
Teen Fiction"Apakah kamu percaya akan sebuah impian?" tanya anak lelaki berusia 12 tahun. "Aku tidak terlalu percaya tetapi, ntah mungkin itu bisa bagus aku tidak percaya atau tidak terlalu berharap," Ada seseorang yang sangat mempercayai sebuah impian, ada ju...