Suasana kelas saat ini sedang ramai, mata pelajaran selanjutnya tiba-tiba saja gurunya tidak masuk terjadilah jam kosong. Tidak ada guru, kelas ramai bahkan ada yang sedang keluar masuk kelas, padahal di kelas lain sedang belajar berharap keributan di kelas saat ini tidak mengganggu kelas yang lain.
Vella dirinya sedang sibuk dengan laptopnya mengabaikan suara kebisingan yang ada di sekitarnya, bahkan Elcy yang menjadi sahabatnya saja ia abaikan dari tadi.
Elcy menatap Vella dengan serius, ia tidak percaya jika sahabatnya sibuk dengan laptop. "Lu engga ke ganggu sama suara berisik?"
"Engga, gua abaikan saja. Kenapa emang?" Vella melirij aekilas lalu melanjutkan mengetik di laptop. Ia mencoba akan mengirimkan sebuah naskah kepada penerbit untuk karyanya.
"Hai, Vel sibuk banget kayanya?" tanya lelaki yang baru sampai di kelas Vella saat itu.
"Ya, Aiden maaf iya gua engga bisa keluar. Gua lagi bikin naskah buat gua kirim penerbit, kemarin gua liat di sosial media ada iklan soal yang mau ngirim naskah buat diajak kerja sama kedepannya. Yah hitung-hotung gua coba siapa tau gua beruntung."
"Oh gitu, berarti nanti malam kita engga bisa main dong?" tanya Elcy dengan memastikan kepada Vella.
Vella yang tidak enak mengabaikan Aiden dan Elcy akhirnya pun berhenti sejenak untuk mendengarkan kedua sahabatnya berbicara kepadanya. Ia melihat keduanya dengan perasaan tidak enak, mereka berdua bahkan saat ini sedang menunggu dirinya tapi dirinya malah sibuk akan kerjaannya.
"Hai, Vell gimana kabarnya? Gua dengar-dengar lagi bikin naskah apa itu benar?" ucap seseorang di belakang mereka dan Vella yang melihat itu terkejutlah pasalnya itu anak baru yang ia temui saat di taman.
"Elu? Elu bukannya anak baru itu?" tunjuk Vella ke arah lelaki itu dengan raut tidak percaya.
Sang anak lelaki itu berjalan ke arahnya tidak peduli akan banyak tatapan mata yang menatapnya. "Hai sahabat masa kecil apakabar sayang?" ucapnya sembari merangkul Vella.
Vella melotot tidak percaya jika lelaki di hadapannya ini adalah adik dari sahabat kakaknya sendiri. "Lu adiknya Ka Chandra?"
Cup
Lelaki itu langsung mencium pipinya Vella saking gemasnya dengan reaksi yang tampilkan kepadanya. "Jangan tampilkan wajah kamu seperti itu, itu tidak cocok dimataku yang ada kamu aku cium habis-habis."
Semua pasang mata mengarah kepadanya tidak percaya jika anak baru itu ternyata kenal dengan Vella, terlebih tadi ia membuktikan bukan hanya sekedar kenal saja tapi ia membuktikan bahwa dirinya lebih dari dekat dengan mencium pipi Vella di depan anak-anak kelas.
Aiden yang melihat itu panas, ia tidak terima jika Vella di cium oleh orang yang tidak ia kenal. Ada rasa tidak suka saat Vella di dekati lelaki lain selain yang ia kenal. Ia mengepalkan tangannya, tidak sabar ingin meninju muka lelaki yang tidak sopan itu mencium sang sahabat.
Blam!......
Elcy yang melihat Aiden memukul lelaki di depannya pun terkejut, ia tidak menyangka jika Aiden akan bermain tangan saat di lingkungan sekolah.
"Aiden, lu gila ha? Lu mukul dia di sekolah yang ada Nyokap lu kena panggilan!!" teriak Vella dengan murka.
"Aiden, apa yang dibilang Elcy ada benarnya, ini masih lingkungan sekolah engga seharusnya lu mukul orang yang masih ada dalam lingkup sekolah." Elcy mencoba menyadarkan apa yang di perbuat Aiden itu salah.
Aiden yang mendengar teriakan Vella maupun Elcy pun lantas langsung pergi ia tidak peduli dengan emosi kedua wanita yang ada di hadapannya. Emosinya masih memuncak, dirinya tidak ingin membuat kedua wanita itu marah akan dirinya. Lebih baik ia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childhood Dream
Fiksi Remaja"Apakah kamu percaya akan sebuah impian?" tanya anak lelaki berusia 12 tahun. "Aku tidak terlalu percaya tetapi, ntah mungkin itu bisa bagus aku tidak percaya atau tidak terlalu berharap," Ada seseorang yang sangat mempercayai sebuah impian, ada ju...