PART 4

30 21 0
                                    

Happy Reading🔥

Hari menuju perlombaan Olimpiade Bahasa Inggris semakin menipis. Begitu pula dengan Elodie yang semakin tekun mempersiapkan untuk perlombaan ini. Bahkan hanya sekedar jalan-jalan dengan Catherine, ia menolaknya.

"Die, gue heran sama lo. Lo gak laper apa di jam istirahat gini? Malah nyatet mulu dari tadi," ujar Catherine sembari memakan roti keju kesukaan. Elodie menatap Catherine malas sejenak lalu menggelengkan kepala, "Puasa," jawabnya singkat dan kembali mencatat. Catherine yang mendengarnya bengong.

"Serius lo??"

"Ya kagak lah, gue juga laper kali. Udah tau gue lagi nyatet, peka dikit kek beliin roti coklat kesukaan gue di kantin jangan kek dia yang gak peka mulu sama gue," omel Elodie panjang lebar. Catherine yang mendengarnya segera berlari cepat menuju kantin tanpa menanggapi ucapan Elodie. Elodie yang melihatnya hanya menghela nafas lelah. Ia kemudian kembali melanjutkan mencatat.

♡♡♡

"Duhh... Panjang bett sih ngantrinya. Gue kira gak bakal sepanjang ini," ujar Catherine berbicara sendiri. Bayangkan saja, ia kini harus menunggu deretan antrian para murid yang sekitar ada 25 orang. Bisa-bisa jam istirahatnya keburu selesai.

"Misi, misi!"

Seorang siswa laki-laki menyerobot antrian begitu saja. Catherine melotot tak terima melihatnya, "Heh! Antri dong. Enak aja main nyerobot," teriak Catherine kesal sembari menarik belakang kerah lelaki tersebut.

"Diem lo!"

Lelaki tersebut menaruh uang berwarna merah 5 lembar di tangan Catherine begitu saja lalu pergi menyerobot antrian di depannya. Catherine yang melihatnya bengong begitu saja, tapi tak heran ia akhirnya diam dan memilih menaruh uang tersebut di sakunya.

"Heh! Mana roti coklat pesanan gue?" Seseorang menepuk bahu Catherine dengan sangat keras membuat Catherine kaget, "Astagaa ya nagaa... Gue kira siapa,"


"Yeuu, buru mana roti gue? Laper nih," Elodie menjulurkan tangannya meminta roti coklat yang tadi ia pesan. Catherine melotot kesal, "Sabarr bego. Gue juga pengen bakso makanya ngantri dulu ini,"

"Ck, gak bilang kalau mau beli bakso. Tau gitu gue ikut beli,"

"Lo kagak bilang,"

"Lo kagak nawarin,"

Mulailah kembali aksi debat mereka seperti biasanya. Memang sedikit lain persahabatan mereka ini. Setiap hari kerjaannya selain ngehalu yaitu pasti debat, debat, dan debat.

"Udah gini aja, gue antri dulu. Nah, lo beli minumannya sana biar cepet," ujar Catherine menyudahi perdebatan mereka. Elodie mengangguk setuju lalu segera pergi untuk membeli minuman.


♡♡♡

"Catherine... Akhirnya kamu pulang juga. Mama kangen sama kamu tau," ujar Mama Catherine yang bernama Yunita sembari menghampiri Catherine dengan perutnya yang sedikit buncit itu. Ya, Yunita kini sedang hamil di usia 7 bulan.

"Duhh... Mama tuh lagi hamil besar malah keluar rumah," ujar Catherine sembari menggandeng tangan Yunita untuk kembali masuk ke rumah.

"Memangnya kenapa kalau Mama keluar? Gak boleh? Papa aja ngebolehin kok,"

"Ihh, jangan Maa. Bahaya buat Dede. Kan gak lucu kalau tiba-tiba aku malah gak jadi menjadi seorang kakak,"

"Hahahaha.... Iya iya. Sekarang kamu mau Mama masakin-"

"Shutt!! Udah biar Catherine aja yang masak, Ma. Mama duduk aja," Yunita yang mendengarnya menggelengkan kepalanya heran dengan perilaku putrinya tunggalnya ini. Sifatnya sangat jauh dari biasanya.

"Mama mau makan apa?"

"Mama mah bebas, yang pengen ini itu tuh adek kamu nih," Yunita menyuruh Catherine untuk mengelus perutnya itu. "Dede mau makan apa?"

"Makan sayul sop, Kak Catheline," jawab Yunita dengan suara yang seperti dibuat-buat khas anak kecil. Catherine tertawa mendengarnya lalu mengangguk dan ngacir ke dapur.

"Manja kok sama anak, sama aku aja, sayang," ujar Elvan di ponsel Yunita. Ia lupa untuk mematikan sambungan teleponnya karena Catherine yang baru saja pulang sekolah.

"Ya ampun Papa, udah sana kerja. Ngagetin aja,"

Tutt....

♡♡♡

Sore ini, Elodie sedang berada di sebuah toko buku untuk membeli buku bahasa Inggris yang akan digunakan untuk belajarnya mempersiapkan Olimpiade tersebut.

"Mana ya? Eumm- aww!"

Brukk...

Elodie terjatuh karena tak sengaja ia ditubruk oleh seorang lelaki. "Eh sorry sorry. Lo Elodie?"

"Sshh..." Elodie tak menjawab pertanyaan lelaki tersebut. Ia masih sibuk mengelus kepalanya tadi sempat tertimpa buku si lelaki.

"Sorry banget ya, Die. Sakit gak?"

Elodie menggelengkan kepalanya lalu pergi menjauhi lelaki tersebut. Meski tak melihat wajah lelaki tersebut, ia tahu siapa lelaki tersebut. Lelaki yang membuatnya menjadi ... sangat terpuruk setahun yang lalu.

"Ternyata lo tambah dingin makin kesini, Die,"

"Die!" Seseorang memanggil Elodie sembari melambaikan tangannya ke arah Elodie. Elodie yang melihatnya tersenyum senang lalu menghampirinya.

"Kamu ngapain disini, Die?" Tanya seseorang itu yang ternyata adalah Ellard. Elodie yang masih sempat kaget dengan kehadiran Ellard segera menjawab, "Eumm... Ini, mau beli buku tambahan aja. Soalnya bentar lagi mau lomba Olimpiade, El,"

"Oiya? Sama dong. Kamu ikut Olimpiade apa?"

"Bahasa Inggris,"

"Sama dong! Udah ketemu bukunya?" Elodie yang mendengarnya sedikit kaget karena ia bisa berlomba dengan crush nya sendiri, "Belum, aku nyari gak ketemu hehe..."

Ellard segera memberikan satu buku kepada Elodie. Persis seperti buku yang ia genggam sekarang. "Udah nanti aku yang bayarin. Tenang aja," ujar Ellard sembari terkekeh ketika Elodie mencoba melihat harga buku tersebut. Elodie menatap Ellard tak percaya. Buku ini sangat mahal, bahkan Elodie saja tak mampu membelinya dan kini ... Ellard membayarkan buku tersebut untuk Elodie dan ia sendiri.

"Gak usah repot-repot, El. Kamu beli aja satu, nanti aku pinjem. Lagian buku ini cuman aku pake bentar doang, cuman buat lomba," ujar Elodie sembari menaruh kembali buku tersebut di rak asalnya. Ellard menatap ragu namun tetap mengangguk lalu mengajak Elodie untuk segera membayarnya.

Dari kejauhan tanpa diketahui, seorang lelaki melihat mereka berdua sembari memegang dadanya yang sangat sakit itu. "Ternyata gini rasanya sakit hati ya, Die,"

♡♡♡
Bersambung

DOUBLE ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang