PART 31

4 3 0
                                    

Happy Reading🔥

Ellard mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi. Ia benar-benar tak mempercayai fakta yang baru saja diungkap Mateo. Perasaannya kini bercampur aduk. Ia mendudukkan dirinya di kursi yang berada di balkon. Ia berusaha untuk menenangkan emosinya yang sedang bergejolak ini. Bagaimana pun ia tak boleh melakukan hal yang semena-mena, apalagi kepada Mateo yang masih termasuk orang baru dalam lingkungannya.

"Tapi... Apa benar Elodie punya rasa juga sama Mateo?"

"Kenapa dia gak pernah cerita sama aku?"

"Apa sampai sekarang rasa itu masih ada?"

"Jangan-jangan, aku hanya menjadi pengalihan dia aja,"

Pikiran-pikiran negatif itu timbul di benak Ellard. Ellard menghela nafas untuk kesekian kalinya, masih tak mempercayai semuanya. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengambil sebuah buku lalu mencoret-coretnya dengan pulpen tanpa minat. Ellard terbiasa melakukan hal ini jika perasaannya sedang tak stabil. Ia lebih memilih melakukan hal seperti ini daripada melakukan hal yang berbahaya seperti yang dilakukan para remaja lainnya jika dalam emosi seperti balap liar.

Lama-kelamaan, kertas tersebut dipenuhi coretan asal dari Ellard. Namun, coretan-coretan itu tanpa sengaja membuat sebuah simbol bahaya. Entah hanya naluri saja, namun coretan itu seperti mempunyai makna tersendiri. Ellard yang melihatnya bahkan bingung sendiri akan artinya. Otaknya berusaha berpikir keras untuk memecahkan arti simbol bahaya tersebut hingga akhirnya ia menyadari sesuatu.

♡♡♡

Pagi ini, Elodie sudah bangun tepat pukul 6 pagi. Kini ia berada di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk teman-temannya semua. Di sisi lain, Ellard pun sudah berpakaian rapih dan niatnya hendak menuju dapur untuk membuat roti selai coklat untuk dirinya sendiri. Ia tak mengetahui jika Elodie berada di dapur.

"Eh, El,"

Ellard menaikkan pandangannya dan menatap Elodie tanpa membalas sapaan Elodie. Sekitar lima detik mereka saling bertatapan dan setelah itu Ellard memutuskannya lebih dahulu. Ia melewati Elodie dan beranjak mengambil roti dan mengoleskannya dengan selai coklat. Elodie menunduk melihat sikap Ellard yang berubah padanya. Ia tahu ia salah karena tak pernah menceritakan semuanya pada Ellard namun ia juga sedikit kesal pada Mateo yang mengungkap bahwa ia pernah memiliki rasa padanya. Seharusnya hal itu tak perlu dibicarakan di depan Ellard yang notabenenya adalah pacarnya sekarang.

"El, aku mau masakin nasi goreng buat semuanya. Mau bantu gak?"

Ellard kembali menatap Elodie dengan pandangan yang sulit diartikan, "Gue harus pergi. Minta tolong sama Liam aja," ujarnya lalu pergi menuju keluar sembari melahap roti yang dibuatnya. Hati Elodie seketika hancur mendengar perkataan itu. Tak biasanya Ellard bersikap seperti itu padanya. Elodie menghela nafas, mungkin mulai hari ini sampai beberapa hari ke depan ia dan Ellard akan sedikit berjauhan.

"Lohh... Udah bangun, Die? Lihat Ellard gak?"

Andrew datang dari tangga dan menghampiri Elodie yang sedang termenung. Elodie menganggukkan kepalanya, "Barusan pergi, Ndrew," jawabnya lesu. Andrew menghela nafas kala mendengar jawaban Elodie, "Belum baikan?" Elodie menggelengkan kepalanya lesu.

"Yang sabar ya, Die. Nanti gue coba omongin ke dia,"

"Gapapa, Ndrew. Biar gue aja yang omongin semua ke dia biar lebih jelas. Gue bisa lakuin sendiri kok," ujar Elodie meyakinkan, ia tak mau membebani orang lain hanya untuk mengembalikan hubungannya yang retak dengan Ellard. "Kalau butuh bantuan, bilang gue ya. Gue dan teman-teman yang lain siap bantu lo kok."

DOUBLE ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang