Happy Reading🔥
Hari ini adalah hari Senin yang sangat dinanti-nantikan oleh Elodie. Senyum indah terpatri di wajahnya kala ia masuk ke sekolah. Sepanjang koridor, banyak sekali murid-murid yang berbisik-bisik karena jarang sekali melihat Elodie tersenyum bahagia seperti ini.
Sesampainya di kelas, seperti biasa Catherine menyambutnya dengan ceria. "Haii, Die! Lama banget lo nyampe ke sekolah," ujar Catherine sembari tersenyum.
"Lo tau?"
"Kagak. Kan belum di kasih tau," ujar Catherine sembari cengengesan namun itu tak membuat emosi Elodie melonjak seperti biasanya. Elodie malah semakin melebarkan senyumnya.
"Gue ketemu Mateo pas hari Sabtu," bisik Elodie pelan di telinga Catherine. Catherine membulatkan matanya kala mendengar perkataan Elodie.
"WHATT?! LO SERI- HMMPPHH,"
Elodie dengan cepat membekap mulut toa milik Catherine menggunakan tangannya. Suara Catherine memang tak bisa ditahan jika ada informasi seperti ini. "Gak usah pake teriak, bego,"
"Ishh iya-iya. Tapi serius itu?"
Elodie mengangguk, "Katanya dia juga bakal sekolah disini. Seneng banget gue!" ujar Elodie sembari menggoyangkan bahu Catherine dengan kencang membuat si empunya bahu bergoyang kesana kemari.
"Udah minta nomor teleponnya?"
"Belum, hehe..." ujar Elodie sembari cengengesan. Catherine tanpa merasa kasihan langsung memukul Elodie menggunakan buku pelajaran yang tebal.
Bukk...
"Ngaco! Bodo amat, pokoknya kalau lo nangis 7 hari 7 malam lagi gue gak bakal peduli. Udah ketemu orangnya malah gak diminta nomornya," ujar Catherine kesal sembari membuang muka tak peduli dengan Elodie yang sedang meringis kesakitan akibat kepalanya kena pukulan buku Catherine. "Ya maaf sih. Lagian pas waktu itu juga, gue kesenangan jadinya lupa. Tapi tenang aja, dia kan bakal sekolah disini juga. Jadi, gue masih ada kesempatan buat minta nomornya, hehehe...."
"WHATT?!"
"Udahlah, gue males cerita sama lo yang mulut toa," ujar Elodie cemberut. Catherine melotot mendengar ucapan pedas Elodie. Namun tetap saja ia harus membujuk Elodie supaya tidak marah padanya. Bagaimana pun, Elodie adalah sahabat satu-satunya yang ia punya. "Iya-iya deh. Jangan ngambek dong,"
Kringg... Kringg...
Bel masuk berbunyi. Para murid langsung segera duduk di tempatnya masing-masing karena hari ini adalah pelajaran Fisika sekaligus gurunya adalah wali kelas mereka, Pak Heri.
Ceklekk...
"SELAMAT PAGI, PAK!!!"
"Pagi, silahkan duduk," jawab Pak Heri dingin. Para murid segera duduk di kursi masing-masing dengan wajah tegang. Pak Heri memang termasuk dalam golongan guru killer di sekolah mereka. Jadi, tak heran jika saat pelajaran Fisika para murid tak akan ada yang tertidur karena hukuman pasti sangat berat.
"Baik anak-anak. Hari ini, Bapak ingin mengenal seorang murid baru kepada kalian. Silahkan masuk, Nak,"
Murid baru tersebut masuk ke dalam kelas dengan langkah tegap tanpa ada rasa takut atau gugup. Tanpa diminta pun, ia langsung memperkenalkan dirinya, "Hallo teman-teman semua... Perkenalkan nama saya Reynaldi Mateo Bramasta. Panggil saja saya, Reynald atau Rey. Saya pindahan dari Surabaya. Saya harap saya bisa berteman baik dengan kalian semua,"
"Baik Rey, silahkan kamu bisa duduk di sebelah Sandy. Yang namanya Sandy bisa angkat tangan?"
Sandy segera mengangkat tangan yang membuat Rey langsung mendekatinya untuk duduk. Jarak antara bangku Elodie dan Sandy cukup jauh karena Sandy duduk di belakang sedangkan Elodie di depan. Namun tak dipungkiri saat melewati Elodie, Mateo mengedipkan sebelah matanya sembari tersenyum tipis. Untung saja Elodie masih bisa menetralkan jantungnya yang sedang konser ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE EL
Teen Fiction"Iya aku suka kok," "Suka apa?" pancing Elodie sembari menaikan satu alisnya. Ellard tersenyum lebar menanggapinya. "Kamu." DEGG... "Hahaha.... Langsung merah tuh muka," goda Ellard sembari tertawa terbahak-bahak. Elodie yang malu segera menyembu...