Happy Reading🔥
"Die, muka lo pucat banget. Sarapan dulu aja, yuk. Lagian masih pagi ini, masih jam 06.15,"
Elodie menggelengkan kepalanya tak mau. Hari ini ia kembali mogok makan setelah bermimpi buruk tentang Ellard semalam. "Thanks, tapi gue pengen di kelas aja, Cath." jawab Elodie dengan suara serak. Catherine hanya bisa menghela nafas lelah, tidak tahu harus membujuk Elodie dengan cara apapun lagi, "Dikit ajaa, Die. Hari ini ada upacara bendera loh. Nanti lo juga jadi dirigen kan, kalau lo pingsan gimana coba?"
"Die..."
Mateo menghampiri Elodie dan menepuk pundaknya, "Please, kamu perlu makan. Kamu harus bisa merawat diri kamu juga, Die. Tenang aja, Ellard pasti baik-baik aja kok. Nanti kalau kamu pingsan, gimana kamu mau ketemu Ellard?" ujarnya membujuk Elodie yang kini termenung. Elodie menghela nafas sejenak sebelum kembali menjawab,
"Aku gak nafsu makan, Mat. Gapapa, aku kuat kok."
Usai menjawab, Elodie segera melenggang pergi menuju ke kelas. "Emang nyebelin tuh anak. Ntar giliran dah sakit malah ngeluh ke kita, Mat. Apalagi kalau Ellard tahu Elodie sakit, pasti kita kena amuk tuh," gerutu Catherine dengan kesal. Mateo mengusap pundak Catherine guna memberikan kesabaran pada Catherine, "Udah lah, mending kita beli dulu bubur habis itu ke kelas temenin Elodie."
♡♡♡
Hari ini, Ellard berniat untuk mendekam di kamar sendirian. Ia ingin menyusun strategi yang akan ia buat untuk sosok 'dia' yang tentu sangat licik itu selama ia berlibur di Bogor. Tentunya Opanya akan ikut membantu sesekali untuk menyusun strategi.
Beberapa hari yang lalu, sebenarnya Ellard sudah menghubungi seseorang untuk memata-matai sosok 'dia' dimanapun dan kapanpun. Lewat informasi yang didapatkan, celah untuk mengetahui rencana jahat 'dia' dengan cepat satu-satunya mulai terungkap.
"El, Opa punya satu firasat,"
Ellard mengalihkan pandangannya kepada Opanya, "Firasat apa, Opa?" Opa Roni tersenyum menyeringai kecil, "Meski Opa dahulu hanya pernah bertemu sekali saja dengan 'dia', tapi Opa tahu persis bagaimana 'dia' walau dalam sekali menatap matanya. Orang itu tidak mungkin akan memainkan permainan ini sendirian. Dia pasti akan meminta bantuan pada orang yang kuat atau orang yang menjadi tamengnya sekarang,"
"Yang perlu kamu lakukan sekarang, jangan terlalu gegabah. Bisa saja, ia bekerja sama dengan seseorang untuk membalaskan dendamnya."
Ellard menganggukkan kepalanya walau ia masih kurang mengerti, "Tapi... Kenapa dia masih bersembunyi sampai sekarang, Opa? Kenapa dia hanya bermain-main tanpa mau langsung mengambil tindakan. Padahal ini sudah hampir 2 bulan."
"Dia pasti tentu tidak sebodoh itu, El. Dia ingin bermain-main dahulu. Menunggu waktu yang tepat untuk mempersiapkan sebuah rencana jahatnya agar itu terjadi padamu dan orang sekitarmu,"
Opa Roni menatap Ellard dalam dengan rasa khawatir, "Sebaiknya jika kamu sudah tiba di Bandung lagi nanti, tetap beritahu Opa semua yang dia lakukan padamu juga orang-orang sekitarmu. Masalah ini... Sepertinya cukup berat untuk kamu hadapi sendiri, El. Opa yakin, dia menjadi seperti karena ada dendam lain yang tersimpan selain masa lalu kamu dengannya."
Ellard termenung dalam. Benar yang Opanya katakan. Ia tak mungkin menghadapi ini sendirian. Mungkin sudah saatnya ia meminta bantuan kepada orang-orang terdekatnya. "Tapi, Opa, El minta tolong. Jangan kasih tahu dulu Papa dan Mama tentang masalah ini ya. El gak mau buat mereka jadi pusing hanya karena masalah ini. Saat ini perusahaan Papa sedang ada sedikit kendala juga Opa. Tolong ya, Opa?" ujar Ellard memohon dengan sangat kepada Opa Roni.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE EL
Teen Fiction"Iya aku suka kok," "Suka apa?" pancing Elodie sembari menaikan satu alisnya. Ellard tersenyum lebar menanggapinya. "Kamu." DEGG... "Hahaha.... Langsung merah tuh muka," goda Ellard sembari tertawa terbahak-bahak. Elodie yang malu segera menyembu...