PART 10

17 15 2
                                    

Happy Reading🔥

Di pagi yang cerah ini, Elodie sedang mengayuh sepedanya berkeliling komplek perumahannya. Sebenarnya baru kali ini ia memakai sepedanya kembali setelah beberapa tahun tak digunakan. Alasannya hanya karena satu hal, malas. Namun entah tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Elodie ingin bersepeda di pagi ini.

Udara pagi yang segar membuat Elodie menghirupnya dalam-dalam. Cahaya hangat matahari membuat kulit Elodie yang kuning langsat terlihat terpancar indah.

Saat sedang bersepeda, tak sengaja Elodie melihat ada seorang pedagang bubur ayam yang membuat ia ingin menghampirinya. Bukan untuk membeli dan sarapan namun karena ada seseorang yang ia kenal sedang membeli bubur ayam disitu.

"Bubur ayamnya 1 yaa, Mas. Dimakan disini," ujar seorang lelaki lalu duduk di sebuah kursi yang disediakan. Elodie ragu-ragu menghampirinya lalu duduk di sebelahnya.

"H-hai... Long time no see," ujar Elodie menyapa dengan gugup. Lelaki tersebut menoleh kepada Elodie dengan kerutan di wajahnya yang terpampang jelas. "Elodie?"

Elodie mengangguk kaku dengan gugup yang masih ada. Setelah itu, keheningan menyelimuti mereka. Keduanya sama-sama terdiam tanpa ada niatan untuk membuka suara. Tapi, tiba-tiba...

"Hahahahaha......" Lelaki tersebut tertawa terbahak-bahak. Jujur, sedari tadi ia ingin menertawakan wajah Elodie yang tampak tegang dan kaku. Bahkan sampai tak berani membuka suara.

Elodie yang melihatnya bingung sendiri. "Tegang banget mukanya, Teh," ujar lelakinya tersebut sembari menoel lengan Elodie. Elodie menyengir mendengarnya.

"Gimana kabar lo, Die?"

"Ya gitu deh," ujar Elodie sembari sedikit tersenyum. Lelaki tersebut terkekeh lalu mengacak-acak rambut Elodie yang halus itu. "Kangen, hm?"

Degg...

Seakan Elodie kembali membeku mendengar pertanyaan itu. Ia merasa tiba-tiba waktu berhenti begitu saja. Untungnya, lelaki tersebut kembali menyadarkannya.

"Kok diem?"

Elodie tersenyum malu. Ia tak mungkin akan mengaku jika ia benar-benar kangen dengan sosok lelaki di hadapannya ini. "Diem berarti iya. Hm, gue juga kangen sama lo,"

Elodie tambah melebarkan senyuman kala mendengar perkataan lelaki tersebut. "Iyaaa.... Aku kangen sama kamu, Mateo," ujar Elodie sembari malu-malu. Mateo terkekeh mendengarnya.

"By the way, kamu kok bisa disini? Bukannya kamu ada di Surabaya?"

"Hmm... Sebenarnya ini surprise buat lo. Tapi gagal deh gara-gara lo ketemu sama gue disini. Yaaa... Gue kesini lagi. Gue bakal lanjutin sekolah di sekolah lo juga," jawab Mateo enteng. Berbeda dengan yang mendengarnya, Elodie tercengang saking kagetnya. Tak bisa ia bayangkan, lelaki yang selama ini ia rindukan kembali padanya.

"Serius?!"

Mateo mengangguk sembari tersenyum manis. Elodie langsung menggoyangkan lengan Mateo karena saking senangnya, "Makasih,"

Mateo mengangguk kembali dengan tulus. "Dengar-dengar nih, katanya ada yang kangen sama gue sampai nangis-nangis terus sampai post sw juga," sindir Mateo. Elodie yang merasa tersindir berpura-pura menampilkan wajah tak tahu, "Siapa ya?"

"Emang udah dari dulu gengsinya gak hilang-hilang," ujar Mateo sembari geleng-geleng kepala. Elodie hanya cengengesan mendengarnya.

"Mas, ini bubur ayamnya,"

"Oiya, makasih," jawab Mateo sembari mengambil mangkuk bubur yang diberikan oleh penjual bubur ayam tersebut. "Pasti gak mau. Ya kan?"

Elodie mengangguk sembari menyengir kuda. "Makan dulu yaa... Btw, kamu mending makan cakue nya aja. Pasti suka," ujar Mateo sembari menyodorkan sepiring cakue ke hadapan Elodie. Elodie menerima dengan senang hati lalu melahapnya bersama Mateo. Udara pagi dengan angin sepoi-sepoi membuat sarapan mereka tambah nikmat.

DOUBLE ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang