Happy Reading🔥
Satu kata itu membuat Andrew menghela nafas kasar. Jujur, ia takut kejadian barusan membuat Catherine menjadi trauma. Kejadian yang benar-benar membuatnya merasa bersalah penuh pada gadis yang sangat dicintainya ini.
Flashback on
"Lo kenapa pake acara lupa sih bawa kertas ulangan?" gerutu Andrew ketika mereka sedang berjalan menuju kelas Catherine yang berada di lantai 2 dan sialnya kelas itu adalah kelas yang berada di paling pojok.
"Ya maaf sih. Gue kan orangnya lupaan,"
Mereka terus berjalan hingga akhirnya tiba di depan kelas Catherine dan untungnya kelas itu belum dikunci. "Sana masuk, ambil kertas ulangannya. Gue tunggu di luar," titah Andrew sembari bersandar di pintu kelas dengan kedua tangannya yang masuk ke dalam saku celananya.
"Ihh... Sama lo dong. Gue takut, Ndrew,"
"Ck... Gue tungguin diluar. Gak bakal dikunci. Sana masuk." Catherine menatap Andrew kesal. Akhirnya ia memutuskan untuk berdiam diri saja, jujur lampu di kelasnya ini hanya nyala dua dan itu membuat kelasnya terlihat remang-remang dan menambah suasana mencekam. Beda cerita jika siang hari, kelasnya akan tampak cerah karena adanya sinar matahari yang masuk lewat jendela.
"Ck, nih anak emang penakut,"
Karena jengah menunggu akhirnya Andrew mengalah untuk ikut masuk bersama Catherine. "Nah gitu dong. Makasih, Bang Andrew," ujar Catherine dengan senyum merekah sembari ikut masuk mengikuti Andrew. Ia segera menghampiri mejanya yang terletak di pojok kelas dan membuka lacinya.
"Nah, ini dia. Duhh... Sayang banget kalau kertas ini hilang. Hasil pencapaian gue setelah sekian lama,"
"Baru dapat 90 aja songong lu pake minta duit jajan nambah." Catherine menatap sinis Andrew, "Suka-suka gue lah. Nilai-nilai gue juga. Udah yuk pulang!" Baru saja mereka hendak keluar kelas, tiba-tiba pintu kelas hendak ditutup rapat. Seperti ada seseorang yang menggunakan tali ke engsel pintu itu agar terlihat lebih horor karena pintu tersebut kesannya tertutup sendiri.
Dengan langkah gesit, untung saja Andrew berhasil mencegah pintu tersebut untuk ditutup. "Arghh.... Bantuin gue, Cath!" ujarnya berusaha meminta bantuan karena hanya satu jarinya yang bisa mencegah pintu tersebut. Mana lagi jari itu adalah jari manis yang kekuatannya tentu tak sekuat jari yang lain.
"Ndrew!"
Sontak Catherine panik dan lantas membantu Andrew untuk membuka pintu tersebut. Sayangnya, si pelaku menyodorkan pisau lewat celah pintu tersebut kepada Andrew. Lantas Andrew segera menarik jari manisnya karena tak mau kehilangan jari penting itu.
BRAKKK
Pintu kini sudah tertutup rapat. "Ndrew! Kenapa lo tarik jari lo?! Barusan pintunya hampir kebuka anjirr!!" ujar Catherine kesal. Bayangkan saja, pintu sudah hampir terbuka sebagian ini malah jarinya ditarik. Otomatis sia-sia sudah usaha mereka untuk mencegah pintu itu tertutup.
"Pelakunya nyodorin pisau ke gue. Lo mau gue mati cuman gara-gara pisau?"
Catherine menghela nafas kasar, "Sialan tuh orang! Lagian jahil banget sih pake acara nutup pintu segala. Gabut apa ya?" gerutunya. Andrew hanya terdiam tanpa mau membalas semua ucapan Catherine. Seketika ia memiliki ide cemerlang.
"Cath,"
"Hm?" Andrew menatap Catherine lalu menunjuk jendela menggunakan matanya, "Kita bisa keluar dari sini. Jendela gak dikunci," ujarnya. "Ehh iya bener juga, ya udah cepetan, Ndrew." Andrew berusaha membuka jendela lalu keluar terlebih dahulu. "Ayo, Cath-"
![](https://img.wattpad.com/cover/330621993-288-k379059.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE EL
Teen Fiction"Iya aku suka kok," "Suka apa?" pancing Elodie sembari menaikan satu alisnya. Ellard tersenyum lebar menanggapinya. "Kamu." DEGG... "Hahaha.... Langsung merah tuh muka," goda Ellard sembari tertawa terbahak-bahak. Elodie yang malu segera menyembu...