PART 30

5 4 0
                                    

Happy Reading🔥

"Ceroboh banget sih kamu, El," Ellard menunduk dalam dengan bibir yang cemberut. Ia merasa seperti menjadi anak yang sedang mendengarkan nasihat dari ibunya. "Ya maaf sih. Aku kan cuman mau bantu kamu, yang," ujarnya meminta maaf ada Elodie. Elodie sendiri kini sedang sibuk mengobati tiga jari Ellard yang terkena pisau saat memotong bawang.

"Ya kalau gak bisa ya udah potongnya jangan kekecilan juga. Kan jadi luka gini,"

"Maaf yaa, cantik. Janji gak diulangi lagi," jawab Ellard sembari memohon agar Elodie memaafkannya. Elodie menganggukkan kepalanya dua kali, "Lain kali kamu potong sayur aja jangan bawang. Aku gak mau kamu luka lagi," ujarnya sembari mengusap jari Ellard berharap sakitnya mereda. Ellard tersenyum lebar lantas memeluk erat Elodie, "Makasih udah dimaafin dan diobatin yaa, sayang."

Elodie mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, ia segera melanjutkan acara memasaknya yang tertunda. Ellard mendekati Elodie dan berdiri di sampingnya, "Kamu kenapa gengsi banget sih, Die?" tanyanya tiba-tiba. Elodie mengernyitkan kepalanya kala mendengar pertanyaan dari Ellard.

"Gengsi? Maksudnya?"

"Ya selama ini kamu cuman panggil aku El doang. Gak ada gitu panggilan manis dari kamu? Aku aja manggil kamu sayang, masa kamu enggak," ujar Ellard sembari mengepang rambut indah milik Elodie. Elodie menghela nafas kala tahu Ellard ingin punya panggilan manis, "Ya udah. Mau dipanggil apa? Baby boy? Babe? Baby El? Koko El? Atau apa?"

"Busett.... Satu aja kali, Die. Banyak amat,"

"Ya udah, aku panggil kamu Baby Boy aja. Gimana?" Ellard mengangguk sembari tersenyum lebar, "Okee... Makasih, cantik," ujarnya lalu memeluk Elodie dari belakang. Elodie tersenyum dan membalas pelukan kekasihnya itu.

"Sama-sama, ganteng. Udah lepas dulu, aku mau masukin sayurnya ke panci,"

"Butuh bantuan gak, yang?" Elodie menggelengkan kepalanya, "Gak usah, kamu panggil Liam aja gih suruh kesini," ujarnya sembari memasukkan sayur ke dalam panci. Ellard mengangguk lantas pergi dari dapur. Namun, sebelumnya ia meninggalkan satu kecupan di pipi tembam milik Elodie itu.

"BABY BOY!!!"

♡♡♡

Usai makan malam, kini mereka semua sedang berada di ruang tengah sembari menonton TV. Lebih tepatnya mengobrol dan bercanda sembari bermain truth or dare dan TV itu hanya sebagai alat kebisingan saja untuk meramaikan suasana yang sepi.

"Gas gak nih main truth or dare?"

"Boleh deh, bosen juga nih kalau cuman nonton," ujar Liam lalu ikut bergabung. Kini, mereka semua duduk membentuk lingkaran di atas karpet selimut yang lembut. Ellard mengambil botol bekas air mineral lalu memutarnya dengan penuh tenaga. Semua merasa tegang takut jika botol tersebut menunjuk mereka. Hingga akhirnya....

"YES! MAMAT KENAA!!"

Mateo yang pasrah hanya bisa menampakkan muka masam sedangkan Catherine dan Elodie bersorak girang. "Truth or dare nih?" tanya Elodie tak sabar. Mateo berdecih pelan, "Ya truth lah. Anti-anti sama dare."

"PILIHAN YANG TEPAT, MAT!!"

"Sebutin cewek yang pernah lo suka!" ujar Catherine sembari tersenyum smirk. Ia sangat penasaran dengan sahabatnya yang satu ini karena ia sangat tertutup masalah percintaan. Mateo menggelengkan kepalanya, "Gak ada," ujarnya santai. Kening Catherine mengerucut mendengarnya, "Jangan-jangan lo homo ya?"

DOUBLE ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang