PART 8

30 19 7
                                    

Happy Reading🔥

Hari ini, seperti biasa di sekolah Catherine menjalani harinya dengan kesepian. Tak ada canda tawa dari sosok sahabatnya itu. Kini yang ia sangat harapkan sahabatnya kembali ke sekolah dan membawa piala dan hadiah tersebut.

"Kamu gak ke kantin, Cath?" tanya Fania, teman satu kelas Catherine. Catherine menggelengkan kepalanya lesu. Ia sangat tidak nafsu untuk makan. Lebih tepatnya, rasanya tak enak makan tanpa ada Elodie. Sahabatnya memang sangat berpengaruh besar dalam hidupnya.

"Mau aku beliin roti?" tanya Raisa lagi. Ia tampak khawatir karena wajah Catherine yang terlihat sedikit pucat dengan bibir yang kering hanya karena tak mau makan. Apalagi hari ini ada Pramuka sehingga akan pulang lebih lama. Catherine berpikir sejenak. Sedari pagi, ia tak memasukkan apapun ke dalam mulutnya itu. Bahkan sekarang saja perutnya sudah keroncongan. "Boleh deh. Rasa keju ya, sekalian sama susu pisangnya,"

Catherine menyerahkan uang berwarna hijau dari kantong roknya kepada Raisa. Raisa mengangguk lalu ia segera pergi menuju kantin.

"Kapan lo balik, Die? Gue kangen..." gumam Catherine pelan. Catherine kemudian berinisiatif untuk mengambil buku diarynya. Ia menggoreskan beberapa garis lalu merangkainya hingga menjadi sebuah gambar yang indah. Ia sering sekali melakukan seperti itu ketika ia sedang kesepian.

♡♡♡

Perlombaan final baru saja selesai. Tinggal menunggu waktu pengumuman yang tentunya akan langsung diperiksa oleh para juri. Sebelumnya, para peserta dipersilahkan untuk beristirahat terlebih dahulu.

Setelah menghampiri Pak Wisnu dan Bu Ratih, Elodie pergi menuju ke pohon rindang dan duduk disana untuk beristirahat. Lomba final ini sangat membuatnya kelelahan. Bahkan ia sekarang saja sudah keringat dingin. Tenaganya benar-benar terkuras untuk berlomba hingga perutnya kini keroncongan.

"Nih,"

Muncul sebuah tangan yang menyodorkan roti di hadapan Elodie. Elodie segera mengusap matanya karena ia baru saja akan sedikit tertidur.

"Thanks, El," ujar Elodie lalu kemudian melahap roti tersebut. Ellard yang melihatnya ikut duduk di samping Elodie sembari ikut memakan rotinya.

"Kok kamu tau aku suka coklat?" celetuk Elodie karena roti yang dimakannya kini adalah roti kesukaannya, roti coklat. Ellard yang mendengarnya tertawa kecil.

"Gak mungkin gak ada yang gak suka coklat. Semua pasti suka," bohong Ellard sembari tersenyum. Elodie yang mendengarnya segera menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Catherine gak suka coklat. Dia malah sukanya keju," ujar Elodie polos seperti anak kecil yang berpendapat. Ellard yang melihatnya gemas sendiri. Ia segera mencubit sebelah pipi Elodie.

"Aww! Ellard!!" teriak Elodie kesakitan sekaligus salting dan senang. Entahlah kini perasaan bercampur menjadi satu semua. "Jangan dicubit dong, nanti pipi aku tambah chubby. Lagian kenapa nyubit pipi aku sih?"

"Tadi ada... coklat di pipi kamu. Pengen aku lap tapi kamu nya malah goyang-goyang jadi ke cubit deh," alibi Ellard. Ya, ucapan Ellard setengahnya benar karena memang ada sisa coklat di samping bibir Elodie. Tepatnya di pipinya yang chubby itu.

"Masa sih aku makan belepotan? Biasanya aku makan itu rapih kok," ujar Elodie tak terima sampai-sampai ia mengecek wajahnya lewat camera di ponselnya.

Saat Elodie sedang bercermin sembari mengomel, Ellard menekan tombol camera tersebut. Elodie yang melihatnya lantas terdiam membeku. Di foto itu, nampak jelas ia yang sedang mengaca juga Ellard yang tersenyum manis. Senyuman yang selalu menjadi candu baginya.

DOUBLE ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang