Happy Reading🔥
"Cepat, panggil Catherine. Sampai kapan kita harus menunggu untuk memulai bersantai dan bernyanyi-ria di depan api unggun ini?" ujar Ellard kesal. Ia sudah berulang kali menyuruh Andrew untuk memanggil Catherine namun lelaki itu tetap memiliki gengsi yang amat sangat besar. Bahkan ia sekarang terlihat seperti orang yang sedang ngambek sendiri.
"Heh! Enak banget lo pada kagak ajak-ajak gue kesini. Parah sih," teriak Catherine yang baru saja turun dari lantai atas. Sedari tadi sebenarnya ia tak bisa tidur memikirkan sahabatnya yang tak kunjung kembali.
"Pelayannya gak mau disuruh ke atas buat panggil lo," jawab Liam sinis sembari menunjuk Andrew menggunakan lirikan matanya. Catherine yang mendengarnya langsung menjewer keras telinga Andrew. Benar-benar sialan!
Andrew hanya bisa meringis kesakitan dengan jeweran super dari Catherine. Ellard, Elodie, dan Liam bukannya memisahkan pertikaian, malah tertawa terbahak-bahak melihat Andrew yang sangat tertekan. "Mamam tuh gengsi,"
"Kenapa gak mau manggil, hah?!"
"Ya lagian gue lagi males. Trus juga palingan lo udah tidur. Lagian gak cuman gue yang harus manggil lo. Kan bisa sama Elodie," elak Andrew sembari memegang telinganya yang merah sebelah.
"Bodo ah!"
Catherine tak mempedulikannya Andrew yang kesakitan. Kini ia beralih pada Elodie yang sedang membakar sosis dan berbagai makanan lainnya. "Wihh... Tumben jago bakar-bakaran. Setau gue lo gak bisa masak," celetuk Catherine sembari mengambil satu sosis yang sudah matang dan memakannya dengan saos tomat.
"Siapa dulu dong yang ngajarin,"
Ellard merangkul Elodie tiba-tiba sembari tersenyum sombong. "Iya dah iya. Bucin," ucap Catherine dengan pelan di akhir katanya.
"Sini deh. Gue gantiin, gue juga pengen coba!"
"Hm, sama Liam noh," ujar Elodie menunjuk Liam yang baru saja kembali dengan beberapa makanan tambahan lainnya yang sudah matang.
Ellard dan Elodie berjalan ke dekat api unggun. Mereka berdua duduk disitu menikmati hangatnya api di malam yang dingin ini. "Dingin gak, Die?"
Elodie menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, "Gak kok. Aku suka sejuknya malam," ujarnya sembari memperlihatkan gigi kelincinya.
Ellard lalu beranjak pergi membuat Elodie bingung sendiri. Apakah ia salah berucap sehingga Ellard marah? Namun tak lama kemudian, Ellard kembali dengan membawa gitar miliknya, "Sing with me,"
Petikan gitar mulai terdengar di telinga Elodie. Alunan nada indah membuat malam itu semakin terasa nyaman, bahkan sampai menarik atensi teman-teman mereka.
Aku di sini padamu
Sekali lagi padamu
Kubawakan rindu yang kau pesan utuhAku di sini untukmu
Sekali lagi untukmu
Percayalah (tak perlu) lagi kau gundahPun aku merasakan getaranmu
Mencintaiku seperti ku mencintaimu
Sungguh kasmaran aku kepadamuEllard bernyanyi dengan nada yang indah tanpa ada nada yang false. Ia tetap menampilkan senyumnya selama bernyanyi, bahkan Elodie kini terdiam mematung tak percaya jika Ellard akan bernyanyi ini untuknya. Hingga akhirnya ia tersadar bahwa kini gilirannya untuk bernyanyi.
Hidup adalah tentangmu
Selalu saja tentangmu
Sepertinya kau adalah candu bagikuKau buat aku tak mampu
Selalu saja tak mampu
Menahan perasaanku atas dirimu
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE EL
Teen Fiction"Iya aku suka kok," "Suka apa?" pancing Elodie sembari menaikan satu alisnya. Ellard tersenyum lebar menanggapinya. "Kamu." DEGG... "Hahaha.... Langsung merah tuh muka," goda Ellard sembari tertawa terbahak-bahak. Elodie yang malu segera menyembu...