"Kau menyukainya, Arabella?"
Hayden berbisik lembut di telinga Arabella dan menjilat daun telinga Arabella yang membuat tubuh Arabella menggeliat geli. Vag*na Arabella yang sempit membuat kejantanan Haiden seolah terjepit di bawah sana.
"Berhenti.....kak.....ahhh.....sakit....."
Hayden menulikan pendengaran nya. Mempercepat temponya saat di rasanya ia akan mendekati klimaks nya. Tubuh Arabella terhentak mengikuti hentakan Hayden di Vag*nanya.
Hayden menggeram sedikit lagi ia akan mencapai klimaksnya. Memejamkan matanya dan.....Byurr!!
"WOI! BANGUN BANGSAT!"
Teriakan tidak main-main Jevano berhasil menghancurkan mimpi indah Hayden. Mengubah posisinya menjadi duduk dan melempar bantalnya yang tepat mengenai wajah Jeffrey.
"Aghhh! Brengsek!" Jeffrey mengangkat meja yang ada di dekat sofa dan sudah mengambil ancang-ancang untuk melempar Hayden.
"Sesama binatang tidak boleh saling membunuh" lerai Barra.
"SIALAN! SIAPA YANG BERANI MENYIRAM KU?!" Hayden mengusap wajahnya yang basah.
"Aku? Kenapa memangnya?" Jevano berucap santai.
"Sialan! Kau menghancurkan mimpi indah ku padahal sedikit lagi aku akan...."
"Sedikit lagi aku akan membunuh mu" potong Jevano "kau kerasukan setan kurang belaian atau apa?! Menjijikkan sekali!"
"Kalau tidak salah tadi Hayden menyebut nama Arabella " ucap Barra "biar ku tebak pasti Hayden sedang bermimpi ngewe dengan Arabella kan? Ngaku!"Ketiga saudaranya sudah melotot kearah Hayden sembari menunggu jawabannya. Hayden tersenyum malu-malu sambil mengangguk patah-patah.
"Namanya juga mimpi! Siapa yang tahu?!"
"Sial--"
"Apa adek mengganggu?" suara pelan Arabella mengalun di depan pintu kamar Hayden yang terbuka.
Roberts bersaudara serempak menoleh kearah pintu dan benar saja ada Arabella yang berdiri di sana. Matanya terlihat sembab seperti habis menangis namun tidak mengurangi kadar manisnya malah hal itu semakin membuatnya terlihat menggemaskan di mata Roberts bersaudara.
"Ada apa dek?" Barra bertanya lalu tersenyum lembut pada si bungsu. Sedari pulang sekolah kemarin Arabella tidak ada keluar kamar bahkan ia melewatkan makan malamnya. Hal yang wajar saat seorang anak mendengar berita duka dari kedua orang tua nya.
"Apa adek boleh berangkat dengan Bintang hari ini?" Arabella menatap Roberts bersaudara takut karena biasanya keempat kakaknya itu akan sangat overprotektif.
"Bintang?" ulang Barra. Arabella mengangguk.Barra bertukar pandang dengan ketiga saudaranya seolah-olah saling berbicara satu sama lain lewat tatapan mata.
Barra mengangguk setuju "baiklah"
Arabella tersenyum lalu berlari kecil memeluk barra kemudian mengecup singkat pipi Barra dan bergantian dengan pipi Hayden, Jevano, dan terakhir Jeffrey lalu berlari keluar kamar Hayden untuk mengambil tasnya.
"Apa aku masih bermimpi? Kalau iya tolong--"Byurr!!
"Apa?" tantang Jevano saat Hayden menatapnya tajam "aku hanya ingin membuktikan kalau kau tidak bermimpi"
Barra dan Jeffrey menatap datar kearah Jevano dan Hayden yang sudah terbiasa adu mulut.
"Kau benar, Jeffrey. Cara untuk mengendalikan Arabella adalah memanjakannya seperti anak kecil" Barra berucap.
Jeffrey tersenyum smirk "itulah kenapa aku selalu menjadi otak dari rencana kita" ucapnya lalu melangkah keluar dari kamar Hayden. Kemudian disusul Barra meninggalkan Jevano dan Hayden yang sudah siap baku hantam satu sama lain.~~~~
"Aku tidak menyangka kau bisa mendapat izin dari Roberts bersaudara, Arabella" Bintang berucap saat Arabella sudah masuk kedalam mobilnya.
Arabella tersenyum tipis dan tidak lama Bintang meminta supir nya untuk menjalankan mobilnya.
"Jangan terlalu sedih, Arabella. Jika om Jerremy dan tante Milena tahu mereka pasti akan sangat sedih kalau tahu anak bungsu mereka seperti ini" Bintang mengusap lembut pundak Arabella.
Arabella mengangguk kecil namun air matanya yang berusaha di tahannya tetap saja jatuh membasahi pipinya.
"Aku cukup trauma dengan masa lalu ku, Bintang. Mayat kedua orang tua ku masih belum ditemukan sampai sekarang dan pelakunya masih belum di tangkap juga......" Arabella menjeda ucapannya untuk menghapus air matanya "aku tidak ingin kehilangan kedua orang tua ku untuk kedua kalinya, Bintang. Sebenarnya aku tidak mengerti dosa besar apa yang kulakukan sehingga mendapatkan ujian berat seperti ini"
Tanpa terasa air mata Bintang jatuh membasahi pipinya. Ia mengerti perasaan Arabella karena sudah 3 tahun ini orang tuanya tidak pernah menjenguk dirinya tetapi ia bersyukur orang tuanya baik-baik saja di luar negeri sana."Kau kuat, Arabella. Aku yakin kau kuat menghadapi nya"
Arabella mengangguk lalu menoleh ke samping nya dan melihat pemandangan dari balik kaca mobil. Bintang memperhatikan Arabella, Dalam hatinya ia ingin memberitahukan kalau Roberts bersaudara punya obsesi gila terhadap Arabella, tetapi ia tidak berani. Selain nyawanya yang menjadi taruhan, nyawa Erlan juga akan menjadi taruhannya belum lagi Arabella juga sedang mengalami masalah sekarang.
"Maafkan aku, Arabella" gumam Bintang kecil yang tidak akan mungkin di dengar oleh Arabella.
Setelah itu hanya keheningan yang berada di mobil Bintang. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dan tidak lama mobil Bintang berhenti di depan gerbang kampus. Keduanya bersamaan turun dari mobil dan melangkah bersama masuk kedalam kampus.••••
Kelas Arabella telah usai, Arabella dan Bintang beranjak dari kursi mereka ingin pergi ke kantin. Namun di tengah perjalanan mereka tiba-tiba ada seorang lelaki yang menarik Arabella ke lapangan lalu berlutut di depannya.
"Arabella, mau jadi pacar ku?"
Lelaki itu tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Arabella di lapangan dan tentu saja di lihat oleh banyak orang. Banyak orang yang menyoraki mereka dan berteriak pada Arabella untuk menerima nya. Di saat semua orang yang menonton itu meminta Arabella untuk menerima perasaan Noah hanya Bintang yang menggeleng. Bahkan wajah Bintang sudah berubah pucat saat maniknya tidak sengaja melihat Roberts bersaudara yang juga ikut menonton dari atas rooftop."Maaf,, tapi aku sedang tidak ingin berpacaran" Arabella menepuk pundak Noah "kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari ku" ucapnya dan berlalu pergi.
Arabella mendekati Bintang lalu keduanya kembali melanjutkan langkah mereka yang tertunda. Noah yang tidak menyangka akan di tolak mengepalkan tangannya kuat. Baru kali ini ada yang berani menolaknya dan itu menjatuhkan harga dirinya. Noah berjanji akan memberi pelajaran pada Arabella nantinya.
"Kau harus terima akibatnya karena telah membuatku malu, Arabella " gumam Noah sambil mengepalkan tangannya kuat.Dari atas rooftop, Roberts bersaudara memperhatikan sedari tadi walaupun mereka tidak mendengar kalau Noah akan memberi pelajaran pada Arabella tapi bagi Jeffrey yang cukup tajam dalam menilai seseorang ia sudah mengetahuinya.
"Jevano, cari informasi tentang Noah! Dia akan menjadi korban kita selanjutnya" ucap Barra.
"Sepertinya dia juga berniat melukai Arabella karena berani mempermalukannya" Jeffrey berucap sambil maniknya menatap lurus kearah Noah.
"Lalu apa rencana mu?" tanya Jevano.
"Kalau memutilasi sepertinya sudah membosankan" Jeffrey berpikir "bagaimana kalau memakannya?"
"Setuju, aku sudah lama tidak makan daging manusia" Hayden bersemangat.
"Tapi kau yang harus memasaknya " lanjut Hayden "kalau yang lain takutnya ada yang curiga karena hanya kau yang ahli memasak daging manusia seolah-olah itu adalah daging sapi"
"Itu mudah, bagaimana pendapat yang lain?" Jeffrey menatap Barra, dan Jevano bergantian.
"Apa kami pernah mengatakan tidak dengan ide mu?" Barra bertanya "kau sudah pasti tahu jawabannya, Jeffrey"
Jeffrey menyeringai dan mengangguk kecil.'Let's play, Noah'
Ada begitu banyak misteri disini serta berbagai rencana serta kekejaman dari Roberts bersaudara dan kedepannya akan lebih banyak lagi.
So.. siap untuk menjadi saksi dari kisah romantis yang sadis ini?😌
Kolom komentar tersedia untuk meluapkan semua unek-unek kalian,,
Terimakasih,Dan....
See U 👋
di bab berikutnya🌚
-Ria
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's obsession ⚠️(21+)✔️
Mystery / Thriller"Kau milik kami,, apa yang kami inginkan, akan kami dapatkan dengan cara apapun!" "Tak akan ku biarkan kau dimiliki oleh siapa pun!" "Hidup adalah pilihan.." " kau harus memutuskan......, memaafkan dan kembali atau pergi untuk selamanya!" •••••• ❗21...