Bab 28

2K 83 16
                                    

Mobil yang membawa Arabella telah tiba di depan pagar rumah Grace. Arabella menuruni mobil sembari menggendong kucingnya. Setelah mengantarkan Arabella dengan selamat sampai ke tujuan, supir itu menjalankan mobilnya melaju di jalanan.
Arabella mengambil ponsel di sakunya untuk menghubungi Grace. Seorang satpam yang kebetulan sedang berjaga melihat raut cemas Arabella yang sedang berdiri di depan pagar. Melangkah mendekati, satpam itupun membuka pagar rumah itu untuk Arabella.
"Putri keluarga Roberts kan? Masuklah, nona Grace sedang keluar bersama dua temannya tadi" ucap satpam itu pada Arabella.
"Terimakasih paman, emm....bisakah paman menolong ku?"
"Menolong apa?"
"Jika ada kakak-kakak ku nanti kemari tolong jangan di bukakan pagarnya ya paman. Aku tidak bisa menceritakan permasalahannya tapi aku sangat memohon pada paman tolong bantu aku" Arabella menatap satpam itu berkaca-kaca.
Satpam itu mengangguk sebagai jawaban. Entah kenapa ia merasa gadis manis di depannya ini sangat ketakutan.
Setelah mendapat jawaban dari satpam itu, Arabella mengucapkan terimakasih pada satpam itu dan berlari masuk kedalam rumah Grace. Arabella terus menghubungi kontak Grace sampai akhirnya panggilannya terhubung.
"Kak Grace, cepat pulang kak. Sekarang aku berada di rumah kakak hikss cepat kembali ku mohon"
"Tenang, Arabella. Apa yang terjadi? Ceritakan pada kakak"
"Aku tidak bisa menceritakan nya di telpon kak, cepatlah kembali hiksss. Please save me..."



~~~~
2 mobil mewah berhenti di depan pagar rumah Grace. Mereka adalah Jevano dan Jeffrey. Keduanya menatap datar kearah pengawal Grace yang begitu banyak yang sedang berjaga di depan rumah mewah nya itu. Tidak heran karena Grace sendiri adalah anak tunggal. Oleh karena itu orang tuanya selalu menjaganya ketat.

Seorang satpam melangkah mendekat dan membuka mulutnya bertanya "ada yang bisa saya bantu?"
"Grace nya ada?" Jevano bertanya.
"Dia sedang keluar bersama temannya mungkin ada urusan penting. Tuan-tuan ada urusan apa nanti akan saya sampaikan pada nona Grace" ucap satpam itu.
"Apa adik bungsu kami ada kemari? Atau mungkin kau ada melihatnya lewat sekitar sini?" tanya Jevano.
Satpam itu menggeleng cepat lalu tersenyum tipis "saya tidak melihatnya, tuan Jevano" ucapnya bohong.
"Aku tahu kau berbohong, adik kami pasti ada disini...." Jeffrey menjeda ucapannya dan menyeringai lebar saat melihat perubahan ekspresi dari satpam di depannya "karena tidak mungkin ada begitu banyak orang yang berjaga di depan rumah itu. Adik kami pasti telah menghubungi Grace dan tentu saja Grace memerintah anak buahnya untuk memperketat penjagaan, bukankah begitu?" nada suara Jeffrey merendah di akhir kalimatnya.
"Buka pintu pagar ini! Kami harus membawa adik bungsu kami pulang ke rumah!" Jevano marah.
Satpam itu menggeleng "maaf tapi saya hanya menuruti perintah dari nona Grace"
"Begitu ya?" Jevano tertawa lalu berbalik melangkah mendekati mobil nya "beritahu Barra ganti rugi mobil mewah ku ini, dan sekaligus beritahu dia untuk menyuap kepolisian" ucapnya lalu masuk kedalam mobilnya kemudian.

Jeffrey menatap Jevano bingung sebelum akhirnya melebarkan mata saat Jevano mengendarai mobilnya dan langsung menabrak pagar rumah itu sampai pagar rumah itu roboh. Jevano menembak satpam itu dan beberapa pengawal Grace saat mobilnya telah masuk kedalam pekarangan rumah Grace.
"Dia gila" gumam Jeffrey sebelum akhirnya turut serta menembak anak buah Grece yang berjaga.
Jeffrey masih berdiam di tempatnya. Menyugar rambutnya kebelakang lalu mengambil ponselnya di sakunya dan mencari kontak Barra.
"Hallo"
"Jevano berulah. Pergilah ke kantor kepolisian dan buat kerjasama dengan mereka. Ada pertumpahan darah disini"
"Astaga anak itu!"
Jeffrey memutuskan sambungan teleponnya sepihak, maniknya memperhatikan sekitarnya sampai akhirnya pandangnya tertuju pada jendela kamar di lantai 3. Di sana Arabella sedang berdiri dan menatap kearahnya. Jeffrey menjilat bawah bibirnya dan menyeringai lebar lalu bergegas mengambil pistolnya yang ada di dalam mobil dan berlari masuk kedalam rumah Grace.
"I got you, baby "

••••
Arabella yang melihat Jeffrey berlari masuk kedalam rumah mulai panik, di tambah lagi obat perangsang di dalam bubur yang di makannya tadi mulai bereaksi dan membuat tubuhnya terasa panas.
Air matanya mengalir deras membasahi pipinya menahan kabut nafsu di dalam dirinya yang semakin menggelora. Kakaknya itu -Jeffrey- tidak main-main dalam memasukkan obat perangsang dengan dosis tinggi.
"Kau harus kuat, Arabella. Ingat siapa yang telah membunuh orang tua mu" gumam Arabella di sela tangisnya.

Seseorang membuka pintu kamar itu membuat Arabella terperanjat takut-takut kalau itu adalah Jeffrey. Arabella menghela napas lega saat ternyata itu adalah seorang maid yang menjadi orang kepercayaan Grace untuk menjaganya sampai Grace datang. Maid itu memeluk Arabella erat layaknya anak sendiri. Ia tidak mengerti permasalahan nya tetapi melihat kekacauan dan pertumpahan darah yang terjadi disini, ia tidak bodoh untuk mengetahui kalau ada yang tidak beres antara bungsu keluarga Roberts itu dengan kakak-kakaknya.
"Bi, ini sangat panas hiksss" Arabella menangis di dalam pelukan maid itu. Ia tidak bohong saat merasakan panas di tubuhnya yang semakin menggelora.
Maid itu menyerahkan kunci mobil pada Arabella "anda harus pergi nona muda. Disini sudah tidak aman untuk anda, kakak anda sedang mencari anda di dalam rumah ini. Para pengawal nona Grace sudah banyak yang di bunuh dan pelayan yang lain juga sama. Segeralah pergi, anda masih kuat 'kan?"
"Tapi bi--"
"Saya akan berusaha menahan tuan Jeffrey sampai anda berhasil kabur dari sini, anda harus selamat nona muda. Segeralah pergi sekarang"
Arabella mengangguk. Dengan sisa kesadarannya ia berlari keluar dari kamar itu, namun tidak lama langkahnya terhenti saat menyadari kalau kucingnya tidak ada bersamanya.

Arabella ingin kembali ke kamarnya namun tidak jadi dan segera bersembunyi saat dilihatnya Jeffrey melangkahkan kakinya menuju kamar dimana tempat ia bersembunyi tadi.
Arabella menutup mulutnya untuk menahan tangisnya agar tidak bersuara saat mendengar erangan kesakitan dan suara tembakan beruntun dari dalam kamar itu. Maniknya semakin melebar saat di lihatnya Jeffrey membawa kucingnya.
"Baby, kakak tahu kamu sedang bersembunyi. Keluar sayang! Jika tidak binatang kesayangan mu ini kakak bunuh!" ancam Jeffrey.
Arabella masih bersembunyi. Pikirannya kacau. Ia ingin menyelamatkan kucingnya tapi itu sama saja ia harus menyerahkan dirinya pada kakak-kakaknya itu.
"Adek kakak sayang, tidak ada yang bisa menolong mu sekarang. Orang tua mu telah meninggal, daddy dan mommy sedang terbaring di rumah sakit di luar negeri, pengawal dan pelayan Grace sudah tidak bernyawa lagi. Jadi lebih baik menyerah sayang, mari kita bersenang-senang di ranjang"
Arabella masih belum bergerak dari persembunyiannya dan tepat di depannya Jeffrey berdiri. Jeffrey berdiri lama di sana dan tanpa aba-aba melempar kucing itu ke lantai dan langsung menembaknya di depan mata Arabella.

Kaki Arabella melemas namun ia sadar ia harus kuat dan harus segera pergi dari sini. Namun sayangnya.....,

Damn! Jeffrey melihatnya dan tersenyum lebar sembari menatap kearahnya.
"Sudah kakak bilang kan kau tidak bisa bersembunyi dari kakak"
Arabella berlari cepat menuju garasi mobil Grace, di belakangnya Jeffrey menyusul nya tidak kalah cepat. Sesampainya di garasi, Arabella segera masuk kedalam mobil itu sebelum Jeffrey berhasil menangkapnya. Namun saat hendak memutar kunci mobil, tangan Arabella lebih dulu di tahan seseorang.

Deg!!
"Mau kabur kemana, sayang?"

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang