Bab 12

3.9K 91 1
                                    

Arabella meneguk salivanya berat. Tubuhnya di lempar kasar oleh Jeffrey dan Jevano keatas kasur Jevano. Arabella meringkuk memeluk dirinya sendiri. Maniknya terpejam saat keempat kakaknya sudah melepaskan bajunya, menunjukkan dada bidang mereka dan hanya menggunakan boxer.
"M-mau a-apa?"

Barra menyeringai lebar saat melihat manik lucu Arabella yang berkaca-kaca "menurutmu kita akan melakukan apa, sayang?"
Arabella menggeleng kecil "tolong jangan seperti ini" ucapnya pelan. Ingin rasanya ia berteriak meminta tolong tapi bibirnya seolah-olah membeku saat melihat Jerremy membawa sex toys kedalam kamar Jevano.

Arabella tidak bisa kabur, pintu kamar Jevano telah di kunci. Di ruangan itu ia di kelilingi oleh keempat kakaknya yang sudah menatapnya lapar.
Air mata Arabella mengalir membasahi pipinya. Di dalam kamar Jevano, Arabella di paksa untuk menonton video porno. Seumur hidupnya Arabella selalu menghindari untuk menonton film dewasa, Ia hanya tahu sebagian dari teman-temannya saat masih di Canada namun ia tidak pernah menontonnya.

Bagaikan mimpi buruk, apa yang di khawatirkan Grace dan Bintang seolah menjadi kenyataan. Keempat kakaknya berniat buruk padanya. Bayangan Arabella untuk mempunyai keluarga baru yang tulus menyayangi nya hancur sudah. Kepercayaannya sirna sudah malam itu.
Arabella memejamkan matanya, ia sudah tidak sanggup lagi menontonnya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya saat dengan sengaja Hayden menambah volume di loud speaker yang membuat Arabella bergidik ngeri. Seolah menikmati wajah takut Arabella yang semakin membuat mereka bernafsu, Roberts bersaudara menyeringai lebar.

Tok tok tok

Pintu Jevano di ketuk dari luar. Roberts bersaudara saling bertukar pandang. Hayden segera mengecilkan volume loud speakernya, sedangkan Jevano melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

Menaikkan sebelah alisnya, Jevano menatap bingung seorang maid yang sedang berdiri di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Jevano datar.
"Ada seorang perempuan yang ingin menemui nona Arabella di bawah. Tapi saat saya ke kamarnya nona Arabella tidak ada dan saya kira dia ada disini"
"Siapa nama perempuannya?"
"Grace, dia mengaku sepupu kalian"
'shit!'
"Tunggu sebentar, aku akan menyampaikannya pada Arabella. Dia memang ada disini"
Maid itu mengangguk dan melangkah pergi dari situ. Jevano kembali menutup pintu kamarnya.

"Ada apa?"
Hayden menaikkan sebelah alisnya bingung saat melihat Jevano melepaskan tali yang mengikat Arabella.
"Grace, dia ada disini"
"What the f*ck?!" Barra memejamkan matanya dan menghembuskan napasnya kasar "kenapa dia datang disaat aku sudah tegang?"

Mendengar nama Grace, Arabella menghapus air matanya dan beranjak dari kasur Jevano. Namun saat ia ingin meraih kenop pintu, pergelangan tangannya di tahan oleh Jeffrey.
"Jangan katakan apapun mengenai apa yang baru saja terjadi pada Grace, adek mengerti?"
Arabella meringis. Jeffrey mencengkram pergelangan tangannya kuat sampai menimbulkan warna kemerahan di kulit putihnya.
"M-mengerti"
"Dan satu lagi jangan pernah mencoba kabur dari kami jika adek berani melakukannya..." Jeffrey menjeda ucapannya dan tersenyum smirk "kami akan melakukan hal yang lebih gila dari ini"                
Deg!!
Jeffrey melepaskan cengkraman tangan nya dari pergelangan tangan Arabella dan menatap punggung Arabella yang berlalu melewati nya.

"Jeffrey" panggil Jevano.
Jeffrey menolehkan wajahnya saat mendengar namanya di panggil " hm?"
"Sudah pukul 9 malam" Jevano menjeda ucapannya dan mengangkat buku hitam yang berada di tangannya "saatnya membunuh"
"Kau benar, aku melupakan itu" Jeffrey menatap saudara-saudaranya yang lain satu persatu "bagaimana?"
"Aku sudah melacak lokasinya" Hayden menyeringai kecil "jalan xxxx. Tidak terlalu jauh dari sini"
"Saatnya menyingkirkan orang-orang yang berani mendekati milik kita" ucap Barra sembari mengisi pistolnya dengan beberapa peluru dan juga menyiapkan beberapa pisau untuk di bawa.

"Kita akan melakukan apapun agar Arabella menjadi milik kita termasuk membunuh orang tuanya dan untuk tikus kecil seperti David bukan sesuatu yang berat untuk menyingkirkan nya dari dunia ini" ucap Jevano datar kemudian meminum soda nya sampai habis dan membuang kalengnya ke tong sampah di dalam kamarnya.
"Kita sudah membunuh kedua orang tua Arabella dengan tujuan agar mommy mengadopsi Arabella dan rencana kita berhasil. Lama tidak bertemu dengannya aku tidak menyangka sekarang dia semakin manis" ucap Barra tertawa kecil.
"Aku setuju denganmu saat pertama kali dia di perkenalkan sebagai bungsu keluarga Roberts, aku terpesona padanya sama seperti  10 tahun yang lalu. Bagaikan mimpi melihatnya menjadi adik bungsu kita setelah membuatnya menjadi anak yatim piatu" ucap Hayden yang diangguki oleh ketiga saudaranya yang lain.
"Dan setelah semua yang kita lakukan, kita akan selalu melanggar segala batasan terhadap siapapun yang menghalangi tujuan kita" Jeffrey menjeda ucapannya dan menjilat bawah bibirnya "termasuk kedua orang tua kita"

••••
"Arabella, kau baik-baik saja?" Grace khawatir.
Arabella mengangguk dan mendudukkan dirinya di samping Grace. Grace menatap Arabella khawatir di perhatikan nya Arabella dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepanjang perjalanan kemari ia gelisah takut-takut adik sepupunya itu diapa-apakan oleh Roberts bersaudara.
"Kau tidak diapa-apakan oleh keempat setan itu kan?"
Deg!!

"Apa hak mu bertanya seperti itu?"
Grace dan Arabella mengalihkan pandangan mereka kearah tangga saat mendengar kalimat dingin dari seseorang. Di sana ada Roberts bersaudara yang sedang menuruni tangga dengan tatapan dingin khas mereka. Grace memutar bola matanya malas, ia tahu kehadirannya sangat tidak diterima disini.
"Dia adik sepupuku-"
"Dan kami adalah kakaknya" potong Hayden "jadi berhentilah ikut campur urusan keluarga Roberts, Grace!"
Grace berdecak. Hubungannya dengan Roberts bersaudara tidak pernah akur semenjak kejadian 4 tahun yang lalu.

"Apa kalian masih dendam pada ku karena kematian perempuan yang kalian sukai 4 tahun yang lalu?"
Deg!!
"Jangan mengungkit masa lalu, Grace!" Jevano berucap tajam.
Grace tersenyum mengejek "kenapa? Kalian tidak ingin Arabella mendengar nya, bukan?"
"Tutup mulutmu sebelum-"
"Sebelum apa hah?!"
"Shut up bitch! Atau rasakan akibatnya nanti" Barra berucap tajam lalu melangkah pergi dari situ diikuti ketiga saudaranya yang lain.

Grace tersenyum tipis, Arabella yang disampingnya hanya menatapnya bingung. Kehidupan barunya lebih rumit. Ada banyak rahasia yang Arabella tidak tahu.
"Kak, ada apa dengan kejadian 4 tahun yang lalu?"

Deg!!

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang