Bab 26

1.9K 59 3
                                    

Jeffrey berhenti memotong dagingnya lalu menoleh pada Arabella dan tersenyum lebar "kalau kakak bilang iya, apa adek akan memakannya?"

Deg!!

••••
Jeffrey meletakkan pisau dagingnya di atas talenan dan berbalik menghadap kearah Arabella sepenuhnya.
"Bagaimana dek? Adek mau memakannya?"
"A-aku....a-aku--"
"Kenapa, dek?" Barra yang baru saja tiba di dapur bertanya saat mendengar Arabella yang gagap.
"Aku bertanya padanya apa dia mau makan daging ini jika ini adalah daging manusia" sela Jeffrey.
"K-kak Barra, benarkah--"
"Tidak dek. Sekarang ayo bersihkan dirimu, agar kita segera sarapan pagi" Barra berucap. Namun tidak lama ia tersadar kalau Arabella sedang menggendong seekor kucing "darimana kau dapatkan kucing kotor ini?" tanya Barra.
"Di pinggir jalan tadi saat adek lari pagi. Emm....kalau begitu adek ke kamar dulu" Arabella berbalik pergi dengan tubuh yang gemetar. Jeffrey dan Barra menatap punggung Arabella yang perlahan menjauh sampai tidak terlihat lagi.

Jeffrey kembali melanjutkan kegiatannya memotong daging Noah "sayang sekali padahal aku ingin dia menjawab iya tadi" gumam Jeffrey lalu kemudian memasukkan daging Noah kedalam panci untuk di masak.
Barra mendengar gumaman Jeffrey dan melangkahkan kakinya berdiri di samping Jeffrey "bukankah kau terlalu cepat mengatakannya tadi?" Barra bertanya.
Jeffrey diam, maniknya menatap datar kearah Barra "aku lelah bersandiwara"
Mendengar ucapan datar Jeffrey, Barra tersenyum tipis "kita semua sama, Jeffrey. Tapi bukankah ide mu sendiri yang mengatakan kita harus bersikap baik agar Arabella tidak takut dengan kita sehingga mudah bagi kita mendekatinya"
Jeffrey menghembuskan napasnya kasar lalu berdehem saat mengingat kalau dialah dalang dari semua rencana mereka.

"Wah sedang bahas apa nih? Ku tebak kalian membahas artis porno terbaru kan?" Hayden dengan wajah sok tahunya muncul di tengah Barra dan Jeffrey.
Plakk!!
"Masih pagi, kalau mau bahas itu siang nanti" ucap Jevano setelah memukul keras bokong Hayden.
"Oh ya bagaimana kabar daddy dan mommy?" Jeffrey bertanya.
"Kata papa Grace keadaan mereka sudah mulai membaik hanya saja belum sadarkan diri" jawab Jevano.
Jeffrey menganggukkan kepalanya lalu kemudian memasukkan bumbu dan sayur kedalam panci. Sedangkan Barra dan Jevano menyiapkan piring diatas meja makan dan Hayden hanya berdiri memperhatikan pekerjaan ketiga saudaranya.

Tidak lama seorang maid datang dan melangkah mendekati Jeffrey "p-permisi tuan, apa kami harus memasak makanan lain untuk nona Ara--"
"Tidak perlu" potong Jeffrey cepat "Arabella akan memakan masakan ku saja hari ini"
Maid itu mengangguk mengerti. Membungkuk singkat lalu berbalik pergi dari situ.
'Kasihan nona Arabella'
Maid itu tanpa sadar meneteskan air matanya, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti perintah Roberts bersaudara. Semua maid yang ada di rumah itu sudah tahu kalau Roberts bersaudara memiliki gangguan jiwa psikopat dan terobsesi pada adik sepupu mereka yang sekarang menjadi bungsu keluarga Roberts itu.

Hal itu bermula saat seorang maid tidak sengaja menemukan sebuah buku saat membersihkan kamar Hayden. Karena penasaran maid itu membukanya dan terkejut saat tahu isinya adalah daftar korban yang telah Roberts bersaudara bunuh selain itu tempat, tanggal, alasan di bunuh, dan cara mereka membunuhnya semuanya tertulis lengkap di buku itu dan di tulis dengan tinta merah.

Maid itu meletakkan buku itu kembali ke tempat semula dan berlari ke luar kamar itu untuk memberitahukan hal itu pada para maid yang lain. Semuanya terkejut dan takut, mereka tidak menyangka kalau keempat putra dari salah satu orang terkaya di dunia itu sangat kejam hanya karena terobsesi pada adik sepupu mereka.
Namun tidak lama kalimat dengan nada datar dari arah belakang berhasil membuat para maid itu membeku di tempat dan sontak berbalik.
"Sudah tahu rupanya" Hayden berucap lalu kemudian tersenyum.
Dan kalimat selanjutnya dengan nada dingin dan datar membuat para maid itu hanya bisa mengangguk patah-patah dan pasrah di bawah kendali Roberts bersaudara.
"Jangan ada yang memberitahu Arabella tentang ini dan jangan berani membantah atau ikut campur, jika ada yang berani maka siap-siap ucapkan selamat tinggal pada dunia. Kalian mengerti?"
"M-mengerti tuan muda Hayden"

••••
Arabella menuruni anak tangga setelah selesai mandi. Setelah menyerahkan kucingnya pada maid untuk di berikan makan barulah Arabella kembali melangkahkan kakinya menuju meja makan.
Arabella mendudukkan dirinya di tengah Hayden dan Jevano yang sedang lahap memakan makanan mereka. Maniknya menatap ragu kearah makanan yang ada di atas meja makan.

Barra yang melihat Arabella hanya terdiam sembari menatap piringnya yang kosong itu, membuka mulutnya berucap "kenapa tidak di makan dek? Ini sangat enak"
"Iya dek atau mau kakak suapin? sini" Hayden berucap.
Arabella menggeleng "adek bisa sendiri" ucapnya sembari menyendok nasinya ke piring lalu kemudian menyendok daging yang sudah di masak Jeffrey tadi.
Arabella mulai menyuap daging itu kedalam mulutnya dan itu menarik perhatian Roberts bersaudara untuk memperhatikan ekspresi si bungsu.
"Enak 'kan?" tanya Hayden.
Arabella mengangguk namun tidak lama ia merasa mual dan segera berlari ke wastafel dan memuntahkan daging yang ia makan tadi kesitu.

Melihat itu Roberts bersaudara hanya menyeringai tipis. Mereka membayangkan kalau Arabella yang mual sekarang itu karena mengandung benih cinta mereka nantinya. Sungguh bayangan yang sangat indah di pagi hari dan membayangkannya membuat mereka tidak sabar untuk menampung benih mereka di dalam Arabella sehingga membuat Arabella tidak akan pergi jauh dan hanya menjadi milik mereka selamanya.

Jevano beranjak dari duduknya dan mengurut punggung Arabella yang melemas di dekat wastafel "kenapa dek?" Jevano bertanya "kamu tidak hamil 'kan?"
Arabella menggeleng cepat, didalam hatinya ia mengumpat atas pertanyaan aneh kakaknya itu.
"Dagingnya tidak enakhh" ucap Arabella lemah.
Duh, Jevano makin tidak kuat. Suara Arabella yang melemah bagaikan alunan desahan yang merdu yang membuat kejantanan Jevano terbangun.
"Kalau begitu adek istirahat saja nanti kakak buatkan bubur" ucap Jeffrey yang sedang membayangkan dirinya menjadi calon suami yang baik nantinya untuk Arabella.
Arabella mengangguk pelan. Tubuhnya terasa sangat lemah setelah memuntahkan daging itu yang membuat isi perutnya serasa tertarik keluar.

Hayden beranjak dari duduknya  lalu mendekati Arabella dan menggendong Arabella bersama Jevano untuk di bawa ke kamar untuk di BDSM ehh-
Maksudnya untuk di baringkan di kasur agar Arabella beristirahat dulu. Arabella ingin protes, ia merasa tidak seberat itu sampai harus di gendong oleh 2 orang tetapi tidak jadi karena ia terlalu malas. Baginya yang terpenting ia bisa berbaring di kasur empuknya sekarang.

Dan sekarang di meja makan tersisa Barra dan Jeffrey saja yang memperhatikan Arabella yang sedang di gendong oleh Jevano, dan Hayden.
"Kau memikirkan apa yang ku pikirkan?" tanya Barra pada Jeffrey.
Jeffrey mengangguk lalu kemudian tersenyum menyeringai kearah Barra "haruskah aku memasukkan obat perangsang dengan dosis tinggi kedalam bubur itu nantinya?"

'oh fuck'

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang