Bab 21

2.6K 64 1
                                    

'Tidak mungkin. Ku mohon jangan lagi"
"Kau baik-baik saja Arabella?" tanya Bintang saat melihat wajah Arabella yang berubah pucat.

Arabella menatap Bintang. Ponselnya masih menempel di telinga nya. Matanya berkaca-kaca ingin menangis.
"O..orang tuaku......"
"Iya, kenapa dengan om Jerremy dan tante Millena?"
"Me...mereka...mereka kecelakaan dan mengalami pendarahan yang parah"
Manik Bintang membulat. Setelah Arabella menyelesaikan kalimatnya, air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Tubuhnya melemas dan terduduk di lantai.
"Siapa hikss... yang tega melakukan hal itu?"
Bintang mensejajarkan tubuhnya dengan Arabella lalu memeluk sahabatnya itu untuk menenangkannya.
"Kau harus kuat Arabella "ucap Bintang.
Arabella menangis di pelukan Bintang.

Tidak cukup kah Tuhan mengambil orang tua kandungnya darinya? Kenapa sekarang Tuhan harus menimpakan hal yang sama pada Jerremy dan Milena? Arabella tidak mengerti dengan takdirnya.
"Aku pembawa sial, Bintang...Aku pembawa sial..hikss..."
"Jangan berkata seperti itu, Arabella! Dengar kau adalah anugerah terindah dari Tuhan, jangan pernah mengatakan kau adalah pembawa sial!" air mata Bintang ikut mengalir. Ia mengerti posisi Arabella. Belum satu tahun sejak orang tua kandungnya meninggalkan nya sekarang ia harus mendengarkan kabar tidak mengenakkan seperti ini lagi untuk kedua kalinya.
Bintang hanya bisa berdoa agar Jerremy dan Milena dapat bertahan dan tetap hidup untuk Arabella. Jika tidak, Bintang tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Arabella jika Roberts bersaudara masih pada obsesi gila mereka.

'Sebenarnya alur seperti apa yang ingin kau berikan pada sahabat ku, Tuhan? Ku mohon tolong jangan biarkan dia tersakiti lagi'

~~~~
Di tempat lain Grace juga mendapatkan kabar mengenai Jerremy dan Milena dari orang tua kandungnya dan sekarang orang tuanya menuju bandara untuk menjenguk Jerremy dan Milena.
Grace bersama Erlan sedang dalam perjalanan pulang sekarang. Melihat wajah murung kekasihnya, Erlan tahu kalau Grace cukup terkejut dengan kabar itu dan Erlan mengerti.

"Kita doakan saja semoga om Jerremy dan tante Milena baik-baik saja dan segera sembuh"
Grace menoleh kearah Erlan dan menatap lama kekasihnya itu lalu tersenyum kecil dan mengangguk.
"Ya aku juga berharap begitu" ucap Grace pelan dan memalingkan wajahnya kearah lain.
"Pasti Arabella sangat terpukul mendengar kabar ini" ucap Erlan yang membuat Grace kembali menatap Erlan.
"Aku merasa kasihan padanya, walaupun aku tidak terlalu mengenal nya tapi menurutku Arabella terlalu rapuh. Dari wajah polosnya yang selalu ceria, aku melihat dia terlalu banyak menyimpan kesedihan nya"
Grace mengangguk kecil, "kau benar, aku tidak mengerti tentang alur hidupnya. Tapi aku akan melindunginya sebisa ku..." Grace menjeda ucapannya, maniknya menatap lurus ke jalanan depan "aku tidak ingin dia mengalami hal buruk karena Roberts bersaudara"
"Aku tidak mengerti kenapa Roberts bersaudara sangat terobsesi pada Arabella "
"Karena Arabella adalah cinta pertama mereka" Grace tertawa kecil saat melihat wajah terkejut Erlan "sangat aneh, bukan?" 
Erlan mengangguk.
"Aku tahu dari perempuan ular itu. Dia tidak sengaja menyebutkan nama Arabella saat aku memintanya menjauhi keempat sepupu iblis ku itu" Grace menghembuskan napas nya kasar di akhir kalimat nya.                                         
"Perempuan gila itu berhasil mengendalikan Roberts bersaudara dan merubahnya menjadi brengsek. Awas saja kalau dia kembali kemari akan ku buat perhitungan dengannya"
"Kembali?" Erlan mengerutkan keningnya dan menoleh sebentar menatap Grace lalu kembali memperhatikan jalanan di depannya "bukankah dia sudah mati?"
"Cih! Mata-mata ku baru saja melacak keberadaannya sekarang dan pasti dia akan kembali. Dan lagi dia itu tidak mati semua itu hanya rencana busuk nya agar membuat sepupu-sepupuku yang kelakuannya seperti binatang itu semakin gila dan lebih gilanya lagi perempuan gila itu menulis di sebuah surat yang berisi kata-kata terakhirnya kalau aku ingin membunuhnya. Dasar bedebah! Aku membencinya"
"Kau membencinya karena dia memfitnah mu?"
"Aku membencinya karena belum bisa membunuhnya dengan tangan ku sendiri"
Erlan bergidik. Kekasihnya itu punya jiwa psikopat juga rupanya.

"Jika perempuan itu kembali, apakah Roberts bersaudara akan melepaskan Arabella?"
Grace terdiam lama. Erlan menepikan mobilnya dan berhenti setelah keduanya telah tiba di pekarangan rumah Grace.
"Erlan"
Erlan menoleh saat kekasihnya itu memanggil namanya.
"Apa menurutmu Roberts bersaudara akan melepaskan Arabella setelah mereka sudah banyak membunuh orang-orang yang berani mendekati dan menyakiti Arabella?"

Deg!!
Erlan membulatkan matanya tidak percaya setelah mendengar ucapan Grace. Jantungnya berdetak kencang setelah mendengar fakta yang tidak pernah ia duga selama ini.
"Jadi mereka yang meninggal waktu itu pelakunya ...."
Grace mengangguk. "Aku khawatir Arabella akan trauma nantinya karena Roberts bersaudara tidak mungkin melepaskan Arabella walaupun akhirnya mereka juga akan kembali pada perempuan sialan itu"

'oh shit!'


~~~~
Di koridor kampus Arabella, Roberts bersaudara sedang berdiri memperhatikan si bungsu yang sedang menangis di pelukan Bintang. Semua ucapan yang keluar dari mulut Arabella dan isak tangis Arabella yang menyayat hati, mereka dengar semuanya.
Tersentuh? Tentu saja tidak. Sedikit pun tidak ada rasa penyesalan di dalam diri Roberts bersaudara. Mereka hanya menatap datar ke arah Arabella dan tersenyum dalam hati karena orang suruhan mereka berhasil melakukan apa yang mereka perintahkan. Dengan begitu orang tua mereka akan lama disana dan tentu saja sedang berjuang antara hidup atau mati.

Roberts bersaudara punya waktu banyak untuk dapat membuat Arabella tunduk di bawah kendali mereka. Seperti ide Jeffrey, perlakukan Arabella seperti seorang anak kecil agar mereka mudah mengendalikannya suatu saat nanti. Dan saudaranya yang lain tentu saja setuju dengan ide Jeffrey karena Jeffrey memang selalu mempunyai ide sadis di dalam otaknya.

Setiap pribadi Roberts bersaudara punya peran khusus masing-masing. Barra sebagai pemimpin, Hayden yang dapat membunuh secara mental lewat kata-kata mereka sampai korban mereka tidak punya alasan untuk hidup, Jevano yang selalu memulai pembunuhan sadis untuk korban mereka, dan Jeffrey pencetus segala ide sadis untuk korban mereka. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna antar keempat saudara kembar ini.

"Jeffrey, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Barra memecah keheningan diantara mereka.
"Putus kan kekasih kita. Jika mereka menolak bunuh saja karena fokus kita sekarang pada Arabella" jawab Jeffrey.
"Aku setuju dengan Jeffrey kalau bisa di layani tanpa hubungan, kenapa tidak?" Hayden menyeringai "dan lagi aku sudah bosan dengan mereka"
"Bagaimana jika mereka menyakiti Arabella?" tanya Barra.
"Maka siap-siap untuk merasakan neraka" Jevano berucap.
"Orang tua kita saja bisa kita buat sekarat apalagi kumpulan sampah tidak berguna seperti mereka" Hayden berucap dingin dan tersenyum tampan.
"Mari buat kejutan lebih banyak yang tidak akan terlupakan oleh Arabella seumur hidupnya agar saat dia mengetahui nya nanti dia tahu betapa besarnya cinta kita padanya"

'psycho'

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang