Bab 34

2.2K 57 2
                                    

Mobil Roberts bersaudara kini telah berhenti di parkiran kampus. Seperti biasa kedatangan mereka selalu jadi pusat perhatian orang-orang  yang ada di kampus. Dari banyaknya orang yang mengagumi Roberts bersaudara ada seseorang yang memandang tidak suka ke arah mereka.
"Roberts bersaudara pasti ada hubungannya dengan hilangnya Bintang" gumam nya tanpa mengalihkan pandangnya dari Roberts bersaudara.

Roberts bersaudara melangkahkan kaki menuju kantor pimpinan kampus. Barra selaku yang paling tua mengetuk pintu dengan sopan dan terdengar suara sahutan dari dalam yang menyuruh mereka masuk. Barra meraih kenop pintu dan mendorongnya lalu melangkah masuk diikuti Jeffrey, Hayden dan Jevano.
"Ada apa pak?" Barra bertanya.
Sam selaku pemimpin kampus Galaxy Imperial Collage yang sekarang itu tersenyum lalu mempersilahkan Roberts bersaudara untuk duduk di sofa.
"Apa kalian tahu kalau sepupu kalian -Grace- tengah mengalami musibah? Ku dengar rumahnya terbakar saat ia tidak ada di rumah dan pelayan-pelayan nya tewas karena kejadian itu"
Roberts bersaudara saling bertukar pandang satu sama lain seolah saling berkomunikasi lewat tatapan mata mereka.
"Oh ya, dimana Grace sekarang? Apa dia menginap di rumah kalian?" Sam bertanya lagi pada Roberts bersaudara.
Roberts bersaudara menggeleng.
"Kami tidak tahu dimana dia sekarang" bohong Barra, padahal ia tahu kalau Grace tengah berada di penjara sekarang.
"Baiklah kalau begitu, kalian tenang saja. Kami para staff kampus akan ikut membantu kalian karena bagaimanapun papa Grace sudah banyak membantu kampus ini"
"Sebaiknya tidak perlu pak, ini masalah pribadi keluarga kami. Lebih baik orang luar tidak perlu ikut campur" ucap Jevano.
Sam terdiam sesaat namun tidak lama kemudian ia tersenyum. "Aku hanya ingin membantu karena Grace juga adalah mahasiswi disini"
"Tapi--"
"Cukup Jevano" sela Barra.
Barra bangkit berdiri dari sofa dan membungkuk hormat pada Sam. "Terimakasih atas kebaikan bapak. Jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi kami akan keluar sekarang"
"Tidak ada lagi. Kalian tenang saja kampus akan membantu kalian"
"Baik pak terimakasih" Barra membungkuk lagi.

Jevano, Jeffrey dan Hayden ikut berdiri lalu membungkuk singkat pada Sam lalu mengikuti Barra melangkah ke luar ruangan.
Sam menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sembari memandang pintu yang baru saja ditutup itu.
"Apa hanya firasat ku saja atau memang benar kalau Roberts bersaudara menyembunyikan sesuatu? Mereka terlihat tidak suka" monolog Samuel.



~~~~
"Kalau begitu bisa kau ceritakan pada kami apa yang terjadi di masa itu?"
Grace mengangguk. "Waktu itu sekolah kami ada murid baru yang masuk ke sekolah itu. Namanya Chika. Ia menjadi pusat perhatian karena visualnya yang polos dan lugu, Roberts bersaudara masuk sebagai salah satu pengagumnya. Namun karena kecantikannya itu membuat beberapa siswi iri sehingga mereka membuat rencana untuk memberi pelajaran pada Chika. Disinilah segala permasalahan itu di mulai" Grace menatap lurus ke arah depan.
"Roberts bersaudara jatuh pada pesona Chika. Disitu aku masih diam karena terlalu malas ikut campur privasi Roberts bersaudara. Aku terlalu sibuk bermanja-manja dengan Erlan sampai aku melihat Roberts bersaudara sudah berada di bawah kendali Chika. Aku tidak tahu pasti bagaimana Chika mencuci otak Roberts bersaudara tapi yang pasti dia berhasil membuat Roberts bersaudara tunduk di bawahnya" sambung Grace.
"Lalu bagaimana kau tahu kalau Roberts bersaudara berada di bawah kendali Chika?" Raymond kembali bertanya.
"Saat itu...."

Flashback~~
Grace melangkahkan kaki di koridor sekolah yang telah sepi, sang kekasih yang beda kelas sudah pulang terlebih dahulu karena ada urusan penting.
Grace berhenti saat tidak sengaja melihat Hayden yang tengah berlari sambil membawa pisau. Grace berinsiatif mengikuti sampai langkahnya membawanya ke rooftop.
Ia melebarkan mata saat Lucia dan temannya tengah ditelanjangi dan diikat. Bekas cambukan terlihat jelas di badan mereka. Jam menunjukkan pukul 4 sore dan matahari hampir terbenam. Rasa penasaran yang tinggi membuat Grace hanya bisa terdiam di anak tangga melihat apa yang akan di lakukan Roberts bersaudara.
Chika tersenyum lebar dan berdiri di antara Jeffrey dan Jevano. Lucia dan teman-temannya hanya bisa mengerang kesakitan saat Hayden dan Barra menguliti perempuan-perempuan malang itu.

Grace merasakan mual yang luar biasa saat netra nya menangkap dengan jelas daging di sertai dengan darah segar yang mengalir itu.
"Kalian hebat, sayang. Tetap lakukan seperti itu agar kita bersenang-senang malam ini" ucap Chika menyemangati Hayden dan Barra.
Grace merasakan badannya melemas dan pandangannya buram. Ia tidak sanggup melihat lebih jauh. Grace bertekad untuk menyelesaikan ini semua bagaimanapun ia tidak ingin sepupu-sepupu laknatnya itu jatuh ke dalam jurang yang lebih dalam.
Flashback end~~

"Kakak hebat sekali sampai tidak ketahuan saat itu" kagum Bintang pada Grace.
"Ya, Tuhan masih berbaik hati pada ku agar tetap hidup"
"Sayang sekali kita tidak tahu bagaimana boneka setan itu mempengaruhi keempat iblis di dalam tubuh manusia itu" ucap Darren.
"Namanya Chika bukan Chaki, bodoh" Raymond menatap kesal adiknya.
"Sama saja. Tetap saja dia itu sama jahatnya seperti boneka setan itu"
"Maafkan aku" ucap Grace sembari menundukkan kepala, merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, kita akan selidiki bersama-sama" Raymond menepuk pundak Grace menyemangati nya.

"Dari apa yang pernah ku baca ada beberapa cara untuk mencuci otak orang lain salah satunya dengan hipnotis, lalu memberikan sugesti secara berulang-ulang, dan kemudian love bombing. Kemungkinan Chika menggunakan cara yang terakhir karena ini dilakukan dengan memanfaatkan perasaan cinta dan kasih sayang seseorang" jelas Erlan.
"Wah kekasihmu lumayan juga" ucap Darren pada Grace yang membuat Grace tersenyum malu.
"Lalu apa yang membuat kau dan Roberts bersaudara bermusuhan?" tanya Raymond lagi pada Grace.
"Ini akan sangat panjang, karena adanya penambahan pemeran baru selain aku, Chika dan Roberts bersaudara. Namanya Arabella, umurnya 17 tahun, anak yang polos dan lucu. Di balik senyum yang manis ada manik yang cantik yang selalu mengeluarkan liquid bening saat mimpi buruk dari masa lalunya kembali datang menghampiri. Dia mengalami banyak rintangan berat menyisakan trauma di masa lalu yang masih belum sembuh. Arabella adalah adik sepupu Roberts bersaudara yang sekarang sudah menjadi anggota tetap keluarga Roberts dan saudara tiri dari Chika" jelas Grace.
"Tunggu....apa Chika juga ingin membunuh Arabella?"
"Maaf menyela tapi jawabannya adalah iya, Chika punya dendam dengan keluarga Arabella karena kematian ibunya dan kematian orang tua Arabella adalah bagian dari rencana nya" ucap Alex.
"Wah tidak ku sangka ini akan sangat rumit. Lebih rumit dari menjawab soal ujian fisika dan matematika" Darren mengurut pelipisnya.
"Kau bisa lanjutkan cerita mu Grace, kita harus segera menyelesaikan semua masalah ini sebelum bertambah buruk" ucap Raymond.
"Waktu kita juga tidak banyak karena nyawa sahabat ku mungkin saja dalam bahaya sekarang" bintang khawatir.


~~~~
Roberts bersaudara memilih berkumpul di rooftop daripada masuk kelas dan mendengarkan penjelasan dosen yang membosankan. Rokok yang terjepit di jari tengah dan telunjuk serta kaleng bir yang ada di atas meja menjadi saksi bisu dari sebuah rencana baru Roberts bersaudara.
"Tidak ada salahnya kita bom saja kampus ini beserta orang-orang di dalamnya. Sangat memuakkan untuk bertemu dan membahas hal yang tidak berguna" ucap Hayden.
"Jangan gegabah, jika kita tertangkap itu akan membahayakan hidup kita" Barra berusaha menenangkan.
"Aku setuju dengan Hayden, terlalu banyak orang yang ingin ikut campur sekarang. Bisa-bisanya mereka semakin curiga pada kita, soal bom sudah ku persiapkan di dalam mobil. Ya....untuk jaga-jaga jika di perlukan" ucap Jevano yang di balas dua jempol oleh Hayden.

"Bagaimana Jeff?" Barra meminta saran.
Jeffrey tersenyum lalu meneguk bir nya. "Aku setuju dengan ucapan Hayden. Lagipula tidak ada salahnya kita membantu pemerintah untuk mengurangi sumber daya manusia yang semakin membludak"
"Baiklah jika semua sudah setuju, lalu dimana saja letak strategis bom nya?" tanya Barra lagi.
"Ruang olahraga, ruang musik, lapangan" jawab Jevano.
"Jangan, tempat itu kurang strategis. kita harus cari tempat strategis dan tidak terlalu ada CCTV nya" tolak Hayden.
"Kantin, taman belakang kampus, dan parkiran. Tempat-tempat itu adalah yang paling banyak dikunjungi. Bukan masalah sulit 'kan Barra untuk mengurus satu CCTV saja?" Jeffrey tersenyum.
"Ya, itu mudah. Aku hanya perlu menyogok pengawas CCTV saja untuk mematikan CCTV nya" Barra berucap.
"Tunggu apalagi? Bom tidak mungkin bergerak sendiri 'kan?" Hayden melirik jam tangannya. "Waktu kita 30 menit sebelum tempat itu menjadi ramai, lalu pergi menjauh dari tempat ini"

"Okay, let's go"

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang