"Mau kemana kau?"
Rohan refleks berhenti saat salah satu penjaga (anak buah Robert's bersaudara) menegur nya.
"Hanya pulang sebentar, mengambil sesuatu yang ketinggalan" Rohan tersenyum.
"Ya sudah jangan lama-lama, Robert's bersaudara akan kembali sebentar lagi" ucap salah satu penjaga itu lalu kemudian berlalu melewati Rohan.
Rohan mengangguk, ia kemudian melangkahkan kakinya dan tersenyum smirk. Memasuki mobilnya dan menjalankan mobilnya melaju meninggalkan gedung tua itu. Kali ini ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu."Aku percaya pada mu, Rohan. Tolong bantu aku"
"Robert's bersaudara harus mendapatkan balasannya. Aku berjanji, Arabella. Aku akan membantumu" gumam Rohan yakin.~~~~
"Kau yakin ini tempatnya?" Raymond.
"Iya, tapi sepertinya Robert's bersaudara tidak menyembunyikan Arabella disini" jawab Grace.
"Lalu dimana mereka menyembunyikan Arabella? Kak, bagaimana jika Arabella kenapa-kenapa? Aku takut" Bintang cemas.
"Tenang dulu Bintang. Kita tidak boleh panik. Seperti yang sudah kita duga Robert's bersaudara bukan orang yang mudah ditebak. Mereka tidak mungkin menempatkan Arabella disini karena tempat ini termasuk mudah untuk ditemukan, mereka pasti menempatkan Arabella ditempat yang sulit untuk ditemukan" ucap Erlan sembari mengusap pundak Bintang untuk menenangkannya.
"Aku hanya tahu tempat ini saj--"
"Tunggu dulu, ada telepon dari.......ARABELLA!" Bintang memekik saat melihat nama kontak yang menghubungi nya.
"Halo, Arabella kau dimana? Aku khawatir pada mu. Katakan kau dimana? Aku dan yang lain akan kesana sekarang juga"
"Maaf, apa kau sahabat nya Arabella? Bintang?"Bintang mengernyit saat mendengar suara orang asing di seberang telepon. Tidak hanya Bintang, Grace dan Erlan juga bingung saat mendengar suara itu karena Bintang me-loud speaker nya.
"Iya, aku Bintang. Siapa kau? Dimana Arabella? Apa dia bersamamu?"
"Aku Rohan. Aku ingin membantu kalian dan membantu Arabella juga"
"Apa maksudmu?"
"Ceritanya panjang. Bisa kita bertemu di suatu tempat? Kita tidak punya banyak waktu"
"Apa kami bisa percaya denganmu?" Grace tidak yakin.
"Tergantung. Jika kalian masih ingin Arabella menghirup udara segar maka temui aku........karena kita punya tujuan yang sama, mengungkap semua kebenaran tentang Robert's bersaudara"
"Jalan xxxx masuk ke dalam gang ada sebuah rumah kumuh disana, ayo bertemu disitu"
"Baik, sampai bertemu nanti"
Tut Tut Tut...."Apa kita bisa percaya padanya?" Erlan menatap Grace bertanya.
"Tidak ada salahnya untuk mencoba"
"Grace benar, ayo kembali ke markas sekarang" ucap Raymond dan masuk ke dalam mobil diikuti yang lain. Darren menjalankan mobilnya, meninggalkan tempat itu dan melaju kembali ke markas mereka.~~~~
"Ohhhh shithhh...." umpat Hayden saat pen*snya menumbuk vag*na Arabella dengan tempo cepat.
Sekembalinya mereka dengan membawa satu anggota baru -Chika- Robert's bersaudara langsung mencari keberadaan Arabella.Arabella yang saat itu tengah menatap kosong ke arah luar jendela tidak menyadari kedatangan ketiga kakaknya. Tanpa banyak kata, Jevano membalik tubuh Arabella dan mendorongnya ke atas sofa.
Jeffrey mencengkram kuat rahang Arabella untuk di bawa mendongak ke arahnya. Tersenyum manis bak malaikat sebelum menampar kuat pipi Arabella.
"Siapa yang memintamu berpakaian, baby? Ini hanya akan memperlambat tugas mu untuk melayani kakak-kakak mu ini" bisik Jeffrey lembut di depan bibir Arabella.
Jevano melonggarkan dasinya dan menarik dasinya sampai terlepas lalu mengikat kedua tangan Arabella ke belakang punggung. Baju kaos Arabella di robek paksa oleh Jeffrey sedangkan Hayden menarik paksa celana Arabella sampai tubuh Arabella benar-benar terlihat tanpa sehelai benangpun.Arabella berusaha memberontak, tetapi apa daya kekuatannya tidak sebanding dengan ketiga kakaknya. Hayden mengarahkan pen*snya ke dalam vag*na Arabella dan....
"AKHHH--hmphhh" pekikan kesakitan Arabella terbenam saat Jeffrey memasukkan pen*snya ke dalam mulut Arabella dan menggerakkan nya maju mundur.
Jevano yang melihat ada celah untuk nya segera mengarahkan penisnya juga ke dalam mulut Arabella untuk di kulum.Ngomong-ngomong tentang Barra, ia sedang berada di ruangan lain bersama Chika. Namun suara-suara aneh dari ruangan tempat ketiga saudaranya memperkosa si bungsu terdengar jelas di ruangan itu. Barra sudah menduga mereka akan bermain sangat kasar pada si bungsu, mengingat stamina mereka telah terisi kembali setelah membunuh banyak orang.
"Kalian belum menjawab pertanyaan ku, Barra?" Chika menyesap puntung rokoknya yang sisa setengah dan menghembuskan asap rokoknya ke udara.
"Aku ingat, sayang. Kau tenang saja, kami sudah melakukan apa yang kau inginkan"
Chika tersenyum manis. "Aku tahu kalian tidak akan mengkhianati ku, Barra. Apa kalian akan membunuh Arabella nantinya jika sudah puas bermain dengannya?"
Barra terdiam. Ia menegak soda miliknya dalam sekali teguk dan membuang kalengnya sembarang.
"Aku tidak bisa memutuskan untuk itu" jawab Barra.
"Jadi, obsesi atau cinta?" Chika tersenyum smirk.
Barra menaikkan sebelah alisnya. Namun saat ia ingin membuka mulutnya menjawab, ada panggilan masuk di ponselnya.
"Oh shit!" umpat Barra pelan saat melihat kontak yang menghubungi nya adalah daddynya -Jerremy-.
"BISA PELAN KAN SUARA KALIAN AKU HARUS MENJAWAB PANGGILAN DARI DADDY" teriak Barra pada ketiga saudaranya di ruangan lain. Namun bukannya pelan suara aneh itu malah semakin terdengar jelas.
"Persetan!" umpat Barra lagi.
"Halo dad"
"Kalian diman---tunggu, suara apa itu?"
"Biasa, rutinitas harian para cebongnya daddy sedang bermain kuda-kudaan. Ada apa dad?"
"Adik kalian sedang dalam bahaya, bagaimana bisa kalian........arghhh! Pokoknya kalian pulang sekarang!"
"Baik dad"
Tut Tut Tut......"Paman Jerremy?"
Barra mengangguk. "Aku titip Arabella, Chika. Jangan kau apa-apa kan dia sebelum kami datang kemari"
Chika berdecak saat Barra meninggalkannya sendiri di ruangan itu. Namun sesaat kemudian ia tersenyum miring saat sebuah ide menarik muncul di otak cerdas nya.••••
"Sudah selesai?" Barra bertanya sembari melipat tangannya di depan dada dan berdiri di depan ruangan itu.
"Sedikit lagi....ahhhhh" Jeffrey mencapai pelepasannya dan meledakkan cairan putihnya di dalam vag*na Arabella. Lalu kemudian mengecup singkat kening Arabella. "Kau hebat, baby"
"Ada apa?" Jevano bertanya sembari mengenakan pakaiannya kembali setelah selesai bermain panas dengan si bungsu.
"Daddy memanggil, mereka sudah kembali dan menunggu kita di rumah"
"Damn! Kenapa tidak tinggal lebih lama di rumah sakit?" gumam Hayden (dasar bocah edaann👀) yang juga buru-buru mengenakan kembali pakaianya."Daddy dan mommy sudah kembali? Aku ingin bertemu mereka" ucap Arabella pelan namun masih terdengar oleh Robert's bersaudara.
"Tidak sayang, kau harus tetap disini. Karena jika kau menemui mereka, kau akan menjauh dari kami" Jeffrey berucap lembut.
"Aku janji tidak akan mengatakan apapun tentang hal ini, tapi biarkan aku bertemu mereka. Aku sangat merindukan daddy dan mommy"
"Tidak, baby. Kau harus tetap disini. Giliran ku masih belum, jadi persiapkan dirimu malam nanti" ucap Barra lalu melangkah pergi dari situ diikuti ketiga saudaranya yang lain. Meninggalkan Arabella sendirian dengan tubuhnya yang dipenuhi kissmark dan sperma."Wow, bagaimana rasanya jalang setelah melayani para lelaki tampan? Kau menyukainya?"
Arabella menoleh ke arah pintu masuk dan disana berdiri seorang perempuan cantik dan sedang melangkah ke arahnya.
"Siapa kau?" tanya Arabella lemah.
Perempuan cantik itu tersenyum manis sebelum akhirnya menjambak kuat rambut Arabella dan di tarik sampai Arabella tersungkur ke lantai.
"Salam kenal, adikku tersayang. Aku Chika. Saudara tiri mu yang tidak diakui oleh papa kandungmu"
Deg!!!Ok Cut!
Selamat membosan..
See you in next chapters👀
![](https://img.wattpad.com/cover/327063476-288-k529522.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's obsession ⚠️(21+)✔️
Misterio / Suspenso"Kau milik kami,, apa yang kami inginkan, akan kami dapatkan dengan cara apapun!" "Tak akan ku biarkan kau dimiliki oleh siapa pun!" "Hidup adalah pilihan.." " kau harus memutuskan......, memaafkan dan kembali atau pergi untuk selamanya!" •••••• ❗21...