Bab 27

1.9K 61 4
                                    

"Kau memikirkan apa yang ku pikirkan?" tanya Barra pada Jeffrey.
Jeffrey mengangguk lalu kemudian tersenyum menyeringai kearah Barra "haruskah aku memasukkan obat perangsang dengan dosis tinggi kedalam bubur itu nantinya?"
'oh fuck'


~~~~
Bintang menghentikan mobilnya di halaman rumah Grace. Pagi tadi Grace menghubunginya untuk membahas sesuatu yang penting mengenai Roberts bersaudara.
Bintang turun dari mobilnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah Grace. Dengan diantarkan seorang maid, Bintang masuk kedalam ruang pribadi Grace. Di ruangan itu terdapat Grace dan juga Erlan yang terlihat sedang menunggu kedatangannya.
Bintang tersenyum kecil yang di balas Grace dan Erlan dengan senyum ramah mereka. Grace mempersilahkan Bintang untuk duduk di sofa yang berseberangan dengan sofa yang ia dan Erlan duduki.

"Jadi Bintang, alasan kenapa aku menghubungi mu tadi adalah untuk membahas tentang Roberts bersaudara yang kemungkinan berkaitan dengan kematian orang tua Arabella. Seperti yang kita tahu kematian orang tua Arabella masih menjadi misteri di tambah lagi mayat mereka masih belum di temukan. Mata-mata ku mencurigai kalau pelakunya adalah Roberts bersaudara di karenakan obsesi mereka pada Arabella, tetapi aku masih meragukan hal itu di karenakan belum ada bukti yang kuat" jelas Grace panjang lebar.
"Kalau aku secara pribadi satu pemikiran dengan mata-mata Grace. Obsesi dapat membuat seseorang bertindak gila terlebih saat ada sebuah fakta kalau mereka sudah menyukai Arabella sejak mereka masih kecil" ucap Elan.
"Aku tidak tahu apa ini ada kaitannya atau tidak, dengan tidak di temukan nya mayat orang tua Arabella. Tetapi waktu itu saat aku dan Arabella makan di kantin dan ada Roberts bersaudara juga disitu, nah jadi Arabella  ini menanyakan tentang ruang 13 yang di biarkan gelap dan jawaban mengejutkan dari Jevano adalah ada mayat di ruangan itu yang sengaja di awetkan. Dia mengatakan pada Arabella itu hanya bercanda tetapi aku merasa memang ada yang tidak beres dalam ruangan itu" ucap Bintang.
"Jika itu benar, mungkin saja memang ada mayat di sana hanya saja kita tidak tahu itu mayat siapa"

Grace  mengurut dahinya. Kepalanya sangat pusing memikirkan hal ini. Jika benar pembunuhnya adalah Roberts bersaudara maka itu akan menjadi kehancuran bagi keluarga Roberts dan pukulan besar bagi Jeremy dan Milena. Terlebih khususnya untuk Arabella, Grace benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana frustasi dan traumanya Arabella saat mengetahui semua kebenaran mengenai Roberts bersaudara.
"Jika itu benar maka aku akan benar-benar menjebloskan mereka ke penjara bagaimanapun caranya. Tidak peduli mereka adalah sepupu ku sekalipun" Grace berucap yakin.
"Oh ya soal perempuan ular kata mu itu kapan dia kembali, sayang?" Erlan bertanya.
"Jika apa yang menjadi keinginan nya sudah terjadi maka dia akan kembali kemari" jawab Grace.
"Memangnya apa yang menjadi keinginannya?" tanya Bintang.
Grace mengangkat bahunya "aku tidak tahu tetapi aku merasa itu bukanlah hal yang baik"


~~~~
Arabella membuka kelopak mata nya pelan, mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan pandangannya dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamarnya.
Arabella melihat semangkuk bubur di atas meja nakas di samping kasurnya dan ada note kecil dari Jeffrey yang memintanya untuk menghabiskannya dan mengatakan kalau mereka sedang keluar sebentar untuk mengurus sesuatu.
Arabella tersenyum kecil lalu mengambil mangkuk yang berisi bubur dan mulai menyuapkannya kedalam mulutnya. Baru 3 suapan tiba-tiba seorang maid datang dan langsung mengambil mangkuk bubur itu dari Arabella.
"Ada apa bi?" tanya Arabella bingung.
"Nona anda harus segera pergi dari sini, saya mohon nona ini demi kebaikan anda" ucap maid itu dengan raut wajah cemas.
"Memangnya kenapa bi?"
"Keempat kakak anda itu bukan orang yang baik. Mereka terobsesi pada nona dan mereka telah merencanakan hal yang buruk pada nona. Bubur ini sudah di masukkan obat perangsang dengan dosis tinggi dan mungkin itu akan bereaksi sebentar lagi dan ini....." maid itu memberikan sebuah buku yang ia ambil di kamar Hayden "saya harap anda segera pergi dari sini nona"

Arabella mengambil buku itu dan mulai membaca isinya, maniknya membulat sempurna, dan tubuhnya bergetar saat mengetahui kebenaran yang seharusnya tidak ia ketahui. Kebenaran kalau Roberts bersaudara lah yang merencanakan kecelakaan yang membuat kedua orang tuanya meninggal dan kecelakaan yang menimpa Jeremy dan Milena semua di sebabkan oleh Roberts bersaudara. Belum lagi banyaknya orang-orang yang menjadi korban Roberts bersaudara.
"Anda tidak punya banyak waktu, non. Segera pergi dari sini karena keempat kakak anda akan segera pulang"
Dengan air mata yang menetes membasahi pipinya, Arabella mengangguk "tapi bi, bagaimana jika mereka tahu kalau bibi--"
"Jangan khawatir, non. Setidaknya saya telah menepati janji saya pada tuan Jeremy untuk melindungi anda. Saya sudah memesan taksi untuk mengantarkan anda menemui nona Grace karena hanya dia yang bisa saya percayai untuk menjaga anda"
Arabella menangis lalu memeluk erat maid itu "maafkan aku" ucapnya.
"Tidak apa, non. Sekarang pergilah... takut nya obat perangsang itu akan segera bereaksi walaupun anda hanya memakan bubur itu sedikit saja"
Arabella melepaskan pelukannya lalu berlari keluar kamarnya. Di luar kamarnya sudah ada kucing yang ia temui di pinggir jalan tadi, Arabella menggendong kucing itu untuk pergi bersamanya berlari keluar rumah dan segera masuk kedalam taksi yang sudah menunggunya. Supir itu menjalankan mobilnya melaju menuju alamat yang telah di beritahukan maid itu padanya.

Air mata Arabella tumpah. Rasanya sangat menyakitkan disaat Arabella sudah mulai menyayangi keempat kakaknya itu dengan tulus tetapi semua dihancurkan oleh fakta yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya. Jadi selama ini kasih sayang Roberts bersaudara padanya itu hanyalah kebohongan yang manis hanya untuk mengunci dirinya agar tidak bisa kabur ataupun menjauh. Arabella sangat kecewa.
"Aku membenci kalian" gumam Arabella pelan disela tangisnya sembari memeluk buku hitam yang maid tadi berikan padanya.
Maid itu memperhatikan mobil yang telah melaju itu dengan tatapan berkaca sembari tersenyum tipis karena telah melakukan tugasnya untuk melindungi putri bungsu keluarga Roberts itu.
"Tuan, saya sudah menepati janji saya sekarang giliran kalian untuk melindunginya. Segeralah sadar dan kembalilah untuk melindungi nona Arabella" ucap maid itu berharap Jeremy dan Milena dapat mendengarnya.


~~~~
Keempat mobil mewah berhenti di halaman rumah keluarga Roberts. Satu persatu turun dari mobil mereka dan melangkah cepat masuk kedalam rumah.
"Arabella sayang, para daddy mu ini datang" teriak Hayden sembari membuka bajunya.
Roberts bersaudara melangkah cepat menuju kamar Arabella. Di bayangan mereka sudah bisa membayangkan betapa tersiksanya Arabella di dalam kamarnya menunggu sentuhan lembut untuk dijamahi.
Persetan dengan cara baik-baik. Menunggu itu membosankan. Kalau bisa dengan cara yang cepat mengapa harus menggunakan cara yang lamban.

Jevano membuka pintu kamar Arabella tidak sabaran. Namun apa yang mereka bayangkan sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di hadapan mereka. Terkadang ekspetasi tidak sesuai dengan realita itu benar adanya. Kamar Arabella kosong dan itu membuat Jeffrey bingung. Padahal Jeffrey sudah memasukkan obat perangsang dengan dosis tinggi di dalam bubur itu dan seharusnya itu akan membatasi pergerakan Arabella yang membuatnya tidak bisa kemana-mana selain mendesah di dalam kamarnya.
"Kemana baby kita?" Barra melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Arabella. Barra melihat sekelilingnya dan maniknya langsung tertuju pada tong sampah, disana bubur yang seharusnya Arabella makan malah terbuang kesitu.
'Oh shit!'
"Yang lain periksa seluruh bagian rumah, dan Hayden periksa kamar mu apa buku itu masih ada disana!" Barra berucap tegas.
Ketiga saudaranya mengangguk dan langsung berpencar untuk mencari Arabella sedang Hayden menuju kamarnya untuk mengecek buku hitam miliknya itu.
"Bangsat!" Hayden mengumpat saat buku hitam itu tidak ada di kamarnya.
"Sudah ku duga" Barra berucap membuat Hayden terperanjat karena kehadiran Barra yang tiba-tiba.
"Apa itu berarti--"
"Ya, Arabella kabur. Dan dia tidak mungkin melakukan ini sendiri pasti ada yang membantunya dan memberitahunya tentang kebenaran ini"

"Arabella tidak bisa ditemukan" ucap Jevano yang baru saja datang bersama Jeffrey dan bergabung dengan Barra dan Hayden.
"Arabella berhasil kabur dan sepertinya dia sudah tahu tentang kebenaran itu" ucap Barra yang membuat Jevano dan Jeffrey mengumpat kesal.
"Sialan!!! Bagaimana bisa dia kabur seenaknya di saat para daddynya sudah siap untuk memberinya kenikmatan duniawi? Kita harus segera mendapatkannya" Jevano berucap.
"Dia tidak mungkin pergi jauh, pikirkan kemungkinan kemana dia akan pergi" ucap Barra.
"Hanya ada dua jawaban yaitu Bintang atau Grace" Hayden berucap dan diangguki setuju oleh ketiga saudaranya itu.
"Tunggu apalagi bagian bawah ku sudah tidak sabar menyapa sarangnya" ucap Jeffrey dan berbalik lebih dulu tetapi baru beberapa langkah ia kembali berbalik menatap ketiga saudaranya itu "oh ya untuk orang yang membantu Arabella kabur kita akan membunuhnya di depan mata Arabella saat kita memperkosanya nanti, bukankah akan menarik memperkosa sambil mempertontonkan nya sebuah adegan pembunuhan yang menyenangkan?" saran Jeffrey.
Hayden tertawa keras lalu merangkul pundak Jeffrey "inilah alasan kenapa aku sangat menyayangimu, Jeffrey. Kau selalu punya ide yang menyenangkan di dalam otak kotor mu itu"
"Sialan!" umpat Jeffrey yang membuat Hayden semakin tertawa.
"Kita harus berpencar agar cepat menemukannya. Aku dan Hayden akan mencari kerumah Bintang. Dan kalian berdua ke rumah Grace" tunjuk Barra pada Jevano dan Jeffrey.
"Baiklah tunggu apalagi kita berangkat sekarang" ucap Jevano.

Roberts bersaudara melangkah bersama keluar dari kamar Hayden menuju mobil mereka masing-masing. Masuk kedalam mobil dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah mereka.

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang