Bab 42

1.3K 49 9
                                    

"Ini menjadi semakin sulit karena Chika telah dibunuh, kita akan kekurangan bukti" Raymond berucap.
"Jeffrey sudah memperkirakan orang-orang yang dianggap beban dan memusnahkan mereka. Aku heran kenapa ada orang yang punya otak secerdas itu" Darren berucap sekaligus kagum pada jalan pikiran Jeffrey.
"Jangankan kalian, aku sebagai daddy nya tidak percaya mendengar nya. Ini sungguh bertolak belakang dengan pribadinya yang sering ia tunjukkan. Anak itu sangat manja jika dirumah dan kadang akan berulah seperti orang gila tergantung moodnya dia bahkan jarang mengeluarkan pendapatnya dan sangat malas untuk membawa otaknya berpikir. Dan saat mendengar ini, aku sungguh tidak percaya dia adalah otak bagi saudara-saudara nya" ucap Jerremy.
"Setiap orang sebenarnya punya karakter manipulatif hanya saja tergantung bagaimana dia mengembangkan nya, dan Jeffrey sudah ditahap sempurna untuk itu. Dia bisa mempengaruhi, dia bisa menipu, dia bisa membuat saudara-saudaranya tunduk padanya. Dia memang tidak banyak bertindak tetapi sebagian besar semua ini terjadi adalah karena idenya, itu adalah kemampuan yang hanya dilakukan oleh orang tertentu saja" ucap Raymond.

Jerremy terdiam. Ada penyesalan di dalam dirinya sekarang. Seandainya saja Jerremy dan Milena lebih meluangkan banyak waktu untuk anak-anaknya saat mereka masih kecil. Jerremy yakin anak-anaknya itu tidak akan melakukan hal seperti ini.

Brakkkk!

Semua orang mengalihkan perhatian pada pintu masuk yang baru saja dibuka kasar. Milena melangkah masuk lalu memberikan sebuah diary pada Raymond.
"Milena, ada ap--"
"Ini memang berat untuk ku. Tetapi hanya ini yang terbaik. Sudah cukup semua tindakan yang telah mereka lakukan, sebagai seorang ibu aku harus mengakhiri semuanya"
"Tante...."
Milena tersenyum tipis, menatap Grace yang juga tengah menatapnya. "Aku memang menyayangi putraku tetapi Arabella juga harus mendapatkan keadilannya"
"Sayang--"
"Jerremy, dengarkan aku. Ini semua demi putriku. Aku akan membantu sebisaku agar Arabella bisa kembali padaku. Dia berhak untuk bahagia" Milena tersenyum tipis. Menghapus air matanya yang membasahi pipinya sedari tadi.

"Ku mohon temukan Arabella untukku sebelum anak-anak ku melakukan yang lebih parah dari ini"
"Kami berjanji akan melakukan yang terbaik. Terimakasih sudah menjadi ibu yang kuat, Milena" Raymond menepuk pundak Milena. Raymond tahu ini membuat Milena sangat terluka tetapi keberaniannya dalam mengambil keputusan tidak semua orang dapat melakukan itu.
"Aku melakukannya untuk Arabella. Untuk menebus semua kesalahan yang telah keempat putraku lakukan. Jika memang yang terbaik adalah dengan memenjarakan mereka...................
maka lakukanlah itu"








~~~~
Arabella membuka kelopak matanya saat sinar matahari masuk menembus jendela kamarnya. Ia melangkah keluar kamarnya dan berjalan ke luar rumah untuk menghirup udara segar sekaligus untuk menenangkan pikirannya.
"Semalam tidur nyenyak?"
Arabella menganggukkan kepalanya lucu, membuat Jesslyn tersenyum gemas. Ia membawa Arabella untuk kembali masuk ke dalam rumah dan membuatkannya sarapan pagi.

"Kak Jess habis darimana?"
"Lari pagi sebentar agar otot-otot tidak kaku sehingga bisa menghajar keempat  kakakmu itu" Jesslyn tertawa diakhir kalimatnya membuat Arabella tersenyum kecil.
"Jangan pernah percaya dengan cinta Arabella. Cinta itu menyakitkan bagai sebilah pisau yang menembus jantung, memporak-porandakan hati, sehingga kau tidak bisa berpikir jernih"
"Kak Jess pernah jatuh cinta?"
Pergerakan Jesslyn terhenti membuat Arabella gugup. Takut-takut ucapannya barusan membuat Jesslyn marah dan kemudian ia akan disiksa.

"Maaf"
"Tidak perlu meminta maaf bel. Aku memang pernah jatuh cinta tetapi sayangnya itu berakhir buruk"
"Apakah itu sangat menyakitkan?"
"Ya, sangat menyakitkan seperti ingin mati. Dia lelaki yang tampan tetapi sayangnya hatinya tidak setampan wajahnya. Dia meninggalkan ku sendirian, memberikan luka yang membuat ku trauma dengan yang namanya cinta" Jesslyn meletakkan nasi goreng yang baru ia masak di depan Arabella.
"Makanlah. Aku tidak tahu itu akan cocok dengan lidahmu atau tidak tetapi ku harap kau menyukainya"

Arabella menyendok sarapan yang dibuat Jesslyn untuk nya dan menyuapnya. Maniknya berbinar dan mengangkat jempolnya untuk Jesslyn, pipinya menggembung karena mengunyah makanan didalam mulutnya. Melihat Arabella yang menyukai sarapan buatannya membuat Jesslyn tersenyum. Perasaan hangat perlahan muncul. Jesslyn sangat ingin memiliki seorang adik yang lucu dan sekarang ia mendapatinya di dalam Arabella.

"Bella, tinggal sama kakak saja ya? Kakak tidak rela berpisah darimu"
Arabella menghentikan suapannya. Mengerjapkan manik nya membuat Jesslyn tersenyum gemas. 'lucu'
"Tidak bisa kak, aku harus menemui daddy dan mommy lalu kemudian menguburkan mayat orang tua kandung ku dan setelah itu memulai kehidupan baru di Indonesia"
"Kenapa tidak ikut kakak saja ke London, disana banyak bule-bule tampan"
"Tidak kak, aku akan ke Indonesia dan memulai kehidupan baru ku disana"
"Tapi kau sedang hamil, bella. Apa kau bisa membesarkan mereka sendirian?"
"Aku pasti bisa. Kak Jess sendiri yang bilang aku bisa menjadi sosok ibu yang kuat untuk anak-anak ku. Jangan cemas kak, aku pasti bisa melewati ini semua" Arabella menampilkan gummy smile nya lalu kembali menyuap sarapan paginya.
Jesslyn tersenyum tipis saat melihat Arabella menyantap sarapannya dengan lahap. Jesslyn akui di umur Arabella yang masih sangat muda menghadapi ini semua bukanlah hal mudah. Jika mental tidak kuat tentu sudah berakhir di rumah sakit jiwa sekarang.

Ting nong!

Perhatian Jesslyn teralih saat didengar nya suara bel rumahnya berbunyi. Ia beranjak dari duduknya dan melangkah untuk melihat siapa yang bertamu pagi-pagi. Saat ingin meraih gagang pintu perasaan Jesslyn mendadak tidak nyaman. Ia memutuskan untuk mengintip dari kaca jendela dengan membuka sedikit tirai nya.
Ada keempat lelaki asing bersama Irene yang menunggu dibukakan pintu. Arabella yang baru saja menyelesaikan sarapannya heran saat melihat Jesslyn hanya berdiri tanpa berniat membukakan pintu. Arabella melangkah mendekat dan mengikuti Jesslyn untuk mengintip lewat kaca jendela yang satunya.

Tubuh Arabella bergetar, kakinya melangkah mundur, dan menggelengkan kepalanya pelan. Melihat ekspresi Arabella yang seperti orang ketakutan membuat Jesslyn kebingungan. Ia melangkah mendekati Arabella dan mengusap kedua pundak Arabella untuk menenangkannya.
"Mereka adalah kakak-kakak ku. Kakak sepupu ku yang sudah ku anggap seperti kakak sendiri. Roberts bersaudara" ucap Arabella pelan dengan suara yang bergetar.
Jesslyn menghentikan usapannya. Terkejut dengan fakta kalau yang berdiri didepan pintunya sekarang adalah Roberts bersaudara. Wajah Arabella yang semakin jelas menunjukkan kalau ia sangat ketakutan menunjukkan betapa trauma nya Arabella pada keempat kakaknya itu.

"Bella, apa kau siap?"
"Si-siap apa?"
"Kita akan menantang kematian"

"Huh?"

Tbc.....

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang