Bab 20

2.9K 80 2
                                    

Bintang menatap nanar makanannya. Selera makannya tiba-tiba hilang karena kedatangan tamu yang tidak di undang. Di samping Bintang, Arabella juga melakukan hal yang sama. Makanan didepan nya belum tersentuh dan maniknya menatap bingung keempat kakaknya satu persatu. Ya, Roberts bersaudara yang membuat kantin heboh dengan kedatangan mereka kini duduk santai bersama Bintang dan Arabella tanpa mempedulikan ekspresi tidak nyaman kedua gadis manis itu.
Jika Arabella merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian seisi kantin, namun Bintang berbeda bayangan betapa kejamnya Roberts bersaudara kembali terputar jelas di pikirannya. Bintang mengangkat wajahnya dan tidak sengaja maniknya bersitatap dengan Roberts bersaudara yang menatapnya penuh ancaman dan itu membuat nya kembali menunduk.

"Kak, ada apa? Bukannya meja kalian ada di sana?" tunjuk Arabella pada meja di dekat jendela kantin.
"Memangnya kenapa? Adek tidak suka?" Hayden mengusap lembut kepala Arabella dan itu tidak luput dari perhatian seisi kantin yang membuat siapapun merasa iri dengan keberuntungan Arabella yang menjadi bungsu dari keluarga Roberts itu.
"B-bukan begitu tapi..."
"Sudahlah, adek mau makan kan? Mau kakak suapin?" Hayden mengambil sendok di piring Arabella dan bersiap untuk menyuap Arabella.
"Kau tidak makan?" tanya Jevano pada Bintang.
"M-makan" gugup Bintang.
Jevano tersenyum tipis lalu memegang pundak Bintang dan meremasnya kuat yang membuat Bintang meringis "makanlah, jangan takut anggap saja kami juga kakak-kakakmu karena kau adalah sahabat Arabella" ucap Jevano namun terdengar seperti sebuah ancaman di telinga Bintang.
Bintang mengangguk dan mulai menyuap makanannya.

"Adek, mau kakak suapin?" tanya Hayden.
Arabella menggeleng "biar adek saja" ucapnya dan merebut sendok dan piring makanannya dari Hayden.
Arabella menyuap makanannya. Tiba-tiba bayangan tentang kamar kosong yang gelap yang tidak sempat ingin ia masuki kemarin kembali terputar di otaknya. Sungguh, Arabella sangat penasaran apa yang ada di dalam ruangan itu. Mengapa  maid mengatakan kalau Roberts bersaudara melarang siapapun untuk masuk kedalam ruangan itu? Memangnya apa yang Roberts bersaudara sembunyikan di dalam sana?
Arabella ingin bertanya namun sedikit ragu tapi jika dia tidak bertanya rasa penasarannya akan selalu menghantui dirinya.
"Kak"
Roberts bersaudara menoleh serempak pada si bungsu.
"Soal ruangan no. 13 yang berada dekat gudang itu.., kenapa dibiarkan gelap?"
Deg!!
"Memangnya kenapa, dek?" Hayden bertanya "siapa yang meminta adek kesana, hm?"
Hayden berucap lembut tapi entah kenapa Arabella merasa ada yang aneh dengan ucapan Hayden seolah-olah terselip kemarahan di kalimatnya.
"Kemarin malam saat menunggu kalian pulang, adek sengaja ingin melihat isi rumah dan mata adek tertuju pada ruangan itu dan ruangan itu tidak dikunci namun anehnya di biarkan gelap"
"Adek penasaran?" tanya Jeffrey.
Arabella mengangguk.

Jeffrey tersenyum "dengar dek, tidak semua hal adek harus tahu karena bisa saja itu menyakiti adek nantinya"
"Maksud kak Jeffrey?" bingung Arabella.
Jeffrey tersenyum pada Arabella lalu mengalihkan pandangnya kearah Bintang "Kau mengerti maksud ku kan, Bintang?" Jeffrey bertanya.
Bintang tersedak dan dengan cepat Arabella memberinya air minum miliknya pada Bintang sedangkan Roberts bersaudara hanya melihat tanpa berniat membantu.
Bintang menatap Arabella ragu "kakakmu benar, Arabella. Terkadang rasa penasaran bisa saja membahayakan dirimu sendiri". "Tapi aku kan hanya bertanya agar aku tidak penasaran lagi"
"Kau sungguh ingin tahu?" Jevano menatap Arabella serius "disana berisi mayat"
Deg!!
"Kakak bercanda?"
Jevano tertawa lalu berucap "tentu saja, lagipula siapa yang ingin menyimpan mayat untuk di awetkan di sebuah ruangan yang gelap"
Arabella menghembuskan napasnya perlahan hampir saja ia terkena serangan jantung jika sampai apa yang di ucapkan Jevano barusan itu sungguhan. Ia tidak bisa membayangkan jika sampai ada mayat di dalam ruangan itu dan juga untuk apa mayat di simpan di sana.

Namun berbeda lagi dengan Bintang. Jantungnya berdetak kencang, keringat dingin membasahi tubuhnya, tubuhnya gemetar sekarang. Bintang sangat tahu jika Jevano barusan tidak bercanda dengan ucapannya.
"Arabella, ayo. Sebentar lagi kelas dimulai" ajak Bintang. Berlama-lama disini tidak aman baginya bisa-bisa ia meninggal di tempat jika terlalu lama di sini.
Arabella mengangguk. Keduanya beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kantin setelah Bintang membayar makanannya sedangkan Arabella ia tidak ambil pusing sebab ia punya ATM berjalan yaitu Roberts bersaudara.

Roberts bersaudara memperhatikan punggung Arabella yang menjauh sampai tidak terlihat lagi. Keempat lelaki itu mengubah ekspresi mereka menjadi dingin dan serius namun jika ada Arabella ekspresi keempatnya berubah ceria dan lembut.
"Kau hampir membuat nya terkena serangan jantung tadi" ucap Barra yang sedari tadi diam pada Jevano.
Jevano menyeringai "aku sengaja ingin melihat respon nya dan seperti dugaan ku dia terkejut dan takut"
"Tapi sebenarnya bukankah itu bagus jika Arabella tahu semuanya maka kita tidak perlu lagi bersandiwara seperti ini" ucap Hayden.
"Tapi sebelum itu terjadi kita harus bisa meluluhkan hati Arabella terlebih dahulu. Karena dengan sifat iblis kita, kita hanya bisa memiliki tubuhnya tapi tidak hatinya. Jika ingin membuatnya tidak bisa lepas dari kita, kita harus serang juga hatinya. Dan itu akan membuatnya bingung ingin pergi atau tidak" ucap Barra.
"Jika kita tidak bisa memiliki Arabella, maka kita akan buat Arabella gila agar siapapun tidak ada yang bisa memilikinya" tambah Barra.
"Mungkin jika ada yang mendengar cerita ini akan menganggap kita sangat gila tapi mereka tidak akan mengerti tentang apa yang kita rasa dan alami beberapa tahun yang lalu" ucap Jeffrey. Kali ini ekspresinya berubah sendu.
"Tapi dengan kejadian itu kita bisa melindungi apa yang menjadi milik kita sekarang. Arabella....dia milik kita" Barra merangkul bahu Jeffrey "jangan sesali masa lalu, Jeffrey. Sekarang kita harus mengejar first love kita. Bukankah kita sudah menandainya sejak kecil, sekarang mari kita wujudkan itu"
Jeffrey mengangguk dan tersenyum tipis.

"Aku ingin bertanya" Jevano menatap serius satu persatu saudaranya "jika perempuan yang kita sukai itu masih hidup dan takdir juga mempertemukan kita dengan Arabella, maka siapa yang kalian pilih?"
Hening.
Roberts bersaudara berpikir lama dengan pertanyaan Jevano sebelum akhirnya saling berpandangan dan berucap bersamaan.
"Keduanya"



~~~~
Arabella beranjak dari duduknya dan berjalan menuju parkiran.
Ponsel Arabella berdering menampilkan nomor si pemanggil yang tidak Arabella kenal.
"Angkat saja, siapa tahu ada yang penting" ucap Bintang.
"Hallo"
"Dengan keluarga dari tuan Jerremy Roberts dan nyonya Milena?"
"Ya"
"Kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan bahwa keluarga anda telah mengalami kecelakaan dan saat ini mengalami pendarahan hebat"
Deg!!


'Tidak mungkin. Ku mohon jangan lagi'

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang