Bab 8

4.5K 88 0
                                    

Arabella meneguk salivanya berat. Matanya melirik gelisah ke kanan dan kiri. Tatapan keempat kakaknya seolah menelanjanginya dari kepala sampai keujung kakinya.

"K-kak boleh keluar sebentar?" Arabella tersenyum manis agar keempat kakaknya itu tidak tersinggung dengan ucapannya. Namun tanpa Arabella sadari hal itu malah membuat Roberts bersaudara semakin ingin menelanjanginya.

"Arabella, apa kau berniat menggoda kami?" Jevano bertanya dengan nada rendah, menunjukkan aura dominasi yang kuat dari dirinya.
Arabella mengerutkan keningnya sambil mempoutkan bibirnya lucu. Jujur ia bingung dengan maksud pertanyaan Jevano. 'Kapan Arabella menggoda mereka?' perasaan ia tidak ada menggoda keempat kakaknya itu. Jangankan menggoda berbicara saja Arabella masih takut dengan Roberts bersaudara.

"Adek, mau bermain sebentar?" Jeffrey menaikturunkan alisnya menggoda lalu menjilat bawah bibirnya.
Arabella bergidik. Perasaannya mengatakan ia sedang dikepung oleh singa-singa yang siap menerkamnya. Tetapi Arabella tetap putuskan untuk berpikir positif mungkin maksud Jeffrey adalah mengajaknya bermain game atau semacamnya.
"Bermain apa kak Rey?"
Jeffrey tersenyum "yang pasti ini akan membuat adek merasa terbang sampai ke langit ketujuh. Kita akan melakukannya dengan lembut, adek tidak perlu khawatir" ucap Jeffrey. Sedang ketiga saudaranya yang lain hanya menyeringai kecil pada Arabella.

Arabella menjilat  bibir bawahnya yang sedikit kering setelah mendengar ucapan Jeffrey. Jujur ia sedikit takut sekarang. Namun tanpa Arabella sadari perbuatannya tadi semakin membuat bagian bawah Roberts bersaudara semakin mengeras.

"Oh shit!" umpat Barra "aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi"

Tok tok tok

'damn! Shit!' batin Roberts bersaudara.

Arabella melangkahkan kakinya membuka pintu mengabaikan tatapan Roberts bersaudara yang memperhatikan setiap inci langkahnya.
"Ada apa, bi?"
"Di ruang tamu ada gadis cantik yang mengaku sahabatnya nona Arabella"
"Itu pasti Bintang. Bilang padanya tunggu sebentar ya bi" Arabella tersenyum manis.
Maid itu membalas senyum Arabella dan membungkuk singkat sebelum pergi dari sana.

"Pakai dulu bajumu yang benar jangan seperti itu jika ingin bertemu orang lain" ucap Hayden datar "kami tidak ingin aset milik kami di lihat orang lain"

Arabella menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Roberts bersaudara "kalau begitu bisa kakak-kakak keluar sebentar"
"Memangnya kenapa? Lagipula kita kan adik-kakak, jadi tidak usah malu" ucap Jeffrey dan mendudukkan dirinya di kasur Arabella.

"Tapi...."
"Adek tidak percaya pada kami? Ck! adek kesayangan kami meragukan kami rupanya" ucap Hayden terdengar sedikit menyindir.
Arabella merasa tidak enak terlebih saat melihat tatapan kecewa dari Roberts bersaudara. Arabella seharusnya bersyukur mempunyai keluarga baru yang sangat menyayanginya. Tetapi Arabella malah meragukan kasih sayang Roberts bersaudara padanya dan sering berpikiran buruk pada keempat kakaknya itu.

'Arabella, jangan tertipu.... nih bayi polos banget mau aja di perdaya kakak-kakaknya🤧' - author frustasi.

Arabella perlahan melepaskan bathrobenya menampilkan tulang selangkangnya yang indah, kulit nya yang putih bersih, dan pinggangnya yang kecil dan ramping tercetak jelas di ingatan Roberts bersaudara. Arabella mengenakan sweater biru lengan panjang dan rok rampel putih selututnya. Semua pergerakan Arabella tidak luput dari penglihatan mereka seolah merekam pemandangan tubuh Arabella dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wajahnya yang baby face sangat menggoda untuk di beri kecupan lembut, bibirnya yang sexy seolah meminta untuk di lumat, tulang selangkangnya yang indah seolah memanggil untuk di jamahi, kulit putihnya akan indah jika diberi kissmark di setiap inci tubuhnya, bokong Arabella yang sedikit berisi semakin membuat pikiran Roberts bersaudara untuk membdsmnya semakin besar.

Ini gila. Dan Roberts bersaudara akui mereka sudah terjerat pesona dari adik sepupu yang sekarang menjadi adik bungsu mereka. Obsesi atau cinta sekarang tidak ada bedanya bagi mereka asalkan mereka bisa memiliki Arabella dan membuatnya mendesahkan nama mereka maka itu sudah cukup.

Setelah mengenakan pakaian nya, Arabella berbalik dan ingin melangkah keluar kamar namun langkahnya terhenti saat Hayden menahan tangannya.
"Ada apa kak?"
Hayden tidak menjawab, ia hanya  tersenyum lalu mencium singkat pipi Arabella yang membuat Arabella terkejut dengan tindakan Hayden barusan.

Seperti dejavu, Arabella mengusap pipi gembul nya yang di cium Hayden. Seolah menghapus bekas bibir Hayden di pipinya.
Hayden membulatkan matanya dan ingin protes tetapi Arabella lebih dulu melangkah melewati nya. Mood Hayden mendadak buruk ditambah lagi saat ia melihat Jeffrey tersenyum mengejek dan tatapannya seolah-olah mengatakan 'bagaimana rasanya ditolak?'. Dan hanya Arabella yang telah membuat Jeffrey dan Hayden merasakan yang namanya ditolak.

"Wah ini gila! Aku sangat ingin memperkosanya sekarang" ucap Jevano "haruskah aku membeli sex toys untuk permainan kita nantinya?"
"Aku sudah menyiapkannya tinggal kapan kita bisa menggunakannya" ucap Jeffrey sambil tersenyum smirk pada Jevano.
"Seperti yang diharapkan dari seorang Jeffrey" Barra menjilat bawah bibirnya dan menyeringai kecil.
Jeffrey tersenyum kecil "aku sudah mengatakan bahwa aku tidak sabar untuk membuatnya mendesah di bawahku dan dia semakin membuat ku terobsesi untuk membdsmnya"

"Rencana pertama dekati dan jika ia sudah percaya pada kita lakukan rencana inti" Barra menjeda ucapannya dan menyeringai kecil "buat dia mendesahkan nama kita"

••••
Arabella melangkahkan kakinya mendekat kearah Bintang dan seorang lelaki tampan yang tidak Arabella kenal.
"Ada apa?" tanya Arabella sambil tersenyum kecil lalu mendudukkan dirinya di sofa di depan Bintang dan lelaki tampan di sebelahnya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin bertamu. Oh ya kenalkan dia sepupuku namanya Arian baru saja datang dari Australia dan pindah ke Paris"
"Kenalkan aku Arian, kau manis sekali"
Lelaki itu -Arian- mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan namun belum sempat Arabella membalas jabat tangan Arian,  tangan lain sudah lebih dulu menyambutnya.
"Aku Barra, kakaknya Arabella"
Arian sedikit meringis saat Barra meremas kuat tangannya dan tidak lupa tatapan datarnya. Saat jabat tangan itu terlepas Arian merasakan tangannya sedikit basah. Arian mendekatkan telapak tangannya ke indra penciuman nya dan mengerinyit saat mencium bau aneh dari telapak tangannya.

"Aku habis solo. Lupa cuci tangan" ucap Barra datar dan langsung mendudukkan dirinya di tangan sofa di samping Arabella.
Arian dan Bintang membulatkan mata mereka terkejut dengan ucapan terlewat santai dari mulut Barra ditambah lagi tatapan dingin dari ketiga kakak Arabella yang lain yang sedang berdiri di belakang sofa yang Arabella duduki sekarang. Sedang Arabella hanya bisa menunduk malu dan tersenyum canggung pada Bintang dan Arian.

"Arabella, boleh aku minta nomor ponselmu?" tanya Arian.
"Bol--"
"Tidak bisa ponsel Arabella rusak" ucap Jevano.
Arabella ingin membuka mulutnya untuk protes tetapi mulutnya lebih dulu di bekap Hayden. Arabella menahan napasnya saat mencium bau aneh dari telapak tangan Hayden. Hayden yang melihat wajah bingung Arabella menarik tangannya dan tersenyum lebar.
"Kakak lupa cuci tangan tadi habis solo" ucap Hayden yang membuat Arabella menutup mulutnya ingin muntah.
"Kakak jorok banget sih!" kesal Arabella. Ia sedikit sensitif dengan hal yang menyangkut kebersihan.

Bintang ingin protes tentang ponsel Arabella yang rusak karena tadi saat ia menghubungi Arabella, ponsel Arabella baik-baik saja. Tetapi Bintang harus kembali menelan ucapannya saat Roberts bersaudara menatapnya tajam.
'tatapan kakak-kakak Arabella menyeramkan sekali. Sudah seperti psikopat yang melihat mangsanya. Salah Bintang apa ya Tuhan?' batin Bintang.

"Arian,jauhi Arabella" ucap Jevano, Terdengar nada tidak suka di kalimatnya.
"Tapi bagaimana jika aku tidak mau?"
"Jauhi Arabella atau...." Jeffrey menggantungkan kalimatnya dan tersenyum namun berbeda dengan sorot matanya yang seolah mengancam "rasakan akibatnya" detik Jeffrey mengakhiri kalimatnya ekspresi nya langsung berubah seketika. Sangat dingin dan datar membuat Arian dan Bintang terkejut dengan perubahan ekspresi Jeffrey dalam sekejap. Padahal Bintang sudah sangat terpesona pada senyum Jeffrey tetapi semua langsung buyar dalam sekejap.

"Dan kau tahu Arian...." Barra melangkahkan kakinya mendekati Arian dan berdiri di belakangnya lalu meremas kuat bahu Arian "kami tidak bermain-main dengan ucapan kami" bisik Barra seiring dengan menguatnya remasan di bahu Arian.

Arabella hanya bisa menundukkan kepalanya merasa tidak enak pada Arian dan Bintang. Dan disitu Bintang sadar bahwa perkataan Grace yang mengatakan Roberts bersaudara itu gila tidaklah salah. Bintang hanya bisa berharap Arabella bisa lebih berhati-hati kedepannya.

Brother's obsession ⚠️(21+)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang