14 : Matvei yang Menyebalkan

534 35 3
                                    

Mulmed : Nana

---------------------------------------------

Alexandro POV

Aku terbangun dengan badan yang agak pegal karena tertidur di sofa. Lah, kenapa aku ketiduran di sini? Bantalnya buku novel Nana lagi... Ya Tuhan.. Novelnya yang segede bagong itu aku jadiin bantal secara refleks..

Eh, tunggu dulu.

Ini kenapa ada selimutku disini? Jangan bilang si Nana yang nyelimutin gue. Argh, harga diriku jatuh banget, jatuh. Belum mandi, dan sekarang sudah jam berapa ini? Aku menoleh ke arah televisi, tepatnya ke arah jam. Anjrit, udah jam 12. Kali ini aku benar-benar kebablasan.

Oh iya.

Nana pergi ke mana? Kenapa tak terdengar suara lain dari manapun? Ah mungkin dia juga ketiduran sepertiku, mungkin.

Aku berjalan dengan langkah gontai langsung ke kamar, dan berencana untuk langsung mandi. Badanku gerah, dan jangan lupa bau seperti orang yang baru bangun setelah malamnya mabuk-mabukan, memalukan sekali, padahal sudah siang.

***

Aku mengeringkan rambut dengan mengacak-acaknya sambil berjalan ke arah meja makan, ya untuk mencari makan tentunya. Mataku tiba-tiba menangkap secarik kertas dengan beberapa guratan-guratan pulpen di atasnya.

Aku langsung meraih kertas itu dan membacanya dalam hati.

Aku pergi latihan dulu ya. Mandi, makan siang. Kalau mau keluar juga gak papa, nanti aku telepon kalo aku udah siap. Jangan menjemputku karena aku tidak tahu jam berapa pulang. -N

Lah Nana, sudah pergi ke tempat latihannya saja tanpa membangunkanku. Eh, tapi kalo nanti aku dibangunkan mungkin bakal mengamuk seperti singa lapar.

Dia kursus di mana sih? Aku harus menyusulnya. Tugasku di sini kan sebagai pelindungnya. Tapi tak memakai sayap, karena secara aku bukan sayap pelindungnya Nana seperti yang dinyanyikan The Overtunes, ngehehehehe.

Tunggu, ini masih ada lagi kelanjutannya.

p.s. : Jangan menyusulku.

Ckck. Pintar sekali dia, tahu saja apa yang akan aku lakukan. Eh tapi, bukan pintar deh. Mungkin dia memang ditakdirkan untukku, karena dia tahu isi hatiku dengan tepat dan benar, tsah. Ah, lagi-lagi aku berlebihan.

Alexandro, cukup melantur. Lebih baik makan, daripada menjadi gila karena berbicara pada diri sendiri. Nah, sekarang apa yang harus kumakan? Masak seadanya saja deh.

Aku berlalu ke arah dapur dan membuka kulkas, mencari bahan mentah yang bisa dimasak. Mataku tertumpu pada sebungkus nuggets beku yang sempat kubeli kemarin. Kalian bertanya kapan aku pergi? Mau tahu aja atau mau tahu banget? Hayooooo. Ah, rahasiain deh, wakakakak.

Kuhangatkan penggorengan dan menunggu. Apa? Ada yang bertanya kenapa seorang Alexandro bisa memasak? Oh pasti dong, apa yang tak bisa aku lakukan. Hahaha nggak deh, dulu aku sempat belajar dari temenku yang kuliah di Inggris.

Pasti ada yang mau bertanya apa yang Nana katakan kemarin itu benar kan?

Iya, aku drop out dari kuliahku yang jurusan bisnis itu. Mungkin kalian pasti mengatakan bahwa aku sangat bodoh karena menyia-nyiakan kuliah begitu saja. Kuakui bokap dan nyokap pun sempat murkaーlebih cocok dikatakan begitu karena memang mereka sangat marah, dan aku didiamkan, dikurung di kamar dan hampir saja dihapus dari kartu keluarga. Eh. Yang terakhir bohong kok, heheh.

Akhirnya aku menjelaskan kepada mereka kalo hatiku tak ingin menjalani kuliah bisnis, tapi aku bersedia akan benar-benar memulai dari nol di perusahaan bokap. Dan untungnya, aku berhasil. Untungnya. Bokap pun perlahan percaya kepadaku, dan bangga. Alhasil, aku sudah meng-handle secara full beberapa perusahaan di bawah bokap.

Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang