22 : Kejutan di Pertunjukan

324 25 8
                                    

Pertunjukanku akan berlangsung besok. Aku harap semua dapat berjalan dengan baik.

Aku berjalan ke arah kaca dan mengambil botol minumku yang sejak tadi tergeletak dengan manis di situ. Aku meneguk air di dalamnya, lalu kembali menutupnya. Peluh bercucuran di keningku, dan perlahan, kuusap dengan tisu.

Aku masih terengah-engah, karena aku ingin menyempurnakan semua sore ini. Aku tak ingin ada kesalahan sedikit pun saat pertunjukan besok.

Dadaku tiba-tiba terasa sakit, namun beberapa detik kemudian rasa sakit itu menghilang. Mungkin karena kecapekan, tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku sering merasakan itu. Ah, mungkin cuma perasaanku saja.

Bajuku sedikit kusut karena aku meremasnya tadi, namun segera kurapikan. Aku pun berdiri dan berjalan ke pemutar kaset yang terletak di sudut ruangan, di atas sebuah piano hitam.

Aku baru saja akan memulai latihanku kembali ketika aku mendengar dering dari ponselku. Seketika aku langsung membuka ponselku dan ternyata ada pesan dari... Alexandro.

T. Alexandro : Na, gue ada di depan ruangan lo skrg, keluar dong?

Nana Viktorovna : untuk apa?

T. Alexandro : gue mau ngomong, bentaaaaar aja.

Nana Viktorovna : oke

Aku langsung memakai celana dan jaket untuk menutupi bagian kakiku yang hanya memakai stocking dan leotard. Kuputar kenop pintu dan seketika tubuh Alexandro yang menjulang pun berada di depanku menggantikan pintu.

"Ngomong apa?" tanyaku dengan sebuah senyuman yang kuusahakan terlihat tulus.

"Eh.."

"Ya?" ulangku lagi.

"Gue mau ucapin selamat karna lo udah jadian sama cowok itu.. Kalo gak salah Matvei kan?" ucapnya.

"Iya, namanya Matvei. Makasih ya." ucapku hampir tulus.

"Em.. Aku mau latihan lagi, boleh aku permisi?"

Alexandro mengangguk dengan kikuk.

Aku segera menutup pintu, namun suara Alexandro mencegatku.

"Tunggu."

"Ada ap-"

Alexandro tiba-tiba mendekapku erat dalam pelukannya.

Dapat kudengar detak jantungnya yang sangat cepat. Detak jantungnya menjadi sebuah musik di telingaku yang menempel erat di dadanya.

"Al, lepasin.." pintaku pelan, tak ingin melukai hatinya lebih dalam dari yang sudah terlanjur aku lakukan.

"Sebentar aja," Aku terhenyak, "Biarin gue gini sebentar aja."

Aku menghela nafas kasar, dan akhirnya aku membalas pelukannya, untuk terakhir kalinya.

Aku kemudian mengendurkan pelukanku, lalu memberinya sebuah senyuman.

"Kalau begitu, aku masuk lagi, ya. Bye.."

Aku pun menutup pintu tepat di depan wajahnya dan cepat-cepat menguncinya.

Aku berjalan ke arah pemutar kaset lalu memulai lagu pertunjukanku dan kembali berlatih sampai malam turun untuk menghilangkan rasa bersalahku.

***

"Nana, kamu baru pulang?" tanya Tante Mona yang menatapku heran. Tentu saja, ini sudah jam 8.30 malam.

Aku mengangguk.

"Udah makan?" tanyanya lagi.

Kali ini aku menggeleng. "Belum, Tan."

Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang