27 : Getaway

309 18 4
                                    

"Nana, barangnya udah siap semua?"

Aku mengangguk pelan sambil mengangkat koperku perlahan menuruni tangga dari lantai dua menuju lantai satu.

"Sini deh aku yang bawain aja." tukas Matvei yang entah sejak kapan tiba-tiba berada di belakangku. Bahkan sebelum mendengar responku, dia sudah merampas koper itu dari tanganku.

"I've told you not to carry things first.." dumelnya pelan. Aku terkekeh kecil dan mengikuti langkahnya menuruni tangga. Sesampainya di bawah, Matvei meletakkan koperku di samping pintu masuk dan kembali berjalan ke ujung tangga.

"Na, yakin gak apa-apa nih, gak Tante antar?" tanya Tante Mona cemas.

Aku mengangguk pelan dan tersenyum. "Gak apa-apa kok Tan, kan ada Matvei." jawabku sambil melirik Matvei yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Tante Mona terdiam sesaat sampai akhirnya mengangguk pasrah. "Ya sudah, kalian hati-hati ya. Jaga diri baik-baik, dan tentunya habiskan waktu dengan hal yang berguna disana." ucap Tante Mona sambil mengedipkan sebelah mata.

"Ck, apaan sih kedip-kedip. Pikirannya jangan ngawur ih." celetukku tanpa sadar.

Tante Mona menaikkan sebelah alisnya. "Mana ada Tante bilang itu kan, kamu aja yang pikirannya ngawur." tukas Tante Mona dengan bibir berkedut menahan tawa.

Wajahku berubah merah padam seketika. "Tau ah! Nana pergi dulu deh!" gerutuku sebal sambil menarik Matvei menuju pintu. Kami memasukkan koperku yang ke dalam bagasi dan menutup kapnya.

"Matvei! Jangan apa-apakan keponakan saya ya!" teriak Tante Mona secara tiba-tiba dari dalam.

Wajahku seketika memerah lagi, dan ketika aku mengalihkan pandanganku ke arah Matvei, lelaki itu menaikturunkan alisnya menggodaku.

TANTE MONA TANGGUNG JAWAB NIH KALAU TERJADI SESUATU!!!!

***

Aku menggeret koperku perlahan, dengan Matvei yang juga melakukan hal yang sama di sampingku.

Aku tersenyum kecil melihat banyaknya orang yang berlalu-lalang di bandara Ngurah Rai, Bali, ini.

"Happy with it?" tanya Matvei lembut sambil mengelus kepalaku pelan.

Aku mengangguk samar. "Yeah, feels like escaping reality, for a bit."

"Let's go find a taxi." ajak Matvei dengan uluran tangan yang langsung kusambut.

Sambil berjalan, aku menyenandungkan beberapa buah lagu yang kusukai. Kami tidak kesulitan mencari taksi karena memang di depan bandara sudah ada banyak pengemudi taksi yang menunggu.

Kami menaiki taksi itu, dan Matvei langsung mengucapkan villa yang sudah disewakan Tante Mona untuk kami. Sepanjang jalan, Matvei terus menggenggam tanganku erat, dan aku bisa merasakan kehangatan menjalar di tanganku dan diteruskan ke sekujur badanku.

"Sir, we've arrived." ucap si supir taksi. Matvei tersenyum ringan, lalu dengan tangannya yang bebas dia merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar uang seratus ribu.

"Just keep the change." ucap Matvei. Kami pun bergegas keluar dari taksi, dan dengan bantuan supir taksi itu, kami membawa barang kami ke pintu depan villa.

"Terima kasih, Pak." ujarku pelan. Si supir taksi mengangguk dan langsung berjalan menuju taksinya. Tak lama, dia men-starter mobil itu dan langsung melesat pergi dari halaman villa.

Aku menoleh kearah Matvei yang sedari tadi memandangiku terus-menerus. "Apa?" tanyaku bingung. Matvei menggeleng, lalu mengulurkan sebelah tangannya padaku.

Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang