30 : Mrs. Nana Viktorovna Antonov (END)

458 20 2
                                    

Satu.

Dua.

Tiga.

"Nanaaaa!!"

Aku rasa setiap 10 menit sekali Tante Mona akan berteriak, hanya sekedar mengecekku. Lama-lama, aku merasa telingaku panas mendengarnya.

Aku mendecak kesal. Padahal make-up artist yang kusewa baru saja selesai memoleskan make-up di wajahku. Mereka memberiku warna emas untuk kelopak mataku, dan warna alami pink untuk pipiku. Warna emas ini sangat cocok dengan pinggiran gaunku yang berwarna emas.

Make-up artist itu pun kembali mengecek tatanan rambutku yang disanggul ke belakang, lalu memegang sebuah cermin yang diputar untuk memperlihatkan hasil seluruhnya. Aku lalu mengangguk puas, lalu menyalamnya sambil mengucapkan terima kasih.

"Iya, Tan, baru siap nih!!"

Segera aku keluar dari kamar, aku tak ingin membuat Tante Mona semakin sewot padaku. Perlahan aku menuruni tangga sambil sedikit mengangkat gaunku yang menjuntai, lalu tersenyum pada Tante Mona yang menunggu di ujung tangga.

"Ready?" tanyanya sambil tersenyum teduh.

Aku mengangguk setengah gugup setengah bahagia. "As ready as I'll ever be."

Tante Mona menuntunku menuju mobil sedan yang sudah dihias dengan bunga, dan membantuku masuk ke dalam. Tak lama setelah kami masuk, mobil pun berjalan menuju gereja, tempat pemberkatan pernikahanku.

***

Kuremas kedua ujung jariku gugup, mengabaikan buket bunga mawar berwarna pink yang kupegang. Siapa yang tidak gugup di hari penting yang hanya terjadi sekali seumur hidup? Tentu saja aku tidak mempunyai keinginan untuk bercerai atau menikah untuk kedua kalinya.

Tante Mona menggenggam tanganku erat. "Semua akan berjalan dengan baik, Na. Kamu sudah menghafal kan kata-kata yang harus kamu ucapkan nanti saat penukaran cincin?"

Aku mengangguk gugup. "Aku sudah hafal, hanya saja aku takut aku gugup dan akhirnya aku lupa." ucapku sambil menggigit bibir bawahku pelan.

"Sshh. Semua akan baik-baik saja, percayalah."

Aku menganguk lagi, meskipun aku ragu dengan itu. Namun, tidak ada waktu untuk gemetar ketakutan, aku harus menjalankan prosesi ini.

Lonceng berbunyi, dan aku mendengar lagu yang akan mengiringiku dan Tante Mona memasuki gereja, menemui Matvei dan keluarganya yang sudah menunggu.

Kuhirup nafasku dalam, dan menghembuskannya lagi. Kugenggam buket bunga itu erat, lalu berjalan beriringan bersama Tante Mona. Kuusahakan tersenyum kecil untuk menutupi kegugupanku, dan sepertinya aku berhasil.

Kami semakin mendekati Matvei. Dari sini, aku bisa melihat penampilan Matvei yang sangat menawan hari ini. Dengan balutan kemeja putih, dasi hitam serta jas hitam, rasanya dia membuatku meleleh. Mata birunya menatapku bahagia, dan aku menyambut uluran tangannya untuk berdiri di hadapan pendeta.

Seseorang disamping pendeta itu membawa semacam baki yang dilapisi beludru berwarna merah, dimana di atasnya terdapat dua buah cincin yang bersinar, mungkin terbuat dari emas kalau kulihat dari warnanya.

Jantungku berdegup semakin cepat, dan aliran darah seakan meninggalkan tanganku yang terkulai lemas di dalam genggaman Matvei. Dia menggenggam erat tanganku, seolah memberiku kekuatan.

"Are you ready for the ring exchange?" tanyanya pada kami berdua.

Kami mengangguk serentak. Sang pendeta tersenyum, lalu orang yang sedari tadi berdiri di belakangnya mendekat dan berdiri tepat di samping sang pendeta.

Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang