17 : Congratulations

302 18 0
                                    

Mulmed : Anastasya

------

"Sssst, Matvei!!" bisikku sambil melambai ke arahnya.

Dia berjinjit untuk mengurangi suara langkah kakinya ketika mendatangiku. "What?" tanyanya dengan singkat, padat, dan jelas. Sepertinya sifat dinginnya sudah kembali.

Brrr. Apakah ada orang yang mempunyai penghangat di sekitar sini? Aku membutuhkannya untuk mencairkan es berbentuk sesosok lelaki tampan di hadapanku ini.

"Errr, I wanted to tell you that.. I'm going to help Anastasya and Ivan hook up. You wanna help me or something?" tanyaku. Dia tampak agak jengkel pada awalnya, namun akhirnya dia pun mengangguk meskipun agak frustasi.

Tanpa kusadari, aku tersenyum lebar. "Good. So, I want to discuss about something. Probably you want to go to a coffee shop?" tawarku. Kami pun berjalan di koridor. Tas perlengkapanku kubawa dengan cara disampirkan di bahu kananku.

Matvei menggeleng sambil berpikir. "If we discussed it in a coffee shop, there's a high chance that maybe we can get seen by Anastasya or Ivan. I say, we'd better talk in your apartment." Dahinya lalu mengernyit dengan cara yang agak lucu menurutku.

Aku terdiam sambil menatap lantai koridor. Mungkin yang dia katakan ada benarnya, tetapi.. Apakah ini benar? Seorang lelaki yang baru saja kukenal memasuki apartemen yang kutinggali?

Yah, jangan hitung Alexandro. Aku sudah mengenalnya selama bertahun-tahun dan tentunya kurasa dia tak berbahaya.

"Oh, c'mon. If you're afraid that I'll do something to you, you're wrong. I've no interest in half-breeds."

Aku mendelik kesal ke arahnya. Lagi-lagi, dia mengejek kenyataan bahwa aku merupakan seorang blasteran Indonesia-Rusia.

Kuhela nafasku frustasi, lalu menatap wajah Matvei yang menyeringai. "Okay then, my apartment it will be."

***

Aku turun dari sisi penumpang mobil Matvei, lalu merapikan bajuku yang agak kusut. Kutunggu Matvei yang mematikan mobilnya, dan menuntunnya memasuki apartemenku.

"Is that guy, whatever his name is, here?" tanyanya. Wajahnya tampak jengkel, dapat kutebak dia masih kesal dengan Alexandro, dan tampaknya, karena insiden kemarin itu. Matvei menekan tombol lift, dan salah satu dari lift terbuka, yang langsung kami masuki. Kutekan nomor lantai dimana kamarku berada, dan pintu pun menutup.

Aku mengendikkan bahuku. "I don't know, I haven't called him since morning, and its not that I actually cared that much." ucapku sambil menghela nafas dalam. "By the way, he has a name. It's Alexandro."

Matvei pun ikut-ikutan mengendikkan bahunya tak peduli. Tak terasa, lift yang kami naiki pun sudah mencapai lantai tempat kamarku berada, dan aku menuntun Matvei dengan berjalan di depannya.

Sesampainya di depan pintu kamarku, aku membukanya dengan menggunakan kartu milikku, lalu mempersilahkan Matvei masuk terlebih dahulu sebelum aku.

Kulepas sepatuku, diikuti dengan Matvei yang juga melakukan hal yang sama. Matvei melepaskan jaket yang sedang dipakainya, dan dia pun memasukkannya ke dalam tas perlengkapannya.

"Can you wait here for a while? I wanna check on Alexandro a bit and after that make a drink for you."

Dia mengangguk. "Sure,"

Kulangkahkan kakiku besar-besar menuju kamar Alexandro, setengah berharap dia sedang berada di luar, dan tidak akan datang ke apartemen sampai Matvei pulang. Aku tak ingin dia bertemu dengan Alexandro, yang mungkin akan memulai suatu adu mulut yang lebih parah dari yang minggu lalu.

Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang