Sontak aku terbangun dari tidurku karena suara jam weker yang berdering tepat di samping telingaku. Dengan malas, kutekan tombol di atas jam itu dan deringan yang sedari tadi memekakan telinga pun berhenti."Sialan, cepet banget, siapa yang nyetel jam segini," gerutuku kesal saat melihat jarum jam tersebut menunjukkan pukul 4 pagi.
Aku baru saja akan bergelung kembali di dalam selimutku jika saja layar ponselku tidak hidup secara tiba-tiba. Dengan malas aku pun berjalan ke meja kecil dimana ponselku di-charge. Tampaknya ada pesan masuk.
Unknown : Hai, Nana! Selamat pagi, semoga harimu indah.
"Siapa ini, sok kenal sok dekat banget," omelku kesal lagi, lalu dengan cepat mematikan ponselku dan kembali bergelung di dalam selimutku.
Lagi-lagi, baru saja aku hendak memejamkan mataku dan kembali melanjutkan tidur yang indah, seseorang mengetuk pintu kamarku. Besar kemungkinan itu Tante Mona. Rasanya dari tadi aku asyik diganggu saja.
"Ya? Tante Mona ya?" tanyaku dengan nada malas, lalu menyeret tubuhku yang tidak mau diajak bekerja sama ini ke arah pintu untuk membukanya.
"Good, you're up, cepetan mandi," ucap Tante Mona yang kini sudah berdiri di ambang pintu kamarku, dengan balutan kimono mandinya yang berwarna krem.
"Lah, cepet banget sih Tan, kan masih jam segini, ini hari sabtu lagian," sergahku sembari menguap sesekali. Sejujurnya, sekarang aku masih sangat mengantuk karena semalam tidur terlalu larut.
"Ih, kamu lupa ya? Hari ini kan kamu harus ke Kedutaan buat masukin berkas sebelum kelas pagi kamu, ya elah Nana," omel Tante Mona yang sudah mulai mencubiti pipiku sangking gemasnya. Aku pun memberinya sebuah tatapan tajam, tandanya diriku tak ingin pipi ini menjadi lebih melar lagi.
"Tapi kan masih jam 4 Tan, Nana masih ngantuk nih," ucapku lagi, lalu menguap.
"Kamu kan tau seberapa jauhnya ke kantor Kedutaan Rusia, sekarang cepat mandiiiii," paksa Tante Mona sembari menarik tanganku dan memaksaku turun. Dia pun tetap menarikku sampai kami berdiri tepat di depan kamar mandi.
"Kamu itu kayak anak kecil banget deh," celoteh Tante Mona sembari memberikan handuk berwarna biru muda yang tergantung di sebelah kamar mandi.
"Iya deh Tan, iya," ucapku sambil menyambar handukku yang sudah disodorkan oleh Tante Mona. Aku pun segera menginvasi kamar mandi lalu dengan cepat menguncinya dari dalam.
Kutatap bayanganku yang terpantul di cermin yang tergantung di kamar mandi sambil menghela nafas. Lalu kulakukan serangkaian kegiatan yang memang rutin kulakukan, yah, yang setiap orang lakukan.
***
Suara yang memekakan telinga terdengar dari hairdryer yang sedang berada di tanganku. Selagi mengeringkan rambut seperti ini, aku biasanya memikirkan hal-hal yang sama sekali abstrak.
Lalu terdengar suara Tante Mona dari lantai bawah. "Nana! Ayo, makan nih, cepetan," teriaknya.
"Iya tan, bentar lagi," balasku setengah berteriak. Aku pun kemudian mengikat rambutku yang sudah kering itu menjadi ikatan ekor kuda yang rapi. Lalu aku mengaplikasikan sedikit polesan bedak tabur di pipi. Juga sedikit liptint untuk memberi sedikit warna di bibirku yang agak pucat.
Setelah membereskan semua peralatan-peralatanku, aku pun segera mematikan lampu kamarku dan menutup pintu.
***
"Tumben Tan, masak beef stew," komentarku ketika melihat makanan yang sudah terhidang di atas meja dengan mata yang berbinar-binar.
"Iya, kan kamu suka, lagipula kamu udah mau pergi ke Rusia, jadi ya tante masakin," jawabnya dengan sebuah senyuman yang tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|
RomanceRusia dan Alexandro. Dua kata yang selalu berputar di benaknya, setiap hari. Namun kemudian, datanglah lagi seseorang yang berhasil menginvasi pikirannya dan menghapus jejak Alexandro di dalam hatinya. Takdirkah? Ataukah dia harus melawan orang itu...