18 : Best+Worst Double Date

253 17 0
                                    

Mulmed : Ivan

-----

"Nana, you ready?" tanya Matvei di telepon.

Sambil mempersiapkan barangku, aku mendengus pelan. "What kind of question you're asking? How idiot, huh?"

"What, I'm asking about your condition right now, I'm kind, you know,"

Aku tertawa. "Okay, okay. I'm quite ready, it seems."

"What's with that quite?" ledeknya sambil tertawa.

Sambil mendengus, aku berjalan keluar dari kamar. Alexandro sedang duduk manis di atas kursi meja makan, menyantap sarapan yang sempat kubuatkan untuknya tadi, beberapa helai roti panggang dengan selai kacang campur coklat, sebuah telur rebus dan secangkir teh.

"Aku pergi dulu ya," bisikku. Alexandro mengalihkan perhatiannya dari sarapan yang ia santap, dan memerhatikan penampilanku dari atas sampai bawah.

Dia mengernyit. "Kok cantik banget hari ini?" tanyanya bingung.

Dalam situasi biasa, wajahku akan memerah tanpa diminta, namun saat ini aku hanya bisa mendelik.

"Suka-suka gue," balasku, lalu kembali berbicara dengan Matvei di telepon sambil memakai sepatu yang sudah biasa kuletakkan di balik pintu masuk.

Setelah memakai sepatuku, aku langsung berjalan keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun kepada Alexandro dan berjalan di koridor yang agak sepi.

"Matvei, I'm already on my way going down."

"Okay, I'll speed up a bit."

Aku berjalan keluar dari lift sambil memasukkan ponselku ke dalam kantong jaketku. Sambil menunggu Matvei yang sudah berjanji akan menjemputku sebelum pergi ke tempat yang sudah kami sepakati, kusandarkan tubuhku menyamping ke tiang lampu di pinggir jalan.

Tak lama kemudian, sebuah mobil yang agaknya kukenal berhenti tepat di depanku lalu membunyikan klaksonnya.

Kaca mobil diturunkan, dan nampaklah wajah Matvei yang menyebalkan dengan senyum, ralat, seringainya.

"Get on, quick," perintahnya. Aku mencebik ke arahnya, lalu membuka pintu penumpang dan menaikinya dengan agak kasar.

Dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. "What're you looking at?" tanyaku kesal sambil bersidekap.

"Nah, nothing." jawabnya sambil menekan pedal gas dan menjalankan mobil.

Aku menyandarkan punggungku ke sandaran kursi sambil menghela nafas. Kepalaku menempel pada kaca jendela mobil, dan nafasku membuat embun mengepul di kaca dekat bagian hidungku, dan kuhapus perlahan dengan jari-jariku.

Kuhela lagi nafasku dengan keras, membuat Matvei menoleh padaku dengan tampang jengkel. "This is not a movie, miss," gerutunya.

Aku hanya mendengus pelan sambil tersenyum kecil. "Give me your phone," perintahku.

Matvei mendengus, lalu memajukan badannya dan meraih ponsel yang terletak di dasbor mobil. Dia kemudian mengulurkannya kepadaku yang kuterima dengan senyuman puas tersungging di bibirku.

Dengan cekatan aku membuka ponselnya yang secara mengejutkan ternyata menggunakan bahasa Inggris. Walaupun sebenarnya sangat jarang aku mendengar Matvei berbicara dalam bahasa Rusia. Aku lalu mencari nomor kontak Anastasya dan menelponnya.

"Anastasya, where are you right now?" tanyaku begitu telepon tersambung.

"I'm already with Ivan right now, we almost arrive." jawabnya.

Our Shadows |MAJOR EDITING SOON|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang